31 Oktober 2019

Karya Ilmiah Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Penarikan Akar Kuadrat pada Siswa Kelas Lima Melalui Pemberian Tugas Rumah Terstruktur


PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI PENARIKAN AKAR KUADRAT PADA SISWA KELAS V MELALUI PEMBERIAN TUGAS RUMAH TERSTRUKTUR

ABSTRAK

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dalam pelaksanaan pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD, SLTP, SMU hingga perguruan tinggi khususnya jurusan pendidikan matematika. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam menghayati dan memahami konsep-konsep matematika.

Matematika diajarkan di sekolah-sekolah mulai SD sampai sekolah lanjutan atas dengan semua jenis dan program serta dengan jumlah jam yang relative banyak bila dibandingkan mata pelajaran lainnya. Hal ini dilakukan karena mata pelajaran matematika bukan hanya matematika itu sendiri, tetapi matematika merupakan suatu pengetahuan yang mempunyai karakteristik berpikir logis, kritis, sistematis, tekun, kreatif dan banyak nilai-nilai luhur matematika bermanfaat untuk berbagai jenis dan program sekolah. Untuk menanamkan sifat-sifat luhur matematika ini memerlukan waktu yang sangat panjang.

Berdasarkan pengamatan peneliti, sebagai guru bidang studi matematika kelas V SDN 003 Sebatik Barat, bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar matematika, beberapa alternatif dalam pembelajaran adalah: 1). Pembelajaran dengan kerja kelompok, dan 2). Pembelajaran dengan pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur. Dari dua alternatif tersebut yang paling memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar  matematika pada penarikan akan pangkat dua adalah dengan pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan PTK sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat. Dan dari hasil belajar siswa di teliti, peneliti bersama teman sejawat menduga ada  suatu peningkatan dalam belajarnya dengan teknik pemberian tugas pekerjaan  rumah terstruktur. Dalam hal ini peningkatan hasil belajar siswa dapat kita lihat pada hasil evaluasi siswa yang tertera pada lampiran.

Kata Kunci: Penarikan Akar Kuadrat, Pemberian Tugas Rumah Terstruktur

PENDAHULUAN

Dalam  meningkatkan  intensitas  belajar siswa, guru harus mempunyai strategi mengajar yang tepat. Strategi mengajar (dari guru) ialah strategi yang dipergunakan guru dalam mengolah materi bidang studi untuk pengajaran (Russefendi, 1991:249). Strategi mengajar yang guru pilih itu tentunya yang sesuai dengan kesenangan dan kemampuan ia sendiri, sesuai dengan tujuan dan dapat menyenangkan siswa.

Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar matematika adalah dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur. Dalam hal ini  dimaksudkan agar selain untuk penguatan, juga menimbulkan sikap positif terhadap matematika. Pemberian tugas biasanya dalam bentuk pekerjaan rumah terstruktur, yang bertujuan memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang topik dan konsep-konsep yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas. Dengan ini siswa akan lebih tahu kekurangan dalam mempelajari dan memahami materi yang telah diajarkan.

Dengan adanya pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur tersebut siswa juga tidak akan merasa bosan dalam belajar matematika karena materi pelajaran disampaikan secara berurutan atau terprogram sehingga siswa dengan mudah mengerjakan tugas yang dapat menimbulkan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan hasil belajar  belajar siswa. Hal ini dapat menimbulkan interaksi dalam peristiwa belajat mengajar mempunyai arti yang luas tidak sekedar edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar ( Usman, 2001 )

Data yang   peneliti peroleh selaku Guru bidang studi Matematika kelas V SDN 003 Sebatik Barat, ternyata hasil pembelajaran masih kurang dari  Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan, yaitu 60. Nilai matematika tersebut masih rendah yaitu rata - rata 45, hal ini disebabkan  oleh penguasaan materi yang kurang oleh siswa, selain itu kurangnya perhatian terhadap pelajaran di  rumah yang diberikan oleh guru.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada  pembelajaran matematika, salah satunya adalah melalui teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur. Oleh karena itu hendaknya dalam pembelajaran matematika perlu diterapkan suatu pendekatan yang sesuai dan efektif. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar  adalah dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

Berdasarkan pengamatan peneliti, sebagai guru bidang studi matematika kelas V SDN 003 Sebatik Barat, bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar matematika, beberapa alternatif dalam pembelajaran adalah: 1). Pembelajaran dengan kerja kelompok, dan 2). Pembelajaran dengan pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur. Dari dua alternatif tersebut yang paling memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar  matematika pada penarikan akan pangkat dua adalah dengan pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan PTK sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat. Dan dari hasil belajar siswa di teliti, peneliti bersama teman sejawat menduga ada  suatu peningkatan dalam belajarnya dengan teknik pemberian tugas pekerjaan  rumah terstruktur. Dalam hal ini peningkatan hasil belajar siswa dapat kita lihat pada hasil evaluasi siswa yang tertera pada lampiran.

Masalah yang timbul sehubungan dengan penggunaaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur dapat berasal dari: 

  • Pada saat belajar mengajar berlangsung sebagian siswa tidak aktif dalam pembelajaran.
  • Siswa kurang dapat menguasai materi dalam pembelajaran yang disebabkan oleh salah satu faktor, yakni kurangnya perhatian terhadap pelajaran yang telah dipelajari.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatkan hasil belajar kompetensi penarikan akar kuadrat siswa  kelas V SDN 003 Sebatik Barat melalui  teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur ?

