CERITA DAERAH Krayan Bagian 1

Print PDF

KISAH GORA MOYANG DI KRAYAN
Oleh : Sastro Paru Ilo

Gora Moyang

Diperkirakan pada  Tahun 1918 sebelum Masehi terjadi sebuah peristiwa alam Krayan, yaitu sebuah istana yang berubah menjadi batu, begitu pula rumah-rumah masyarakat yang berada disekitarnya ikut berubah menjadi batu.

Gora Moyang berasal dari sebuah nama 3  (tiga) orang bersaudara yang mendiami sebuah istana/rumah panjang, yaitu: Moyang, Goya dan Dayang. Ketiga bersaudara ini hidup bersama-sama dalam sebuah istana setelah meninggalnya kedua orang tua mereka.

Dayang Meninggal Diterkam Harimau

Suatu ketika cuaca begitu cerah, sang kakak (Moyang dan Goya) berkata kepada sang adik (Dayang) "Berhubung cuaca hari ini begitu cerah dan kita telah kehabisan beras untuk kita makan, Dayang jemur padi hari ini supaya padi kita kering dan dapat kita masak, sementara kakak (Moyang dan Goya) ikut bersama-sama dengan masyarakat bergotong royong di kampung ini". Tanpa banyak bertanya sang adik lalu melaksanakan perintah sang kakak. Dayang adalah seorang gadis cantik, peramah dan penurut.

sementara sang adik menjemur padi seorang diri di halaman rumah/istana dan ditinggalkan sang kakak untuk bergotong royong di kampung yang tidak jauh dari rumah mereka, namun tidak diduga setelah beberapa saat, rumah mereka didatangi oleh seekor harimau yang besar dan ketika itu pula sang harimau yang lapar menerkam Dayang yang lagi menjemur padi. Sang harimau menerkam lalu mengoyak-ngoyak tubuh dayang sampai meninggal dunia bersimpuh darah. Mayat Dayang lalu dibawa pergi oleh sang harimau menuju goa tempat bersarangnya untuk memberi makan kepada kedua anaknya.

Sekitar pukul 5 sore sang kakak (Moyang dan Goya) pulang menuju rumah seharian ikut gotong royong di kampung, dari kejauhan sang kakak memanggil sang adik, namun tidak ada terdengar sahutan sang adik. Sesampainya di rumah, sang kakak memeriksa setiap sudut rumah dan kamar sampai dihalaman rumah tempat menjemur padi. namun didapati keberadaan sang adik dan padi yang dijemur masih tetap ada di halaman rumah. Dengan Perasaan khawatir, sang kakak tetap terus mencarinya hingga ditemukan tetesan darah di sekitar tempat penjemuran padi. Sang kakak menangis sambil meratap ketika melihat banyaknya darah berceceran di sekitar tempat penjemuran padi, dan mereka berkata "Berikanlah Kami Waktu".

Posting Komentar

0 Komentar