Tujuan dari penelitian ini adalah : 

  • Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kompetensi penarikan akar kuadrat siswa  kelas V SDN 003 Sebatik Barat melalui  teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat bagi :

  • Sebagai motivasi dalam peningkatan kemampuan belajar Matematika terutama penguasaan materi Matematika. 
  • Sebagai bahan untuk memperbaiki strategi belajar mengajar di kelas dengan tujuan meningkatkan kemampuan belajar Matematika dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.
  • Sebagai salah satu bahan acuan dalam memperbaiki proses pembelajaran. 

Untuk mengetahui lebih banyak peran guru di sekolah, yaitu mencari dan memecahkan masalah yang ditemukan pada pembelajaran di sekolah. Sebagai masukan dan rujukan untuk membuat tulisan yang bersifat ilmiah.

KAJIAN PUSTAKA

Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsiten, hierarkis, dan logis. Menurut Soejadi (dalam Muhsedyo, 2007:1.2) mengatakan bahwa keabstrakan matematika karena obyek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya  yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari. Ini berarti perlu jembatan yang dapat menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami.

Dalam pembelajaran matematika, guru harus menekan siswa untuk berfikir intuitif dan analitik. Melalui berfikir intuitif dan analitik diharapkan siswa dapat menemukan pola dan keterkaitan atau hubungan antar konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (dalam Muhsetyo, 2007:1-6) yang menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berfikir intuitif dan analitik menemukan pola dan hubungan/keterkaitan. Pembaharuan dalam proses belajar ini, dari proses drill dan practice proses bermakna, dan dilanjutkan proses berfikir intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan pembelajaran matematika.

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan.

"Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman".(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 17). Menurut Bell-Gredler dalam Winataputra, (2007:1 - 5) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Gagne (dalam Ma'arif 2009) belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway (dalam Sofa, 2009) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan persoalan siswa berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri sebagai berikut: 1). belajar adalah perubahan tingkah laku. 2). perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman bukan karena pertumbuhan. 3). perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

Belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana usaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman Snelbeker (dalam Sofa, 2009). Dari pengertian di atas agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.

Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut. Dalam sistem pendidikan kita (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut,  maka belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman.

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

Winataputra (2007.1-18) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Duffy dan Roehler (dalam Ma'arif.2009) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal, dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol, Sukadi (dalam Ma'arif:2009).

Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan, yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Selama ini Gredler (dalam Sofa, 2009) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan).

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, di dalam KTSP 2006, bertujuan antara lain agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal ini mengisyaratkan bahwa pelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak, sehingga diperlukan metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak tersebut menjadi konkret, selanjutnya dari permasalahan yang konkret tesebut baru dialihkan kebentuk konsep-konsep matematika yang abstrak. Untuk mengawali penyampaian materi matematika yang abstrak melalui konkret  dapat berpedoman pada teori belajar Dienes. Pada teori belajar Dienes, ditekankan pembentukan konsep-konsep melalui permainan yang mengarah pada pembentukkan konsep yang abstrak. Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika.

Teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, yaitu mengenai teori perkembangan intelektual. Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat periode. Tahapan  periode,  tetap bagi setiap orang, namun usia atau kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu. Periode berpikir yang dikemukakan Piaget adalah sebagai berikut: (1) Periode sensori motor (0 - 2) tahun. (2) Periode pra-operasional (2 - 7) tahun. (3) Periode operasi konkret (7 - 12) tahun.

Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian  rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang mempelajarinya.

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Seperti halnya dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.

Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek konkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik.

Dalam  kamus umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian  (Purwadarminta, KBBI. 2007). Sedangkan teknik yang dimaksud disini adalah cara  atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru  dalam proses pembelajaran dalam rangka pencapaian hasil belajar secara efektif dan efisien, yakni teknik dalam pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris "Homework " yang artinya mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam penilitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah      terutama dirumah  berkaitan dengan pelajaran yang telah disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau ketrampilan dan sekaligus memberikan pengembangan.

John Dewey dalam Buku Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, mengemukakan bahwa tugas pekerjaan rumah adalah learning by doing, yakni tugas yang diberikan kepada individu maupun kelompok dan dilaksanakan di luar jam pelajaran. (Tim Bakti Guru, 1989).

Terstruktur terdiri dari dua kata, yakni Ter yang berarti "membuat jadi". Dan Struktur yang berarti "susunan". Dalam buku Ensiklopedia, kata Struktur berasal dari istilah inggris, yakni "Structure" yang berarti tata hubungan antara bagian-bagian suatu karya sastra. (Ensiklopedia: 2007). Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Struktur berarti yang disusun dengan pola tertentu.(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2007)

Dari arti Struktur tersebut, maka peneliti dapat berpendapat bahwa terstruktur adalah sesuatu yang sudah dalam keadaan tersusun dan diatur dengan rapi. Dalam hal ini tidak lain yang peneliti maksudkan adalah tugas-tugas pekerjaan rumah.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Standar kompetensi untuk bidang studi matematika kelas V SDN 003 Sebatik Barat dalam satu tahun semester ( semester 1 ) adalah sebagai berikut: Standar kompetensi  kelas V  SDN 003 Sebatik Barat  semester 2 antara lain:

  • Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
  • Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan dalam pemecahan masalah.
  • Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
  • Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Akar kuadrat adalah salah satu faktor dari sebuah bilangan kuadrat. Jika faktor itu dikalikan dengan faktor itu sendiri, hasil kalinya adalah bilangan kuadrat yang bersangkutan. Simbol akar kuadrat adalah " v ". Akar kuadrat umumnya disebut akar.

Contoh :


Kerangka Berfikir

Teknik pemberian tugas PR terstruktur merupakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di rumah dalam pembelajaran matematika. Teknik ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Dengan teknik ini pula akan terlihat peingkatan  hasil belajar siswa dari materi yang dipelajari.

Berdasarkan kerangka berfikir dan rumusan masalah maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ada peningkatan belajar kompetensi penarikan akar kuadrat melalui pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis   menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk memberi perlakuan pada PTK, yaitu rencana pembelajaran yang akan dijadikan PTK, yaitu kompetensi dasar (KD): Menghitung perpangkatan dan akar sederhana.

Selain kompetensi dasar juga dibuat perangkat pembelajaran yang berupa 1). Lembar observasi 2). Angket kepada siswa, dan 3). Tes isian yang bersifat individu.  Lembar observasi, angket kepada siswa dan tes isian yang bersifat individu digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, proses pelaksanaanya terdiri atas empat komponen yang antara lain: rencana, tindakan, obsevasi dan refleksi. Dalam pelaksanaanya perubahan yang ingin dicapai terencana atas dua siklus.


Secara singkat penelitian tindakan kelas untuk setiap putaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama guru kelas V  merencanakan  pertemuan pertama pada persiapan mengajar. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

1) Membuat persiapan mengajar dan menyiapkan materi yang  akan diajarkan.   

2) Membicarakan kegiatan yang akan dilakukan dikelas dan membuat  alat    evaluasinya.

3) Menyusun dan menetapkan teknik pemantauan.

Pelaksanaan dalam kegiatan ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran matematika sesuai dengan perencanaan pembelajaran.

Pada tahap ini peneliti sebagai pengamat sekaligus mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas, sedangkan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah guru kelas V.  Pelaksanaan observasi oleh peneliti antara lain:

1) Observasi proses pembelajaran, mengamati dan mencatat keadaan siswa   saat kegiatan belajar berlangsung.

2) Menyebarkan angket, observasi proses pembelajaran dan hasil isian angket untuk memberikan masukan kepada guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

3) Melaksanakan tes.

Sedangkan hasil tes digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah testruktur pada pembelajaran matematika sangat menarik  perhatian siswa pada materi yang dijelaskan, sampai pada saatnya peneliti memberikan kesempatan untuk menyelesaikan soal. Kendala dan hambatan proses belajar mengajar didiskusikan oleh peneliti dan guru. Jika hal tersebut belum mencapai kreteria keberhasilan tindakan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus 2.

Pada tahap perencanaan siklus ke 2, peneliti bersama guru kelas V  merencanakan tindakan perbaikan dari hasil refleksi pada siklus 1. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

1) Mencermati hasi refleksi pada siklus 1.

2) Membuat persiapan mengajar dalam proses pembelajaran dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur guna menentukan siklus ke 2.

3) Menyusun dan menetapkan teknik pemantauan  pada siklus Pelaksanaan dalam kegiatan ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran matematika dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur yang disediakan untuk siklus 2 sesuai dengan perencanaan pembelajaran. 

Pada tahap ini peneliti sebagai pengamat sekaligus mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas, sedangkan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah guru kelas V.  Pelaksanaan observasi pada siklus 2 oleh peneliti antara lain:

1). Observasi proses pembelajaran, mengamati dan mencatat keadaan siswa saat kegiatan belajar berlangsung pada siklus 2.

2). Menyebarkan angket, observasi proses pembelajaran dan hasil isian angket untuk memberikan     masukan kepada  guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus 2.

Sedangkan hasil tes digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan siklus 2.Pada siklus 2 diharapkan kreteria keberhasilan tindakan akan tercapai, selanjutnya akan dianalisis seberapa peningkatan dari siklus 1 dan siklus 2. 

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SDN 003 Sebatik Barat pada tahun pembelajaran 2016-2017 kelas  V  SDN 003 Sebatik Barat. Obyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat tahun pelajaran 2016-2017 yang berjumlah 24 siswa.     

Sebuah tes yang dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi tes, yaitu memiliki Validasi, reliabilitas dan Obyektivitas (Arikunto, 2003) ini mengacu pada sejauh mana materi tes tersebut dapat mengukur keseluruhan bahan atau materi yang telah diajarkan. 

Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum; informasi tentang tingkat kebenaran, kekuatan, atau keabsahan suatu fakta atau informasi (KBBI, 2001. 1258).

Menurut Suherman (dalam Paino : 2007) Reliabilitas adalah ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran; keterandalan. (KBBI, 2001. 943). Yang dimaksud reliabilitas alat evaluasi adalah alat evaluasi yang dapat memberikan hasil yang tetap  sama (relatif sama), konsisten, dan ajeg walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pada suatu subjek yang sama.

Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dihentikan apabila hasil  belajar siswa pada pelajaran matematika mencapai rata-rata nilai 60, atau sekitar 67 % dari nilai ketuntasan siswa,  dengan pertimbangan keadaan geografis sekolah, sarana dan perasarana, buku penunjang yang belum memadai serta kondisi dan latar belakang kehidupan siswa . 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SDN 003 Sebatik Barat kelas V  yang terdiri dari 24 siswa. Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Mei 2017 sampai dengan 20 Mei 2017 tahun pembelajaran 2016-2017. 

Siklus ke satu pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2017 pada jam pelajaran yang pertama dan kedua  pukul 07.30-08.40 yang diikuti oleh seluruh siswa kelas V, dengan materi pelajaran Menghitung perpangkatan dan akar, dan pertemuan kedua tanggal 16 Mei 2017 pada jam pelajaran pertama dan kedua  pukul 07.30-0.40  dengan materi Menghitung perpangkatan dan akar, diahiri dengan pos tes.  Siklus kedua pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal  18 Mei 2017 pada jam pelajaran pertama dan kedua pukul 07.30-08.40 yang diikuti oleh seluruh siswa kelas V, dengan materi pelajaran Menghitung perpangkatan dan akar, dan pertemuan kedua tanggal 19 Mei 2017 pada jam pelajaran peretama dan kedua pukul 07.30-08.40  dengan materi Menghitung perpangkatan dan akar, dan diahiri dengan pos tes.

Soal-soal yang akan digunakan untuk pos tes sebelumnya diujikan di kelas V Dari hasil uji coba tersebut dilakukan validitas soal. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti mengumpulkan data dan menyebarkan angket diakhir pertemuan, yang kemudian dianalisis.

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi berupa pengamatan pembelajaran dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah, pengamatan aktivitas siswa  akhir pembelajaran, dan hasil selama proses pembelajaran.

Data lembar observasi diambil dari keaktifan siswa yang digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa  dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas terstruktur. 

Angket siswa digunakan  untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa tentang pembelajaran dengan teknik pemberian tugas terstruktur pada  penarikan akar kuadrat.

Hasil tes  untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur pada penarikan akar kuadrat.

Hasil penelitian pada siklus 1 dan sikus 2 dapat disajikan sebagai berikut:

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, materi pembelajaran, alat evaluasi dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Peneliti dalam kelas mengamati, mencatat tingkat keaktifan siswa dan mencatat kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan teknik pemberian tugas terstruktur untuk didiskusikan. Pembelajaran diakhiri dengan membagikan lembar pos tes untuk dikerjakan secara individu.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan 

Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 Mei 2017 di kelas V dengan jumlah siswa 24 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada siklus ini guru matematika menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.  Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi pos tes  dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Berdasarkan Tabel 2 aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang adalah 1). Siswa yang bertanya pada guru, dan 2). Siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru. Penyebab dari ketiga keaktifan tersebut dari hasil diskusi antara peneliti dengan guru matematika di kelas adalah 1). Siswa kurang paham pada materi yang diajarkan  oleh guru, 2). Penggunaan metode yang monoton.  Kedua aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus 2.

Berdasarkan Tabel 3 aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang adalah 1). Saya senang belajar matematika ,dan 2). Saya senang mengerjakan tugas-tugas matematika.  Penyebab dari kedua pernyataan tersebut dari hasil diskusi antara peneliti dengan guru matematika di kelas adalah 1). Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit, 2). Masih malasnya siswa untuk berfikir dan menganggap tidak bisa menyelesaikan soal. Kedua pernyataan  yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan diperbaiki pada tindakan siklus 2. Soal-soal yang digunakan untuk pos tes siklus 1 terdiri dari 5 soal sesuai dengan analisis butir soal yang diambil hanya soal-soal yang valid/signifikan.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena belajar dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur  tersebut masih jarang dilakukan oleh guru.

Dari grafik 1 dapat dijelaskan bahwa dengan pembelajaran menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 47,08 dan ketuntasan belajar mencapai 13% atau ada 3 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai = 60 baru sebesar 13%, dan masih ada 21 siswa yang belum tuntas. Dari 21 siswa yang belum tuntas karena belum terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 

  • Siswa masih kurang terbiasa belajar dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur dalam penarikan akar kuadrat.
  • Pengelolaan waktu yang masih kurang dalam proses pembelajaran.
  • Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

  • Guru perlu lebih terampil dalam menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur  dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
  • Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
  • Guru harus lebih intens dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga  siswa bisa lebih antusias.

Ada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, materi penarikan akar kuadrat, alat evaluasi dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Sebelum peneliti mengamati kembali kegiatan pembelajaran dalam kelas, peneliti melakukan diskusi dengan guru matematika dengan memberikan masukan mengenai kekurangan yang terjadi pada siklus 1 terutama mengenai penambahan informasi kepada siswa, lebih memotivasi dan interaksi yang lebih banyak kepada siswa. Peneliti dalam kelas mengamati, mencatat tingkat keaktifan siswa dan mencatat kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan yeknik pemberian tugar pekerjaan rumah terstruktur. Pembelajaran diakhiri dengan membagikan lembar pos tes untuk dikerjakan secara individu.

Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 Mei 2017 di kelas V  dengan jumlah siswa 24 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus 1, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus 2. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. 

Proses pembelajaran pada siklus 2 ini dilakukan lebih aktif, guru matematika menerima dan melaksanakan masukan yang diberikan oleh peneliti dengan lebih melibatkan siswa, terutama pada sesi pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur pada penarikan akar kuadrat. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi pos tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Dari Tabel 4 dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus 2) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan pembelajaran menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur mendapatkan respon cukup baik dari siswa, membimbing siswa untuk merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.

Dengan penyempurnaan pembelajaran pada siklus 2 dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur siswa dapat menemukan konsep apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Siswa akan lebih mudah menemukan konsep pada tingkat kelas berikutnya jika menggunakan metode teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

Dari penyempurnaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur dan motivasi dari guru dapat meningkatkan kemauan siswa untuk belajar matematika. Dari hasil angket pada Tabel 5 menunjukkan kreteria yang baik dan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah sangat menarik bagi siswa.

Soal-soal yang digunakan untuk pos tes siklus 2 terdiri dari 5 soal sesuai dengan analisis butir soal yang diambil hanya soal-soal yang valid/signifikan.

Dari grafik 2, hasil tes siklus 2 diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 60,83 dan ketuntasan belajar mencapai 67% atau ada 16 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus 2 ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan  lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Bagi 8 siswa yang belum tuntas diberikan pengayaan di luar jam sekolah untuk memenuhi standar nilai KKM nya.

Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik dalam proses belajar mengajar dapat diuraikan sebagai berikut: 

1).  Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran    dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2).  Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses   belajar berlangsung.

3). Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

Revisi Pelaksanaan 

Pada siklus 2 guru telah menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur  yang sesuai dengan materi dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan refisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya dapat tercapai.

Dari penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur yang tepat akan menumbuhkan aktifitas siswa. Dengan aktifitas siswa yang tinggi, siswa akan dapat menemukan konsep sendiri tanpa guru harus sering mengulangi materi pada proses pembelajaran. Siswa dapat menemukan konsep sendiri maka akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi indikator yang digunakan. Hasil penelitian disajikan dalam tabel  berikut ini:

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika pada kompetensi dasar menghitung penarikan akar kuadrat. dengan pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan siswa terlibat langsung pada proses pembelajaran. 

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab sehingga prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa minat siswa dan penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa, oleh karena itu mengembangkan minat dan menggunakan teknik tersebut sebagai metode belajar, perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak baik para pendidik, orang tua maupun siswa. Sehingga anak akan merasa senang belajar Matematika tidak lagi merasa membosankan dan menakutkan, seperti yang terlihat pada Tabel 7.


Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur, dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik berikut.

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur pada penarikan akar kuadrat memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus 1 dan 2) yaitu masing-masing 13% dan 67%.

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pelajaran matematika yang selama ini oleh beberapa siswa dianggap susah karena materinya tidak gampang dimengerti dapat dikurangi dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur sesuai dengan materi yang diajarkan.

Peningkatan yang dipeoleh dapat dilihat pada data yang diambil dari nilai siswa sebelumnya, pada pelajaran matematika sebelum adanya penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur nilai matematika untuk nilai rata-rata kelas siswa hanya memperoleh nilai 40 setelah adanya penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur pada siklus pertama dipeoleh nilai 47,25. kemudian pada siklus kedua diperoleh nilai 60,92 ini berati terjadi peningkatan yang sangat baik.

Sebaiknya dalam pembelajaran perhitungan penarikan akar kuadrat di SD Negeri 003 Sebatik Barat pada Kelas V dapat mengoptimalkan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

  • Akhmad Sudrajat. 2008, Penelitian Tindakan Kelas (Online), http://akhmadsudrajat. Wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii. (Diakses Tanggal 25 Januari 2011).
  • Asep Herry Hermawan dkk. 2008, Pembelajaran Terpadu di SD, Cetakan Kedua. Universitas Terbuka, Jakarta.
  • Baharin Shamsudin. 2007, Kamus Matematika Bergambar Untuk Sekolah Dasar, Grasindo, Jakarta.
  • Ensiklopedia Sastra Indonesia. 2007. Cetakan kedua. Titian Ilmu. Bandung.
  • Gatot Muhsedyo, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD, Cetakan Pertama. Universitas Terbuka. Jakarta.
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia.2005. Edisi ketiga. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.
  • Mulyana AZ. 2006 Rahasia Matematika Untuk Kelas 3,4,5, dan 6 KTSP 2006 Agung Media Mulya. Surabaya.
  • Ma’arif, Zaenal. 2009, Metode Mengajar dalam Peraktek Kerja Bangku pada Pembuatan Kunci Pas Ukuran 17 mm dan Ukuran 14 mm (Online), http://ariefz45.student.fkip.uns.ace.id/files/2009/12/TUGAS-KETIGA-SBM-PR/KERJA-BANGKU2.pdf (Diakses Tanggal 17 Mei 2010)
  • Noehi Nasution. 2008, Penelitian Tindakan Kelas.
  • Paino. 2007. Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas V Sdn Utama I Tarakan Tahun Pembelajaran 2007/2008. Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Borneo. Tarakan.
  • Russefendi, 1991. Strategi Belajar Matematika,
  • Sofa. 2009. Belajar, Mengajar dan Pembelajaran (Online), http : // massofa. wordpress. com. 2009 / 01 /30/ belajar-mengajar-dan-pembelajaran/ (Diakses Tanggal 19 Mei 2010)
  • Suharsimi Arikunto.2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi revisi. Bumi Aksara. Yogyakarta.
  • Susilo (Online). http://pinggiralas.blogspot.com/2010/06/upaya-peningkatan-intensitas-belajar. html
  • Standar isi KTSP. 2006. SDN 001 Nunukan
  • Susilo. 1998. Strategi Belajar Matematika
  • Tim Bakti Guru, 1989). Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan.
  • Usman, Moh Uzer, Drs. 2001.Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua, Cet. XII, Remaja Rosdakarya, Bandung.
  • Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas terbuka. Jakarta.

Share:

KARYA ILMIAH PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN METODE DEMONSTRASI TENTANG MATERI ALAT PENCERNAAN MANUSIA PADA KELAS V SDN 002 SEBATIK UTARA



PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN METODE DEMONSTRASI TENTANG  MATERI ALAT PENCERNAAN MANUSIA PADA KELAS V SDN 002 SEBATIK UTARA


Jawaluddin Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka


ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas melalui tahapan atau siklus, penelitian ini berlangsung dalam dua siklus.Prosedur pelaksanaan tindakan meliputi beberapa tahapan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan karena pembelajaran IPA kurang diminati oleh para siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengelola pendidikan, agar proses belajar  mengajar lebih menarik sehingga siswa menyenangi pembelajaran IPA, dan dapat meningkatkan minat serta motivasi siswa terhadap pembelajaran IPA sehingga meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat.
Setelah melakukan penelitian ini ada beberapa temuan diantaranya:Pertama meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi rencana persiapan pembelajaran, kedua meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPA, ketiga partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA menjadi efektif dan kondusif. 

Kata kunci: Media Gambar, Metode Demonstrasi, Materi Alat Pencernaan Manusia


PENDAHULUAN 

Berdasarkan hasil Tes Formatif Pra Siklus untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa Kelas V SDN 002 Sebatik Utara Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan, didefinisikan masih banyak siswa belum tuntas dalam Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi Fungsi Organ Pencernaan Manusia dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan”, ini terlihat dari 16 siswa anak kelas V hanya 4 siswa yang mendapat diatas KKM atau tuntas, sedangkan 12 siswa belum tuntas. Tingkat ketuntasan hanya mencapai 25 %. 

Melihat dari kondisi tersebut, akhirnya penulis mempunyai ide untuk memperbaiki hasil penelitian anak tersebut dengan berusaha untuk melakukan perbaikan pembelajaran.Menurut Carin (1992)dalam bukunya Amalia Sapriati,dkk (2014:4.5) keterampilan proses IPA merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan bukan saja untuk belajar berbagai macam ilmu tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari Dengan mengidentifikasi masalah yang ditemukan diantaranya Rendahnya penguasaan materi IPA dengan kompetensi dasar “Mengidentifikasi Fungsi Organ Pencernaan Manusia dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan “, penyampaian materi terlalu cepat karena waktu pelajaran cukup singkat, media yang kurang tepat, siswa bosan dan tidak tertarik dengan penjelasan guru karena guru hanya berceramah secara monoton sehingga siswa kurang kesempatan bertanya, metode yang kurang tepat, siswa kurang berani bertanya meskipun mengalami kesulitan.

Adapun masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah “Apakah penggunaan media gambar dan metode demonstrasi dapat meningkatkan pembelajaran materi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan” pada siswa kelas V semester I di SDN 002 Sebatik Utara Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan Tahun Pelajaran 2016/2017.

Secara operasional tujuan perbaikan adalah sebagai berikut: (a) Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran IPA Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia “ pada siswa kelas V semester I SDN 002 Sebatik Utara Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan Tahun Pelajaran 2016/2017. (b) Untuk mencari metode dan media pembelajaran yang efektif dan mudah dipahami oleh siswa. (c) Untuk mengidentifikasi prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan“dengan menggunakan“media gambar alat pencernaan manusia dan metode demonstrasi”

Media Menurut Heinich dkk. (1996) dalam bukunya Amalia Sapriati,dkk (2014:5.2), media (jamak)/medium (tunggal) secara umum adalah saluran komunikasi, yaitu segala sesuatu yang membawa informasi dari sumber informasi untuk disampaikan kepada penerima informasi.Menurut Heinich dkk. (1996) dalam bukunya Amalia Sapriati,dkk (2014:5.3), dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu melakukan hal berikut, yaitu memahami karakteristik siswa, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan jembatan atau penghubung antara pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa dengan tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran, menentukan metode dan format media yang cocok atau tepat, menggunakan media, melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, melakukan evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran.

Jenis Media PembelajaranAda beberapa jenis media pembelajaran menurut Heinich,dkk(1996)dalam bukunya Amalia Sapriati,dkk (2014:5.5) yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran antara lain :Media tidak diproyeksikan (non projected media) seperti objek nyata, model, bahan tercetak, bahan ilustrasi;Media diproyeksikan (projected visual) seperti transparansi,slide;Media audio seperti kaset, rekaman fonograf, compact disk,audio cards;Media gerak seperti film atau video; Komputer;Media radio.

Suatu teknik mengajar bukanlah “monopoli” dari suatu metode mengajar tertentu.Suatu teknik tertentu dapat merupakan bagian dari suatu metode, tetapi sekaligus juga menjadi bagian dari metode yang lain. Sehingga dapat dikatakan keanekaragaman metode mengajar itu, jumlahnya tidak terbatas, sedangkan teknik mengajar jumlahnya terbatas. Jadi, metode adalah suatu unsur terpenting dalam mengajar untuk merangsang serta mengarahkan siswa untuk belajar dengan berbagai macam cara yang mengarah kepada tujuan yaitu memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta idealisme. Dikutip dari bukunya Amalia Sapriati,dkk (2014;3.4).

Jenis metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara lain:Penugasan,diskusi,tanya jawab, latihan, ceramah, simulasi, proyek, study lapangan/widyawisata, demontrasi, dan eksperimen.Dalam melakukan perbaikan pembelajaran pada penelitian ini, peneliti menggunakan menggunakan media gambar dan metode demontrasi pada pembelajaran alat pencernaan manusia.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah di siswa kelas V (lima) SDN 003 Sebatik Utara yang ada di wilayah Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten Nunukan Tahun Pelejaran 2016/2017 berjumlah 16 orang siswa, pada mata pelajaran IPA. Tempat Perbaikan Pembelajaran SDN 2 Sebatik Utara yang beralamat Jln. TVRI Rt.03 Desa Lapri Kec. Sebatik Utara Kab. Nunukan waktu pelaksanaan siklus I Tanggal 08 Mei 2017, pelaksanaan siklus II Tanggal 22 Mei 2016, lama tindakan siklus I dan siklus II 4 x 45 menit (2 jam pelajaran). Karakteristik Siswa kerja keras, kreatif,mandiri, rasa ingin tahu. peduli lingkungan Prosedur Perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan Peneltian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam dua (2) siklus. Setiap proses siklus terdiri dari 4 tahap yaitu:
a) Tahap Perencanaan (planning);
b) TahapPelaksanaan (acting);
c) Tahap Pengamatan (observasi);
d) Tahap Refleksi (reflecting)

Teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar Observasi
Observasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap guru sebagai peneliti oleh supervisor 2, dan pengamatan (observasi) terhadap siswa sebagai subyek penelitian. Lembar observasi terhadap guru sebagai peneliti adalah jurnal yang telah disediakan oleh UT. Lembar obsevasi untuk siswa sebagai subyek perbaikan penelitian adalah observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran, analisis aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan  presentase (%) yakni mengitung banyaknya frekuensi aktivitas yang muncul dibagi dengan jumlah seluruh frekuensi aktivitas, kemudian dikalikan 100%. Analisis digunakan selama proses belajar-mengajar.


b. Lembar tes / soal-soal tes
Untuk mengetahui hasil perbaikan pembelajaran, data-data dikumpulkan melalui hasil tes pembelajaran. Tes pembelajaran berupa soal-soal tes yang disusun dalam RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) setiap siklusHasil tes pembelajaran dimasukkan kedalam suatu tabel, kemudian dideskripsikan sehingga diketahui peningkatan perbaikan pembelajaran setiap siklusnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Data Per Siklus 
Data hasil tes formatif pada pra siklus sebagai data awal sebelum di adakan perbaikan sebagai ajuan penulis melakukan penelitian yaitu terdapat nilai dari 16 siswa ternyata terdapat 12 siswa yang penguasaan materinya masih dibawah 65%, dan dari pengamatan aktivitas di atas, pada waktu guru memberikan pelajaran dengan metode ceramah, banyak siswa yang diam saja untuk mengikutinya, ada yang kurang aktif, ada yang mengobrol, bahkan ada yang mengantuk. Maka perlu diadakan perbaikan untuk siklus ke I, dan Observasi aktivitas siswa, guru akan mengubah strategi pembelajaran dengan metode diskusi dengan harapan keaktifan dan pemahaman anak menjadi meningkat. 

Dan pada pembelajaran siklus I (satu) ini, terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang semula 25% menjadi 37,6% keaktifan siswa yang semula 0 % menjadi 18,8 % , bertanya 12,5% menjadi 18,8%. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran pada  siklus I (satu) ini, guru melakukan refleksi diri. Ternyata dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa. Namun demikian guru belum puas dengan hasil pada siklus pertama ini. Guru perlu memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

Setelah melakukan proses belajar mengajar IPA dengan kompetensi dasar Mengidentifikasikan alat pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan pada meteri pokok alat pencernaan manusia, sebagian besar siswa menunjukkan peningkatan pemahaman yang cukup signifikan pada pembelajaran siklus II (dua) ini, terdapat peningkatan keaktifan siswa yang semula 12,5% menjadi 50%, bertanya semula 18,8% menjadi 44% Hal ini dikarenakan dalam demonstrasi guru dapat menjelaskan cara manusia bernapas dengan menggunakan media gambar dan metode demontrasi. Hanya ada 6,3% atau satu orang anak saja yang belum bisa menuntaskan pelajaran di karenakan terdapat kelaianan (Autisme) pada siswa tersebut.

Pengaruh aktivitas siswa juga terlihat dalam pengerjaan LKS, siswa diharuskan untuk menjawab soal dengan pemahaman yang dimilikinya terdapat peningkatan daya serap siswa yang semula 37,6% menjadi 93,8%, kemudian kegiatan dalam diskusi yaitu setiap kelompok dengan perwakilan kelompoknya menunjukkan bagian bagian alat pencernaan dengan menggunakan tubuhnya. Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran pada akhir siklus II (dua) ini, guru melakukan refleksi diri. Ternyata dengan menggunakan metode demonstrasi dan disertai diskusi dengan media gambar dapat meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman siswa.

Untuk mengetahui nilai perbandingan per siklus, dapat dilihat pada tabel berikut:
  • Analisis Hasil Kerja Siswa
  • DiagramAnalisis Hasil Kerja Siswa 
  • Analisis Aktivitas Siswa
  • Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa

b. Pembahasan dan Temuan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi dan disertai diskusi dengan media gambar dapat meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman siswa. Hal ini terjadi karena sesuai dengan bentuk-bentuk kegiatan belajar  siswa antaranya:

a) Belajar menemukan
Jerome S. Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner, selama kegiatan belajar berlansung hendaknya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajarinya ( discovery learning ). Dalam hal ini siswa di beri kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsp-konsep dalam bahasa mereka sendiri (http://saifulmmuttaqin.blogspot.com). Dengan kata lain metode discovery learning mendorong siswa untuk bertanya dan merumuskan jawaban sementara mereka, serta menarik kesimpulan terhadap prinsip umum dari contoh praktik atau pengalaman yang dilakukannya (Bruner,1966:96), dikutip dalam bukunya I.G.A.K wardani,dkk (2011:5.5).

b) Belajar menyimak
Menyimak merupakan proses berbahas/mengungkapkan yan paling misterius Loudsteen dalam Tompkins Dan Hoskinson, 1991 dalam bukunya Yeti Mulyati, dkk (2011:2.4) menyatakan proses menyimak merupakan proses intraktif yang mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam pikiran.

c) Belajar meniru
Anak merupakan pribadi yang sangat suka meniru (modelling) dari lingkungan sekitanya. Guru dan orang merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Anak akan banyak sekali belajar dengan melihat, mengamati, menginternalisasi, hingga meniru dalam bentuk prilaku, bahkan hingga perilaku hasil meniru itu menetap sebagai suatu kebiasaan dan kegemaran.

d) Belajar menganalisis
Kegiatan pemebelajaran yang mengandung analisis dapat menghibur anak, mengasah daya ingat anak, mengembangkan kemampuan analisis anak, dapat mengajarkan anak mengkarifikasi sebuah permasalahan.

e) Belajar merespon
Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai reaksi dari suatu tertentu.

f) Belajar mengorganisasikan
Menurut teori humanistik yang dikemukan Carl Roger (http:www.uny.ac.id) dalam bukunya I.G.A.K wardani,dkk (2011:5.13) yang terpenting dalam proses pemebelajaran adalah pentinganya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
  • Manuasia memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-halyang tidak ada artinya;
  • Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya;
  • Pengorganisasian bahan pengajaran berarti meng-organisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
g) Belajar mengamati
Menurut Permendikbud  No. 81A Tahun 2013 lampiran IV. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok salah satunya yaitu mengamati. Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).

SIMPULAN DAN SARAN

Dengan melaksanakan perbaikan melalui Siklus I dan Siklus II, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa “ Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
  • Perolehan nilai pra siklus yaitu sebesar 25 %. Hal ini disebabkan belum menggunakan media gambar;
  • Perolehan nilai siklus I, yaitu sebesar 37,6 %. Hal ini disebabkan sudah menggunakan metode cerama.
  • Perolehan nilai Siklus II, yaitu sebesar 93,5 %. Hal ini disebabkan sudah diberikan materi dengan menggunakan media gambar dan metode yang relevan dan bervariasi.
Berdasarkan perolehan nilai yang meningkat tersebut, dapat disimpulkan  bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk keberhasilan pembelajaran IPA terutama meningkatkan penguasaan materi oleh siswa, maka sebaiknya :
  • Bagi guru
    • Guru harus mampu memilih alat peraga dengan baik agar proses pembelajaran berlangsung lancar,
    • Pemahaman siswa menjadi meningkat apabila guru menggunakan metode dan alat peraga yang tepat dalam pembelajaran,
    • Guru harus menguasai berbagai metode mengajar untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran, 
    • Guru dalam memberikan pertanyaan harus memberikan waktu untuk siswa berfikir.
  • Bagi siswa
    • Siswa dalam mengikuti pelajaran harus lebih Aktif, efektif, dan Rajin Bertanya demi meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran.
  • Bagi sekolah
    • Sebaiknya sekolah lebih mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran supaya dapat meningkatkan mutu pembelajaran serta lulusan yang berkualitas.
Demikian hal-hal yang penulis temukan melalui Penelitian Tindak Kelas (PTK). Untuk mencapai hasil yang lebih baik perlu Kelompok Kerja Guru (KKG) diberdayakan, Untuk memberi masukan - masukan, saran-saran dan pengalaman masing-masing dalam melaksanakan tugas sehari - hari.

DAFTAR PUSTAKA
  • Wardani,I.G.A.K.,dkk.,(2014), Pemantapan Kemampuan Professional, Tangerang Selatan: Cet.6;ed.2-- Universitas Terbuka.
  • Depdiknas., (2006), kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
  • Permendikbud 81A lamp IV., (2013),kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar K.13 : Departemen Pendidikan dan kebudayaan
  • Anggoro, M., Toha.,Ir., (2014), Metode Penelitian, Tangerang Selatan : Cet.9;Ed.1--Universitas Terbuka.
  • Sumardi, Y., dkk., (2011), Konsep Dasar IPA di SD, Jakarta : --Cet.9;Ed.1--               Universitas Terbuka
  • Sapriati, A.,dkk., (2014), Pembelajaran IPA di SD, Tangerang Selatan : --Cet.14;Ed.1 Universitas Terbuka.
  • Harminto, S., (2006). Biolog Umum. Jakarta : --Cet.7-- Universitas Terbuka
  • Haryanto., (2004), Sains, Jakarta penerbit Erlangga : Departemen Pendidikan Nasional
  • Wahyudin, D., dkk., (2014), Pengantar Pendidikan, Tangerang Selatan : --Cet.17;Ed.1--Universitas Terbuka.
  • Wardani, I.G.A.K., Wihardit, K., (2014), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :--Cet.21;Ed 1-- Universitas Terbuka.
  • Wardani, I.G.A.K.,dkk., (2016), Tehnik Menulis Karya Ilmiah, Tangerang Selatan:  --Cet.10;Ed.1-- Universitas Terbuka.
  • Wardani ,I.G.A.K.,dkk., (2011), Perspektif Pendidkan SD, Jakarta:  --Cet.7;Ed.1-- Universitas Terbuka.
  • Rustaman, N.,dkk., (2011), Materi dan Pembelajaran IPA SD , Jakarta:  --Cet.3;Ed.1-- Universitas Terbuka.
  • www.kajianteori.com, (2017), Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), diambil tanggal 02 mei 2017

Share: