Tampilkan postingan dengan label MAKALAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH. Tampilkan semua postingan

25 Juni 2022

Contoh Makalah Pengantar Pendidikan

Situsartikel92.com - Halo teman-teman yang saya hormati, selamat datang di website ini. Kesempatan kali ini admin membagikan sebuah artikel berupa contoh sebuah makalah, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi teman-teman yang telah mampir di web ini.

Pendahuluan

Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan dengan instingnya. Sedangkan belajarnya manusia merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.

Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, disaat anak ini dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anak mereka juga, begitu juga disekolah dan perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen. Dalam pendidikan tentunya ada istilah mengajar dan mendidik, untuk melakukan kedua hal itu tentunya di perlukan acuan supaya proses mengajar dan mendidik dapat berjalan sebagaimana mestinya, acuan tersebut dikenal dengan istilah pendidikan.

Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung di negara kita ini memiliki pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan disetiap negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan filsafat, landasan histori, landasan sosial budaya, landasan psikologis, beserta landasan sosiologis dan antropologis.

Rumusan Masalah

Dalam sebuah permasalahan perlu adanya rumusan masalah. Rumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan masalahnya.

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai landasan pendidikan, ada beberapa masalah yang harus kita selesaikan setelah pembahasan tersebut. Adapun identifikasi masalah tersebut :

> Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan ?
> Apa yang dimaksud dengan landasan yuridis pendidikan dan landasan filosofis pendidikan ?
> Apa yang dimaksud dengan landasan psikologis pendidikan dan landasan sosiologis pendidikan ?
> Apa yang dimaksud dengan landasan antropologis pendidikan dan landasan historis pendidikan ?
> Apa yang dimaksud dengan landasan ekonomi pendidikan ?
> Fungsi dan tujuan dari landasan pendidikan ?
> Jenis-jenis landasan pendidikan ?

Tujuan

Dari semua masalah yang kita angkat pada pembahasan landasan pendidikan ini. Merupakan langkah awal untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita serta cara pandang kita akan Landasan Pendidikan.

Beberapa tujuan yang timbul akibat permasalahan yang kita angkat ini, diantaranya sebagai berikut :

>> Agar dapat menjelaskan tentang pengertian landasan pendidikan.
>> Agar dapat menjelaskan tentang landasan yuridis pendidikan dan landasan filosofis pendidikan.
>> Agar dapat menjelaskan tentang landasan psikologis pendidikan dan landasan sosiologis pendidikan.
>> Agar dapat menjelaskan tentang landasan antropologis pendidikan dan landasan historis pendidikan.
>> Agar dapat menjelaskan tentang landasan ekonomi pendidikan.
>> Agar dapat mengetahui Fungsi dan tujuan dari landasan pendidikan.
>> Agar dapat mengetahui Jenis-jenis landasan pendidikan.

Manfaat

Pada pemaparan ini akan kita bahas untuk manfaat dari judul makalah ini. Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang landasan pendidikan baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan agar dapat memahami landasan pendidikan dari segi jenis-jenis landasan pendidikan, fungsi landasan pendidikan, pengertian landasan pendidikan, dan tujuan landasan pendidikan.

Landasan Pendidikan

Landasan Yuridis dan Landasan Filosofis Pendidikan

Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia, bersifat normatif, dan mesti dapat di pertanggung jawabkan. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan, misalnya idealisme, realisme, pragmatisme, landasan filosofis pendidikan dalam konteks sistem pendidikan nasional, yaitu pancasila. Ada berbagai asumsi fisafat pendidikan nasional ( pancasila ) yang meliputi hakikat realitas, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai serta implikasinya terhadap pendidikan yang meliputi hakikat tujuan pendidikan isi atau kurikulum pendidikan, metode pendidikan dan peranan pendidikan peranan peserta didik.

Landasan Pendidikan

Landasan berarti tumpuan, dasar atau alas sedangkan pendidikan merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan mengandung dua dimensi, yaitu dimensi berpikir dan dimensi bertindak.

Ada berbagai jenis landasan pendidikan berdasarkan sumber perolehannya, ada empat jenis landasan pendidikan, sebagai berikut:

(a) Landasan Religius Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.

(b) Landasan Filosofis Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.

(c) Landasan Ilmiah Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. Tergolong kedalam landasan ilmiah pendidikan atara lain : landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan di kenal pula sebagai landasan empiris pendidikan atau landasan faktual pendidikan.

(d) Landasan Yuridis atau Hukum Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari pengetahuan perundang-undanganyang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.

Berbagai asumsi pendidikan yang telah di pilih dan di adopsi oleh seseorang, sekelompok orang atau lembaga pendidikan akan berfungsi memberikan dasar tujuan konseptual dalam rangka pendidikan yang dilaksanakannya. Jadi, fungsi landasan pendidikan adalah meberikan dasar pijakkan atau titik tolak bagi seseorang sekelompok orang atau lembaga dalam rangka praktik pendidikan.

Landasan Yuridis Pendidikan

Landasan Pendidikan Pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlakukan sebagai titik tolak dalam rangka pengelolaan, penyelenggaraan dan kegiatan pendidikan dalam suatu sistem pendidikan nasional. Landasan yuridis pendidikan bersifat ideal dan normatif, artinya merupakan sesuatu yang di harapkan dilaksanakan dan mengikat untuk di laksanakan oleh setiap pengelola, penyelenggara dan pelaksana pendidikan di dalam sistem pendidikan nasional.

Dasar pendidikan nasional dalam UUD 1945 tersurat pada kelima sila yang di sebut pancasila. Karena pancasila berkedudukan sebagai dasar negara, implikasinya maka dasar pendidikan nasional indonesia adalah pancasila.

Dalam pembukaan UUD 1945 di dalamnya telah tersirat cita-cita pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya pasal 31 UUD NEGARA 1945 secara tersurat menyatakan bahwa :

Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur dengan undang-undang.

Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Akar pendidikan nasional pada dasarnya merupakan usaha kultural dengan maksud mempertingi kualitas hidup dan kehidupan manusia baik secara individual, kelompok masyarakat maupun sebagai suatu bangsa. Pendiidikan harus di kembangkan dengan berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Secara yuridis, pada pasal 1 ayat 2 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional di tegaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.

Pembukaan UUD 1945 menyatakan pancasila sebagai dasar negara republik indonesia, serta pasal 29 undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang menegaskan bahwa “( 1 ) negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa”; dan ( 2 ) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Definisi pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 ).

Fungsi pendidikan nasional adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab”.

Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan Filosofis Pendidikan merupakan seperangkat asumsi pendidikan yang di dedukasi dari asumsi-asumsi filsafat umum ( metafisika ), (epistomologi), dan (aksiologi) yang besifat preskriptif dari suatu aliran filsafat tertentu.

(a) Metafisika ( hakikat realitas ), sesuai dengan yang kita yakini sekarang bahwa realitas atau alam semesta tidaklah ada dengan sendirinya, melainkan sebagai ciptaan (makhluk) Tuhan Yang Maha Esa. Jadi di alam semesta buka hanya realita fisik atau hanya realitas non fisik yang ada, yang besifat fisik atau non fisik tampak dalam pluralitas fenomena alam semesta sebagai keseluruhan yang integral. Sebagaimana termasuk dalam pembukaan UUD 1945 bahwa hakikat hidup bangsa indonesia adalah berkat rahmat allah yang maha kuasa dan perjuangan yang di dorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi kemerdekaan.

(b) Hakikat manusia. Manusia adalah kesatuan badanu-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, di bekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup. Manusia di yakini sebagai makhluk tuhan yang maha esa, mendapat panggilan tugas darinya. Dan harus mempertanggung jawabkan segala amal pelaksanaan tugasnya terhadap tuhan yang maha esa. ( aspek religius ) :

  • Asas mono dualisme : manusia adalah kesatuan badani-rohani ia adalah pribadi atau individual. Tetapi sekaligus insan sosial;
  • Asas mono pluralisme : menyakini keragaman manusia, baik suatu bangsa, budaya, dsb. Tetapi adalah suatu kesatuan sebagai bangsa indonesia / Bhineka Tunggal Ika;
  • Asas nasionalisme : dalam eksistensinya manusia terikat oleh ruang dan waktu maka ia mempunyai relasi dengan daerah, zaman dan sejarahnya. Yang di ungkapkan dengan sikapnya mencintai tanah air, nusa dan bangsa;
  • Asas internasionalime : manusia indonesia tidak akan meniadakan eksistensi manusia lain baik sebagai pribadi, kelompok atau bangsa lain;
  • Asas demokrasi : dalam mencapai tujuan kesejahteraan bersama, kesamaan hak dan kewajiban menjadi dasar hubungan antar warga negara, dan hubungan antar warga negara dan negara dan sebaliknya;
  • Asas keadilan sosial : dalam merealisasikan diri manusia harus senantiasa menjunjung tunggi tujuan kepentingan bersama dalam membagi hasil pembudayaannya.

(c) Epistomologi ( hakikat pengetahuan ), segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari tuhan yang maha esa. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui berpikir, pengalaman empiris, penghayatan dan intuisi dalam konteks interaksi / kominikasi dengan segala yang ada dalam hidupnya.

(d) Aksiologi ( hakikat nilai ). Sumber segala nilai hakikatnya adalah tuhan yang maha esa. Manusia adalah makhluk tuhan, insan pribadi individual sekaligus insan sosial maka hakikat nilai di turunkan dari tuhan yang maha esa. Masyarakat dan individu. Atas dasar filsafat atau pandangan hidupnya, yaitu pancasila, bangsa indonesia memiliki filsafat pendidikan tersendiri. Antara lain sebagai mana di uraikan berikut ini:

  • Pendidikan ( pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional )
  • Tujuan Pendidikan ( pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional )
  • Kurikulum Pendidikan. Disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia dengan memperhatikan :
  • Peningkatan iman dan taqwa
  • Peningkatan akhlak mulia
  • Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik
  • Keragaman potensi daerah dan lingkungan
  • Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
  • Tuntutan dunia kerja
  • Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
  • Agama
  • Dinamika perkembangan global, serta
  • Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Ketentuan pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (pasal 36 undang-undang republik indonesia no. 20 tahun 2003 Tantang Sistem Pendidikan Nasional).

Metode pendidikan. Merupakan alternatif untuk diaplikasikan, sebab tidak satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya dalam segala konteks pendidikan, dalam praktik pendidikan pemilihan dan aplikasi metode pendidikan diharapkan mengacu pada prinsip CBSA dan sebaiknya bersifat multi metode.

Peranan pendidikan dan peserta didik. Berbagai peranan pendidik dan peserta didik, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersirat dan tersurat dalam semboyan “Ing Ngarso Sung Tulado” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi peserta didiknya, “Ing Madya Mangun Karso” artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya dan “Tut Wuri Handayani”, Artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.

Landasan Ilmiah Pendidikan

Landasan Psikologis Pendidikan

Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil studi disiplin psikologi yang di jadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. Dalam kegiatan belajar 1 anda telah memahami bahwa manusia merupakan “mahkluk yang belum selesai mengadakan dirinya sebagai manusia”, ia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan diri, adapun pengembangan diri antara lain dilakukan melalui pengajaran, yang di mana didalam konsep ini tersirat adanya individu yang belajar. Perkembangan individu (development) dan bagaimana individu itu belajar (learning) dikaji lebih lanjut secara ilmiah dalam disiplin psikologi. Hasil studi tersebut berimplikasi terhadap pendidikan.

Perkembangan Individu Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

Setiap individu mengalami perkembangan (development), yaitu proses perubahan yang berlangsung terus-menerus sejak terjadinya pembuahan (conception) hingga meninggal dunia. Perubahan dalam perkembangan individu terjadi karena kematangan (maturation) dan belajar (learning). Kematangan adalah perubahan-perubahan pada diri individu sebagai hasil dari pertumbuhan fisik atau perubahan-perubahan biologis daripada sebagai perubahan melalui pengalaman. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu yang bersifat relatif permanen dan terjadi sebagai hasil pengalaman. Kombinasi dari kematangan atau pertumbuhan biologis dan pengalaman berperan sebagai penentu kesiapan belajar (Yello and Weinstein, 1977).

Ada 5 prinsip perkembangan individu menurut Yello and Weinstein sebagai berikut:

  • Perkembangan individu berlangsung secara terus menerus sejak perubahan hingga meninggal dunia.
  • Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda, tetapi pada umumnya mempunyai perkembangan yang normal.
  • Semua aspek perkembangan yang bersifat fisik, sosial, mental, dan emosional satu sama lainnya saling berhubungan atau saling mempengaruhi.
  • Arah perkembangan individu dapat diramalkan.
  • Perkembangan berlangsung secara bertahap ; setiap tahapan memiliki karakteristik tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu dan Implikasinya terhadap Pendidikan

>> Teori Nativisme menyatakan bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa faktor-faktor hereditas yang berasal dari orang tuanya.

  • Implikasi terhadap pendidikan, yaitu tidak adanya kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengembangkan kepribadian peserta didik.

>> Teori Empirisme menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum ditulisi.

  • Implikasi terhadap pendidikan, yaitu memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik; tanggung jawab pendidikan sepenuhnya ada di pihak pendidik.

>> Teori konvergensi menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor hereditas maupun oleh faktor lingkungan (pengalaman).

  • Implikasi terhadap pendidikan, yaitu memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk dapat membantu perkembangan individu sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi pelaksanaannya harus sesuai dengan faktor-faktor hereditas.

Teori Belajar dan Implikasinya terhadap Pendidikan

Teori Behaviorisme, merupakan teori didasarkan pada asumsi bahwa; (1) hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi; (2) tingkah laku dan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dimodifikasi oleh kondisi-kondisi lingkungan; (3) komponen teori behavioral ini adalah stimulus, respons dan konsekuensi; (4) faktor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan dalam belajar adalah reiforcement.

Teori Kognitif. Tkoh teori belajar Kognitif adalah Jerome Bruner. Teorinya di dasarka pada asumsi bahwa; (1) individu mempunyai kemampuan memproses informasi. (2) kemampuan memproses informasi tergantung kepada faktor kognitif yang perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahapan usianya. (3) belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi. (4) hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif. (5) cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda sesuai tahap perkembangannya.

Humanisme. Tokoh teori belajar humanisme, antara lain Carl Rogers. Teorinya didasarkan pada asumsi bahwa (1) individu adalah pribadi utuh, ia mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya. (2) individu mempunyai hasrat untuk mengetahui (curiosity), hasrat untuk bereksplorasi, dan mengasimilasi pengalaman-pengalamannya. (3) belajar adalah fungsi seluruh kepribadian individu. (4) belajar akan bermakna jika melibatkan seluruh kepribadian individu (jika relevan dengan kebutuhan individu, dan melibatkan aspek intelektuan dan emosional individu).

Landasan Sosiologis Pendidikan

Landasan sosiologis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumberdari hasil studi disiplin sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. Memahami bahwa manusia adalah mahkluk individual sekaligus juga adalah mahkluk sosial atau mahkluk bermasyarakat. Tentang bagaimana interaksi individu dan kelompok di dalam masyarakatnya di kaji lebih lanjut secara ilmiah dalam disiplin sosiologi.

Individu dan masyarakat serta implikasinya terhadap pendidikan

Individu adalah manusia perseorangan yang mempunyai karakteristik bahwa ia sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi, unik, dan otonom. Masyarakat didefinisikan Ralph Linton sebagai “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatua sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”. Sedangkan selo sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan” ( Soerjono Soekanto, 1986).

Dalam struktur sosial tersebut setiap individu mempunyai kedudukan (status) dan peranan ( role) tertentu. Menurut Ralph Linton status adalah suatu kumpulan hak dan kewajiban (a collection of rights and duties),sedangkan peranan adalah aspek dinamis dari suatu status. Seseorang dikatakan melaksanankan peranannya jika ia melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya. Status dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) status yang diperoleh sejak lahir atau diberikan kepada individu (ascribed status), (2) status yang diraih, yaitu status yang memerlukan kualitas tertentu yang diraih melalui upaya tertentu atau persaingan (achieved status).

Dalam rangka memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya, setiap individu maupun kelompok melakukan interaksi sosial adapun dalam interaksi sosisal tersebut mereka melakukan berbagai tindakan sosial, yaitu perilaku individu yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan sosial yang di lakukan individu hendaknya sesuai dengan status dan peranannya yang mengacu kepada sistem nilai dengan norma atau tatakelkuan yang berlaku diddalam masyarakat. masyarakat menuntut hal tersebut tiadam lain agar konformitas, yaitu bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan yang diharapkan kelompok.

Seperti telah dijelaskan di muka, salah satu unsur masyarakat adalah adanya hubungan sosial atau interaksi sosial. Dengan demikian individu-individu dan kelompok didalam masyarakat itu bekerja sama. Hubungan sosial tersebut antara lain mengimplikasikan terjadinya reproduksi sehingga masyarakat menghasilkan keturunan, yaitu generasi muda yang akan menjadi generasi penerus dari generasi tua dalam masyarakat yang bersangkutan. Implikasi dari konsep individu dan masyarakat sebagaimana diuraikan di atas, antara lain bahwa (1) pendidikan perlu di lakukan terhadap individu demi terciptanya konformitas didalam masyarakat. (2) dalam konteks ini .pendidikan identik dengan sosialisasi.

Pendidikan dan Masyarakat

Pendidikan sebagai pranata sosial. Theodorson G.A. mendefinisikan pranata sosial ( social institution) sebagai suatu sistem peran dan norma sosial yang saling berhubungan dan terorganisasi di sekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi sosial yang penting ( sudarja adiwikarta, 1988 ). Komblun menggunakan istilahinstitusi untuk menjelaskan pranata sosial, ia mendefinisikan sebagai “suatu struktur status dan peranan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar anggota masyarakat” (kamanto sunarto, 1993). Esensinya bahwa pranata sosial merupakan suatu sistem aktivitas yang khas dari suatu kelakukan berpola; aktivitas yang khas ini dilakukan oleh berbagai individu atau manusia yang mempunyai status dan peran masing-masingyang saling berhubungan atau mempunyai struktur; mengacu kepada sistem ide, nilai, dan norma atau tata kelakuan tertentu; dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan; dan aktivitas khas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat.

Sebagai individu-individu, masyarakat pun memiliki berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya tersebut masyarakat membangun pranata-pranata sosial. Contohnya, pranata ekonomi merupakan salah satu pranata sosial yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan mengenai mata pencaharian hidup, memproduksi barang dan jasa, menyimpam, mendistribusikan hasil produksi. Demikian halnya, bahwa pendidikan merupakan salah satu pranata sosial yang berfungsi untuk mensosialisasikan generasi mudanya agar tercipta homogenitas atau konformitas.

Hubungan pendidikan dan masyarakat. Terdapat hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat. Sudarja Adiwikarta (1988), antara lain mengemukakan bahwa:

Terhadapa hubungan yang tetap dan positif antara derajat pendidikan dengan kehidupan ekonomi, dalam arti makin tinggi derajat pendidikan suatu masyarakat makin tinggi pula derajat ekonominya.

Di dalam masyarakat terdapat startifikasi sosial ( pelapisan sosial ). Berkenaan ini, pendidikan berpengaruh terhadap startifikasi sosial, sebaliknya startifikasi sosial juga berpengaruh terhadap pendidikan.

Pendidikan berpengaruh terhadap mobilitas sosial. Dalam masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka, melalui pendidikan orang mempunyai kesempatan untuk berusaha naik ke tangga status sosial yang lebih tinggi, tetapi sebaliknya terbuka pula peluang untuk turun atau jatuh ke tangga status sosial di bawahnya.

Pendidikan mempunyai peranan dalam rangka perubahan sosial. Dalam hal ini selain berperan sebagai agen pelestari keadaan masyarakat ( agent of conservation ), pendidikan juga berperan sebagai pelaku perubahan keadaan di dalam masyarakat (agent of change).

Landasan Antropologis Pendidikan

Landasan antropologis pendidikan adalah seperangkap asumsi yang bersumber dari hasi studi disiplin antropologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.

Selain sebagai mahkluk sosial, manusia juga adalah mahkluk berbudaya. Manusia menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya dan membudaya. Adapaun yang dimaksud kebudayaan adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar” ( koentjaraningrat, 1985:180).

Ada tiga jenis wujud kebudayaan, yaitu sebagai berikut.

(a) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan.

(b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

(c) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Manusia adalah mahkluk berbudaya, tetapi kebudayaan tidak dibawa manusia sejak kelahirnya. Secara faktual, dan sebagai mana tersurat dalam defiisi yang di kemukakan Koentjaraningrat, kebudayaan dapat menjadi milik diri manusia sehingga menjadi karakteristiknya yang esensial dibanding dengan hewan hanyalah melalui belajar. Proses-proses biologis untuk reproduksi memang mencukupi untuk mempertahankaneksistensi kelompok, akan tetapi tidak cukup untuk bertahannya kelompok itu dalam artian sebagai suatu masyarakat (Ralph Linton, 1945).

Jika dalam sosiologi anda mengenal istilah sosialisasi untuk memahami pendidkan, dalam antropologi dikenal istilah enkulturasi. Sekalipun terdapat perbedaan sudut pandang antara sosiologi dan antropologi erta terdapat perbedaan antara sosialisasi dan enkulturasi, tetapi sesungguhnya kedua hal tersebut merupakan realitas yang sulit dipisahkan. Seperti telah anda pahami, definisi sosialisasi menekankan kepada pengambilan peranan, namun sesungguhnya di dalam peranan-peranan tersebut inheren nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan. Karena itu, didalam proses sosialisasi itu sebenarnya terjadi juga proses enkulturasi ( pembudayaan ). Kebudayaan menjadi imput bagi pendidikan, antara lain dapat kita pahami bahwa (1) kebudayaan milik suatu masyarakat yang berupa nilai-nilai dan gagasan-gagasan akan menggariskan tujusn pendidikan, (2) wjud kebudayaan berupa nilai-nilai, norma-norma, gagasan-gagasan dan wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas berpola dari suatu masyarakat akan menjadi isi (kurikulum) dan cara-cara (metode) pendidikan, (3) wujud fisik berupa bangunan, benda-benda, dan uang merupakan sarana alat, dan biaya yang digunakan dalam pendidikan. Sebaliknya, pendidikan berfungsi untuk melestarikan kebudayaan masyarakat (fungsi konservasi), dan berfungsu pula dalam rangka mengembangkan kebudayaan masyarakat (funsi kreasi).

Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang khas sebagai karakteristik yang membedakan dari masyarakat lainnya, yang akan beriplikasi terhadap pendidikan setiap masyarakat yang bersangkutan.

Landasan Historis Pendidikan

Landasan historis pendidikan merupakan seperangkap konsep dan praktik pendidikan masa lampau sebagai titik tolak sistem pendidikan masa kini yang terarah ke masa depan. Pendidikan masa kini tidak terwujud begitu saja secara tiba-tiba, melainkan merupakan kesinambungan dari pendidikan pada masa lampau. Dalam kesinambungan tersebut, konsep dan praktik pendidikan masa lampau yang di pandang baik dan berguna akan tetap di pertahankan, sedangkan konsep dan praktik pendidikan yang di pandang tidak baik dan tidak berguna atau keliru akan di perbaiki atau di kembangkan sehingga berbeda dengan konsep dan praktik pendidikan masa lampau. Contohnya, konsep atau semboyang tut wuri handayani yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara sejak zaman pergerakan nasional sampai saat ini masih dianut dan di aplikasikan dalam pendidikan kita, sedangkan konsep dan praktik pendidikan yang bersifat dualistik dan aristokrsi pada zaman penjajahan belanda diperbaiki dengan pendidikan sebagai landasan pendidikan yang bersifat demokratis.

Landasan historis pendidikan indonesia, antara lain mencakup landasan historis pendidikan (1) zaman purba, (2) zaman kerajaan hindu-budha, (3) zaman kerajaan islam, (4) zaman pengaruh portugis dan spanyol, (5) zaman kolonial belanda, (6) zaman pendudukan jepang, (7) pendidikan periode 1945-1969, dan (8) pendidikan pada masa PJP I (1969-1993).

Landasan Ekonomi Pendidikan

Ekonomika merupakan studi tentang kemakmuran materi manusia. Masalah pokok ekonomi mencakup pilihan-pilihan yang berkaitan dengan konsumsi, produksi, distribusi dan pertumbuhan sepanjang waktu. Menurut pepelasis, dkk, faktor-faktor yang sangat penting dalam ekonomi (pembangunan) adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, akumulasi modal, teknologi dan kewiraswastaan, serta sosio-budaya. Faktor ekonomi yang sangat berkesesuaian dengan pendidikan adalah sumber daya manusia ( Redja Mudyahardjo, 1995).

Oleh karena itu, ditinjau dari sudut pandang ekonomi, pendidikan adalah human investment atau upaya penanaman modal pada diri manusia ( Odang Muchtar, 1976). Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif dalam menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

Terdapat hubungan antara pendidikan dan ekonomi, antara lain melalu pendidikan tenaga kerja produktif dapat dihasilkan. Sebaliknya, pelaksanaan pendidikan memerlukan sejumlah dana yang harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif.

Penutup

Kesimpulan

Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.

Landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Filosofis adalah suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Saran

Landasan filosofis pendidikan di Indonesia yakni Pancasila, implikasi terhadap pendidikan harus menyesuaikan dan menyelaraskan tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan, metode pendidikan, kejelasan peranan pendidik dan peserta didik. Dengan strategi tersebut maka harapan yang diinginkan akan terpenuhi sejalan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Silahkan bagi teman-teman yang ingin memiliki file dokumennya tinggal klik link unduh di bawah ini.

Share:

Contoh Makalah Materi dan Pembelajaran Komunikasi Sosial Budaya Indonesia dan Karakter WNI Baru



BAB I
PENDAHUALUAN

A. Latar Belakang

Dalam membangun pola hubungan yang harmonis diperlukan dua kondisi yang merupakan prasyarat keseimbangan. (a) setiap unsur bangsa yang beragam dan berbeda hendaknya memahami, menghayati, menghargai dan menerima perbedaan yang dimiliki oleh unsur lainnya sehingga tumbuh sikap toleran, tenggang rasa, atau tepo seliro di antara berbagai unsur tersebut (manual understanding). (b) setiap unsur bangsa harus memiliki cita rasa yang sama dalam tata kehidupan bersama sehingga masing-masing berperan serta membangun satu kesatuan bangsa.

Warga negara merupakan bagian dari suatu masyarakat dan bangsa. Karakteristik suatu masyarakat dan bangsa tercermin dalam karakteristik warga negaranya.

Kemajuan IPTEK, terutama dalam teknologi komunikasi, menyebabkan hubungan antarbangsa di dunia menjadi sangat terbuka. Tidak ada lagi satu negara yang terisolasi. Ini menimbulkan globalisasi dalam berbagai bidang telah mengglobal antara lain, dalam bidang ekonomi sering kita dengar namanya perdagangan bebas, dalam bidang politik adanya keterbukaan yang cenderung mengarah ke sistem demokrasi liberal, dalam bidang kebudayaan yaitu terjadinya proses pembudayaan global, dimana pengaruh budaya dari negara luar sangat besar.

Begitu juga dengan pendidikan yang mempunyai peran yang penting dalam membentuk karakter warga negara dan bangsa. Karena pendidikan saat ini menentukan keberhasilan masa depan bangsa. Maka dari itu, harus terus menerus melakukan penyempurnaan sistem pendidikan, yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Semua itu sesuai dengan perkembangan IPTEK dan masyarakat yang terus bergerak dengan cepatnya sehingga pendidikan pun harus mengikuti gerak tersebut.

Pada dasarnya setiap individu memiliki karakter yang berbeda 1 sama lain. Karakter inilah yang menjadi ciri khas sebuah masyarakat dan bangsa. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya, etnik, ras, suku, agama dan sebagainya. Tetapi memiliki persamaan cita-cita dan tujuan hidup bersama dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana seharusnya karakter warga negara indonesia yang ditandai dengan keragaman sosial budaya ?
  2. Sejauh mana penerapan komunikasi sosial budaya sebagai materi dalam pelajaran ?
  3. Apa saja kaitan antara pendidikan multikultural dengan komunikasi antar sosial budaya ?
Share:

Contoh Makalah Pendidikan Seni di Sekolah Dasar


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, 
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita semua dapat menjalankan aktivitas kita setiap hari. Setiap kita melakukan hal apa saja selalu iringi dengan doa. Tak lupa juga kita panjatkan Syalawat dan Salam kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW, beliau telah memberikan kita kehidupan seperti saat ini. Beliau telah menuntun kita dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang saat ini.

Pada kesempatan ini kami selaku kelompok 1 menyusun makalah ini dengan kerja sama dari setiap anggota kelompok, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing sekaligus tutor untuk mata kuliah PDGK 4206 Pendidikan Matematika 2 yang telah memberikan kami dorongan serta motivasi. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kepada teman-teman Mahasiswa UT D3T yang telah memberikan masukan kepada kami, akhirnya makalah dengan judul “Pendidikan Matematika 2 Modul 1-3” dapat terselesaikan.

Kami tahu bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan, maka kami mengharap kritik dan saran yang dapat membantu kami dalam menyusun makalah yang akan datang. 
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

.................................,      Februari 2015

Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Matematika adalah salah satu mata pelajaran umum pada jenjang pendidikan, baik pedidikan dasar, menengah, lanjut dan bahkan perguruan tinggi pasti terdapat mata pelajaran matematika. karena pelajaran matematika sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan matematika setiap orang dapat menghitung berat, tinggi, panjang, luas, dan lain sebagainya.

Pada makalah ini akan dibahas tiga aspek yang menyangkut mata pelajaran matematika diantaranya, (a) Bangun datar, (b) Keliling dan Luas, (c) Bangun Datar. Dalam bangun datar terdapat beberapa kriteria seperti garis, sudut, kurva dan segibanyak. 

Bangun datar merupakan salah satu pokok bahasan yang sangat penting dalam mempelajari geometri, maupun penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. bangun datar adalah bahan prasyarat untuk mempelajari bangun ruang. Karena saat mempelajari balok atau kubus, maka akan berkaitan dengan penggunaan titik, garis, ruas garis, sudut, persegi panjang, dan persegi. Dalam kehidupan sehari-hari, bangun datar sangat banyak ditemukan, misalnya kusen, pintu, ruang kelas, sisi atau tepi papam tulis, dan lain-lain.

Keliling dan luas berkaitan dengan keliling bangun datar. Dalam hal ini akan dibahas tentang keliling segibanyak berupa persegi panjang, persegi, segitiga, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, layang-layang, segibanyak beraturan, lingkaran dan tangram. Pada luas akan dibahas tentang luas daerah segibanyak berupa persegi panjang, persegi, segitiga, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, layang-layang, luas daerah lingkaran dan luas daerah tangram.

Manfaat

Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa manfaat yang ditemukan sehingga dapat diuraikan sesuai dengan susunan pembahasan yang terdapat pada daftar isi, yang terletak pada awal makalah ini. adapun manfaat yang di temukan antara lain :

Bagi Guru
  • Dapat memahami serta dapat menjelaskan garis, sudut, kurva, segibanyak, lingkaran,  dan tangram dengan sifat-sifatnya
  • Dapat melakukan pembelajaran mengenai garis, sudut dan kurva menggunakan media dan pendekatan.
  • Dapat melakukan pembelajaran mengenai segibanyak, lingkaran, dan tangram dengan sifat-sifatnya dan dengan menggunakan media dan pendekatan yang tepat.
  • Dapat mengevaluasi hasil belajar siswa tentang segibanyak, lingkaran, tangram, garis, sudut dan kurva.
  • Dapat menjelaskan cara penyelesaian soal-soal mengenai segibanyak, lingkaran, tangram, garis, sudut dan kurva.
  • Dapat menjelaskan keliling dan luas segibanyak, lingkaran, dan tangram serta sifat-sifatnya.
  • Dapat menjelaskan cara menyelesaikan soal-soal tentang keliling dan luas segibanyak, lingkaran, dan tangram dengan sifat-sifatnya.
  • Dapat melakukan pembelajaran keliling dan luas segibanyak, lingkaran, dan tangram dengan menggunakan media.
  • Dapat melakukan evaluasi hasil belajar siswa tentang keliling dan luas segibanyak, lingkaran, dan tangram dengan sifat-sifatnya.
  • Dapat menjelaskan yang dimaksud dengan bidang banyak dan bangun ruang.
  • Dapat menjelaskan jaring-jaring bangun ruang.
  • Dapat mengajarkan bidang banyak, bangun ruang, dan jaring-jaring bangun ruang dengan menggunakan metode dan media yang sesuai.
  • Dapat menjelaskan cara penyelesaian soal-soal tentang bidang banyak, bangun ruang, serta jaring-jaring bangun ruang.
  • Dapat melakukan evaluasi hasil belajar siswa tentang bidang banyak, bangun ruang serta jaring-jaring bangun ruang.
  • Dapat merancang pembelajaran bidang banyak, bangun ruang, serta jaring-jaring bangun ruang.
Bagi Siswa
  • Agar siswa dapat mengetahui tentang garis, sudut, kurva, segibanyak, lingkaran, dan tangram serta sifat-sifatnya.
  • Agar siswa dapat melakukan perbedaan antara garis, sudut, kurva, segibanyak, lingkaran, dan tangram.
  • Agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal tentang garis, sudut, kurva, segibanyak, lingkaran, dan tangram.
  • Agar siswa dapat mengetahui tentang keliling dan luas segibanyak, lingkaran dan tangram serta sifat-sifatnya.
  • Agar  siswa dapat membedakan antara keliling dan luas segibanyak, lingkaran, dan tangram serta sifat-sifatnya.
  • Agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal tentang keliling dan luas segibanyak, lingkaran, dan tangram.
  • Agar siswa dapat mengetahui tentang bidang banyak, bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang.
  • Agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal tentang bidang banyak, bangun ruang, dan jaring-jaring bangun ruang.
  • Agar siswa dapat membedakan antara bidang banyak, bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang.
Rumusan Masalah

Dalam menjalankan suatu pembelajaran dalam kelas dengan mata pelajaran matematika, pasti terdapat berbagai permasalahan-permasalahan yang dapat membuat suasana hati merasa tidak nyaman dalam mengajarkan mata pelajaran matematika. Semua itu adalah hal yang wajar dalam melakukan pembelajaran, apalagi jika mata pelajaran matematika. Sebelum melakukan pembelajaran matematika perlu adanya penyesuaian antara guru dan murid, maksudnya guru harus mengambil tindakan cepat agar dalam pembelajaran tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Yang dapat membuat suasana belajar terganggu.

Terdapat beberapa permasalahan yang sering sekali kita jumpai pada saat melakukan pembelajaran dengan mata pelajaran matematika, antara lain ;
  • Tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
  • Perlu adanya bimbingan khusus terhadap siswa secara mandiri.
  • Siswa kebanyakan diam dan termenung apabila guru menjelaskan mengenai materi pembelajaran.
  • Siswa masih terpaku pada arahan guru serta kurang percaya diri dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
  • Adanya rasa takut salah dan malu terhadap sesama siswa, apabila mengajukan atau menjawab pertanyaan.
BAB II
BANGUN DATAR

Garis, Sudut, dan Kurva

Garis, titik, bidang, dan garis merupakan ide dasar yang tidak mempunyai definisi dalam bidang geometri merupakan objek (benda) yang abstrak. Suatu titik dalam geometri tidak mempunyai ukuran. Titik tidak mempunyai panjang tidak mempunyai tebal, dan tidak mempunyai lebar. Suatu titik menunjuk suatu posisi, tempat, atau letak tertentu dari suatu objek.  Suatu titik biasanya digambar dengan suatu noktah, noktah yang digambar pada kertas cukup memberikan gambaran secara kasar kepada kita tentang ide suatu posisi atau letak suatu titik yang dibicarakan.

Himpunan semua titik membentuk suatu ruang. Maka dengan demikian yang menjadi perhatian kita adalah himpunan bagian dari ruang. Salah satu himpunan bagian dari ruang adalah bidang. Jadi, bidang merupakan himpunan titik atau suatu bidang penuh dengan titik. Panjang dan lebar suatu bidang adalah tak terhingga. 

Dua garis dapat sejajar, berpotongan, atau bersilangan. Dua garis adalah sejajar, jika kedua garis itu terletak pada satu bidang dan tidak mempunyai titik persekutuan. Dua garis disebut berpotongan adalah jika kedua garis itu mempunyai titik persekutuan. Dua garis disebut bersilangan adalah jika kedua garis yang tidak terletak pada satu bidang dan tidak mempunyai titik sekutu. Ruas garis merupakan bagian dari suatu garis, serta sinar garis merupakan himpunan bagian dari suatu garis.

Sudut adalah gabungan dua sinar garis dan masing-masing disebut kaki sudut. Sudut siku-siku adalah sudut yang ukurannya 90 derajat. Sudut lurus adalah sudut yang lurus atau sudut yang berukuran 180 derajat. Sudut lancip adalah sudut yang berukuran kurang dari 90 derajat. Sudut tumpul adalah sudut yang berukuran lebih dari 90 derajat tetapi kurang dari 180 derajat.

Kurva adalah kumpulan semua titik pada suatu bidang datar. Terdapat beberapa jenis kurva diantaranya, kurva tertutup sederhana karena masing-masing kurva ini tidak memotong dirinya sendiri atau tidak mempunyai titik potong. Kurva tertutup tidak sederhana karena masing-masing kurva ini memotong dirinya sendiri atau mempunyai titik potong. Kurva tidak tertutup sederhana adalah kurva yang tidak memotong dirinya sendiri. Kurva tidak tertutup tidak sederhana adalah kurva yang memotong dirinya sendiri. Hanya kurva yang tidak tertutup saja yang memiliki titik ujung.
Suatu daerah atau kumpulan titik ada yang konveks (cembung) dan ada yang tidak konveks (cekung). Daerah tidak konveks kadang-kadang disebut daerah konkav.

Segi banyak 

Segi banyak adalah suatu kurva sederhana tertutup yang dibentuk oleh (terdiri atas) segmen garis-segmen garis. Segmen garis-segmen garis yang telah membentuk segi banyak tersebut dinamakan sisi. Apabila suatu segi banyak ukuran sisinya sama dan ukuran sudutnya juga sama, maka segibanyak tersebut dinamakan segi banyak beraturan.

Segitiga

Segitiga merupakan segi banyak yang paling dasar. Segitiga sama kaki adalah segitiga dengan dua atau tiga sisinya sama panjang. Segitiga sama sisi adalah segitiga dengan tiga sisinya sama panjang. Apabila ketiga sisi segitiga tersebut panjangnya berbeda, segitiga ini dinamakan segitiga tidak sama kaki dan tidak sama sisi. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang mempunyai sudut siku-siku.

Segi empat merupakan bentuk segi banyak yang paling banyak macamnya. Beberapa bentuk segi empat itu adalah persegi, persegi panjang, jajar genjang, layang-layang, belah ketupat, dan trapesium.
Sifat-sifat yang mungkin terdapat pada segi empat, yaitu
  • Sisi-sisi yang berhadapan sejajar atau tidak.
  • Sudut-sudutnya merupakan sudut siku-siku atau tidak.
  • Sisi-sisinya  mempunyai panjang sama atau tidak.
Persegi adalah segi empat yang mempunyai sifat sebagai berikut; (a) sisi-sisi yang berhadapan sejajar, (b) keempat sudutnya siku-siku, (c) keempat sisinya sama panjang.
Jajar genjang adalah segi empat yang mempunyai sifat sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

Layang-layang adalah segi empat dengan sifat kedua sisi yang berdekatan sama panjang.
Trapesium adalah segi empat yang satu pasang sisinya sejajar.
Ada beberapa contoh bangun geometri datar yang bukan segi banyak. Disebut bukan segi banyak karena yang membentuk tidak semata-mata terdiri atas segmen garis saja, melainkan juga dibentuk oleh kurva.

Lingkaran

Lingkaran merupakan bentuk kurva sederhana tertutup yang lain selain segi banyak. Lingkaran adalah himpunan titik-titik pada suatu bidang yang berjarak sama dari suatu titik tertentu. Titik tersebut dinamakan pusat lingkaran. Jari-jari lingkaran adalah segmen garis yang menghubungkan pusat dengan suatu titik. Diameter lingkaran adalah sebarang segmen garis yang melalui pusat yang panjangnya dua kali lipat panjang jari-jari lingkaran.

Tangram

Tangram merupakan permainan orang-orang cina kuno. Tangram adalah suatu himpunan yang terdiri dari tujuh bangun geometri datar yang dapat dipotong dari suatu persegi. Bentuk-bentuk bangun geometri yaitu segitiga, persegi, persegi panjang,  jajaran genjang, dan lain sebagainya yang dapat membentuk tangram. Potongan-potongan tangram dapat dibuat dari suatu bangun datar persegi yang dipotong-potong menjadi tujuh bangun datar lain.

BAB III
KELILING DAN LUAS

Keliling Segi banyak

Pengukuran adalah suatu proses membandingkan suatu objek yang akan diukur dengan suatu objek yang telah diketahui ukurannya. Objek yang telah diketahui ukurannya itu biasanya disebut satuan. Satuan terbagi menjadi dua yaitu, satuan standar dan satuan tidak standar. Satuan standar adalah satuan yang telah ditentukan oleh suatu definisi matematik. Sedangkan satuan tidak standar adalah satuan yang tidak ditentukan dan tidak ditetapkan secara formal. Keliling dari suatu segibanyak merupakan jumlah panjang dari sisi-sisinya, yaitu jarak mengitari segi banyak tersebut. Jika bangun datarnya berupa lingkaran, maka keliling lingkaran adalah jarak mengitari lingkarang tersebut. Untuk mencari keliling lingkaran diperlukan bilangan khusus yang  diberi nama “Ï€” dibaca (“pi”). Bilangan “Ï€” merupakan perbandingan dari keliling lingkaran dengan diameter lingkaran. Maka keliling lingkaran hubungan diperoleh adalah d = 2 r, dan K = Ï€ d atau K = 2 Ï€r. Untuk mencari keliling tangram, kita hitung jumlah panjang sisi-sisi tepi dari tangram tersebut.

Luas Daerah

Pengukuran luas suatu daerah hampir sama dengan pengukuran panjang suatu ruas garis. Pengukuran suatu ruas garis adalah suatu proses membandingkan suatu ruas garis yang ingin diketahui ukurannya dengan suatu satuan standar yang biasanya dapat berupa m, dm, cm, inci, kaki, yard atau yang lainnya. Ukuran suatu ruas garis AB adalah suatu bilangan yang menunjukkan banyaknya satuan standar yang tercakup pada suatu ruas garis AB tersebut. Pengukuran luas daerah merupakan suatu proses membandingkan suatu daerah tertentu yang ingin diketahui ukurannya dengan suatu satuan standar yang ditetapkan. Satuan standar untuk luas suatu daerah umumnya adalah satuan persegi atau square unit.

Daerah segitiga adalah gabungan antara himpunan titik-titik pada segitiga dan himpunan titik-titik interior segitiga tersebut. Luas daerah tertutup oleh suatu kurva tertutup atau segi banyak adalah bilangan yang menyatakan banyaknya satuan persegi yang termuat dalam daerah tersebut. Jika irisan dua segi banyak adalah suatu garis maka luas daerah yang dibatasi oleh kedua segi banyak itu sama dengan jumlah luas kedua segi banyak tersebut. Luas persegi panjang sama dengan hasil kali ukuran panjang dan lebarnya. Jika dua segitiga adalah kongruen (sama dan sebangun), maka luas kedua segitiga tersebut adalah sama. 

Luas jajar genjang sama dengan hasil kali ukuran alas dan tingginya. Luas segitiga sama dengan setengah kali hasil kali ukuran alas dan tingginya. Luas trapesium sama dengan setengah kali hasil kali ukuran tinggi dan jumlah ukuran-ukuran alas dan atasnya (sisi-sisi sejajarnya). Jika dua segitiga sisi alasnya kongruen dan garis tingginya kongruen maka luas kedua segitiga tersebut adalah sama. Luas belah ketupat sama dengan setengah kali hasil kali ukuran-ukuran diagonalnya. 

Segi banyak beraturan adalah suatu segi banyak yang mempunyai sisi kongruen dan sudut kongruen. Ruas garis yang titik ujungnya adalah titik pusat segi banyak beraturan dan titik tengah sebarang sisi suatu segi banyak beraturan disebut apotema segi banyak tersebut. Luas segi banyak beraturan sama dengan setengah kali hasil kali ukuran apotema dan keliling segi banyak tersebut.

BAB IV
BANGUN RUANG

Bidang Banyak dan Bangun Ruang

Segi n dibatasi oleh n garis pembatas yang disebut dengan sisi. Persegi atau bujur sangkar dibatasi oleh empat sisi yang sama panjangnya, sedangkan persegi panjang dibatasi oleh empat sisi dengan dua sisi yang sejajar panjangnya sama berbeda dengan panjang sisi yang tidak sejajar. Jika  diketahui suatu  garis dan suatu titik di luar garis itu, tentu ada tepat satu bidang datar yang memuat garis dan titik itu.

Karena dua titik yang berlainan menentukan tepat satu garis maka pernyataan diatas dapat dikatakan secara lain sebagai berikut. Jika diketahui tiga titik yang tidak segaris, tentu ada tepat satu bidang datar yang ditentukan oleh ketiga titik tadi. Dua garis yang berlainan dalam ruang berpotongan di satu titik atau tidak berpotongan sama sekali. Jika dua garis terletak di dalam satu bidang dan tidak potong memotong, kedua garis tersebut disebut sejajar. Himpunan  semua titik pada semua garis itu ada di dalam ruang.

Bangun ruang dibatasi oleh sisi yang berbentuk bidang, bukan garis, beda dengan bidang yang sisinya berupa garis. Bangun ruang tertutup yang sisinya datar dan berbentuk segi banyak di sebut bidang banyak.

Prisma siku-siku adalah himpunan semua titik pada semua sisi kotak, rusuk adalah perpotongan dua sisi, titik sudut adalah perpotongan dau sudut atau lebih. Suatu prisma siku-siku yang semua sisinya dibatasi oleh bujursangkar disebut kubus, sedangkan prisma siku-siku yang sisi-sisi sejajarnya berbentuk persegipanjang disebut balok. Pada prisma dan limas, jika dua sisi berpotongan, tentu perpotongannya merupakan rusuk jika tiga sisi atau lebih berpotongan maka perpotongannya adalah titik.

Tabung mempunyai dua sisi bundar (daerah lingkaran) pada dua bidang yang sejajar, sedangkan sisi lainnya bukan bidang datar tetapi berupa bidang lengkung atau sisi lengkung. Kerucut mempunyai satu sisi bundar, sisi bagian yang lainnya bukan bidang datar tetapi sisi lengkung. Bola tidak terdapat bagian sisi yang berupa bidang datar, tetapi berupa sisi lengkung. Bangun-bangun ini termasuk bangun ruang tetapi bukan merupakan bidang banyak.

Jaring-Jaring Bangun Ruang
Silinder atau tabung mempunyai dua sisi bundar (daerah lingkaran) pada dua bidang yang sejajar, sedangkan sisi lainnya bukan bidang datar tetapi berupa bidang lengkung atau sisi lengkung. Pada limas segitiga, rusuk-rusuk tegaknya bertemu di satu titik, sedangkan sisi-sisi tegak dan alasnya berupa segitiga. Kerucut mempunyai satu sisi bundar, sisi bagian lainnya bukan bidang datar tetapi sisi lengkung.

Jaring-jaring bangun ruang adalah rangkaian bidang datar dan apabila digabungkan akan membentuk bangun ruang. Apabila dari rangkaian bidang tersebut dapat dibentuk suatu bangun ruang maka rangkaian bidang tersebut adalah jaring-jaring bangun ruang, tetapi apabila rangkaian bidang tersebut tidak dapat dibentuk suatu bangun ruang maka rangkaian bidang tersebut bukan jaring-jaring bangun ruang. Rangkaian bidang yang dapat dibentuk menjadi bangun silinder maka rangkaian bidang tersebut adalah jaring-jaring silinder.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Bangun datar merupakan pokok bahasan yang penting dalam mempelajari geometri. Maupun penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. mempelajari bangun datar sangat dibutuhkan sebagai bahan prasyarat untuk mempelajari bangun ruang. Bangun datar berkaitan dengan keliling, luas, dan bangun ruang. Dengan mempelajari bangun datar maka dengan mudah mengerti dalam mempelajari keliling, luas serta bangun ruang.

Keliling dan luas serta bangun ruang kelanjutan dari bangun datar, karena pada bagian ini diharapkan dapat menghitung keliling bangun datar, luas bangun datar, serta mencari luas bangun ruang. Jadi, bangun datar adalah bagian dasar dari geometri yang saling berhubungan antara keliling, luas bahkan bangun ruang.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Muchtar Abdul. (2014). Pendidikan Matematika II. Cet.13; Ed. 1. Tangerang Selatan. Universitas Terbuka. 2014.
Share:

Contoh Makalah Gerakan-Gerakan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat kadang terombang-ambing diantara kedua kecendrungan. Di satu pihak ada yang mau mempertahankan nilai-nilai budaya lama, di pihak lain ingin mengadakan perubahan atau menciptakan hal-hal baru. Sehingga terdapat pergolakan yang kunjung reda antara tradisi dan perubahan, yang tentu saja berimplikasi pada pendidikan. Berdasarkan apa yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat dari pendidikan yang telah dilaksanakannya, dan berlandaskan pada pandangan filsafat tertentu, sehingga muncullah aliran-aliran atau gerakan-gerakan pendidikan sebagai reaksi tehadap konsep dan praktik pendidikan yang mendahuluinya, yang menawarkan solusi demi pemecahan masalah yang timbul. Tiap aliran memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai pendidikan dalam kaitannya dengan masyarakat dan kebudayaannya. Sekaitan dengan itu, pendidik dan calon pendidik perlu mengkajinya agar memiliki asumsi filosofis yang jelas tentang peranan pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaannya.

Makalah ini akan membantu mahasiswa untuk memahami berbagai aliran filsafat atau gerakan pendidikan. Hal ini berkenan dengan landasan-landasan filsafat umum setiap aliran, dan implikasinya terhadap pendidikan. Dengan demikian akan menjadi jelas landasan filosofinya berkenaan dengan konsep pendidikan yang disarankan atau aliran filsafat tertentu. Semua ini akan menjadi masukanbagi Mahasiswa dalam membangun asumsi berfikir dan bertindak dalam rangka pendidikan.

Materi makalah ini terdiri dari atas dua subpokok bahasan. Subpokok bahasan pertama membahas aliran Progresivisme dan Essensialisme, sedankan subpokok bahasan kedua membahas Perenialisme dan Konstruktivisme.

Tujuan

Tujuan pembuatan Makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pandangan filsafat pendidikan Progresivisme, Essensialisme, Perenialisme dan Konstruktivisme.
  2. Dapat menjadi bekal mahasiswa yang melaksanakan perkulihan.
  3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan mahasiswa-mahasiswi semester VI.

Manfaat

Beberapa manfaat yang dapat kita peroleh di dalam pembuatan makalah ini
  • Memiliki pengalaman belajar dalam menerapkan berbagai pengetahuan dan pengalaman.
  • Memperoleh pengetahuan dan pengalaman membuat makalah
  • Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam pembelajaran pengantar pendidikan terutama tentang gerakan-gerakan pendidikan
  • Dapat meningkatkan sekaligus dapat memantapkan wawasan pengetahuan tentang gerakan-gerakan pendidikan.
  • Mempunyai kemampuan untuk menilai kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam penguasaaan materi tentang gerakan-gerakan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

GERAKAN – GERAKAN PENDIDIKAN

Gerakan pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan dalam dunia pendidikan. Gerakan-grakan pendidikan yaitu sebagai berikut :

Progresivisme dan Esensialisme

Progresivisme

a. Latar Belakang

Progersivisme adalah gerakan pendidikan yang dilakukan suatu perkumpulan yang dilandasi konsep-konsep filsafat tertentu. Progresivisme anti terhadap otoritarianisme dan absolutism dalam berbagai bidang kehidupan, terutama pada bidang agama, moral, social, politik, dan ilmu pengetahuan. Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan social dan budaya dengan penekanan pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita seperti :

1). Cooperation yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan.
2). Sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan
3). Adjustment yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi.

b. Filsafat Pendukung yang Melandasi

Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat pragmatism dari John Dewey (1859-1951).

c. Pandangan Ontologi

1). Evolusionistis dan Pluralistis

Menurut progresivisme tidak ada realitas yang umum, yang ada hanyalah realitas khusus atau individual. Realitas tersebut diyakini tidak menetap alias selalu dalam peruses perubahan. Implikasinya, realitas tidak kekal, tidak lengkap dan tidak mempunyai kepastian. Realitas pada dasarnya pluralistis, dank arena terus berubah maka ia memiliki akhir dalam peruses perubahannya sendiri.

2). Manusia

Progresivisme memandang manusia sebagai subjek yang bebas dan memiliki potensi inteligensi (akal dan kecerdasan) sebagai instrument untuk mampu menghadapi dan memecahkan berbagai masalah sehingga ia memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks, berubah dan berkembang.

3). Pengalaman sebagai realitas

Menurut Dewey, “pengalaman adalah key-concept, kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. …. Pengalaman ialah suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi” (Mohammad Noor Syam, 1984). Pengalaman adalah cirri dinamika hidup, sedangkan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Oleh sebab itu maka pengalaman adalah perjuangan pula.

Menurut Mohammad Noor Syam, pengalaman manusia mempunyai empat karakteristik, yaitu :

  • Pengalaman itu Spatial : pengalaman selalu terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia.
  • Pengalaman itu Temporal : pengalaman mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
  • Pengalaman itu Dinamis : pengalaman menuntut adaptasi dan readaptasi dalam semua variasi perubahan yang terjadi terus-menerus.
  • Pengalaman itu Pluralistis : pengalaman itu terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana individu terlibat.

4). Pengalaman dan pikiran

Manusia memiliki fungsi-fungsi jiwa yang dikenal sebagai pikiran (mind) sehingga ia mempunyai berbagai potensi intelegensi, seperti kecerdasan, kemampuan mengingat, imajinasi, membuat lambing atau symbol, menghubung-hubungkan, merumuskan, memecahkan masalah, dan membuat gambaran masa depan. Pengalaman merupakan bagian perjuangan untuk itu pengalaman harus diolah oleh pikiran. Sebaliknya pikiran bukanlah sesuatu yang dating dengan sendirinya melainkan harus diuji dengan pengalaman.

d. Pandangan Epistemologi

1). Sumber pengetahuan

Progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman dimana manusia kontak langsung dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya atau juga melalui pengalaman secara tidak langsung, yaitu melalui catatan-catatan yang diwariskan seperti buku.

2). Kriteria “ Kebenaran”

Suatu pengalaman dikatakan benar apabila dapat diverifikasi dan diaplikasikan atau diimplimentasikan dalam kehidupan. Adapun criteria kebenaran yaitu : dapat diperaktikkan, memuaskan, dan memberikan hasil.

3). Sifat pengetahuan : relative dan berubah
Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman yang bersifat relative dan berubah.

e. Pandangan Aksiologi

1). Sumber nilai : kondisi riil manusia / pengalaman
Progresivisme menafsirkan hakikat nilai (etika) secara empiris yaitu berdasarkan pengalaman atau kondisi riil manusia.

2). Sifat nilai : berada dalam proses, relative, kondisional, memiliki kualitas social dan individual serta dinamis.
Nilai ada dalam perbuatan manusia yang selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai memiliki kualitas social, karena pada dasarnya semua nilai merupakan produk dari kenyataan social.

3). Kriteria nilai : berguna adalah baik
Sesuatu dikatakan baik apabila berguna dalam praktik hidup dan kehidupan. Adapun dikatakan berguna jika bermakna untuk kehidupan yang intelligent, yaitu hidup yang sukses, produktif dan bahagia. (Callahan and Clark, 1983).

4). Demokrasi sebagai nilai
Progresivisme memandang demokrasi sebagai nilai ideal yang wajib dilaksanakan dalam semua bidang kehidupan. Demokrasi adalah nilai individual sekaligus nilai social.

f. Pandangan tentang pendidikan

1). Pendidikan

Menurut progresivisme pendidikan selalu dalam proses perkembangan yang merekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan atau belajar yaitu :

- Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan
- Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak
- Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran
- Guru berperan sebagai pemberi nasehat, bukan untuk mengarahkan
- Sekolah harus menggerakkan kerja sama daripada kompetisi
- Demokrasilah satu-satunya yang member tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara bebas yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya. (G.F.Kneller, 1971).

2). Tujuan Pendidikan
Bagi penganut Progresivisme pendidikan bertujuan agar peserta didik (individu) memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan social.

3). Sekolah
Bagi penganut Progresivisme “sekolah yang baik adalah masyarakat yang baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan secara teratur sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah” (Imam Barnadib, 1984). Dewey sebagai seorang progresivist memandang “sekolah sebagai suatu masyarakat demokratis dalam ukuran kecil yang murid-muridnya dapat belajar dan memperaktekkan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dalam suasana demokrasi.” (Madjid Noor, dkk, 1987).

4). Kurikulum
Kurikulum tidak ada yang universal, melainkan berbeda-beda sesuai kondisi yang ada. Seperti :
- Child centered : kurikulum hendaknya disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat dan kebutuhan setiap peserta didik)
- Community centered : Kurikulum hendaknya berbasis pada masyarakat tidak terpisah dari keadaan-keadaan masyarakat.
- Fleksibel : kurikulum disesuaikan dengan tempat dan zamannya.

5). Metode
Metode pendidikan yang diutamakan progresivisme adalah metode pemecahan masalah (problem solving method) dan metode penyelidikan dan penemuan (inquiry and discovery method).
Di dalam pelaksanaannya dibutuhkan guru yang memiliki karakteristik sebagai berikut : pemberi kesempatan (permissive), bersahabat (friendly), kreatif (creative), sadar bermasyarakat (social aware) antusias (enthusiastic) dan bekerja sama dan sungguh-sungguh (cooperative and sincere). (Callahan and Clark, 1983).

6). Peranan guru dan peserta didik
Edward J. Power (1982) menyimpulkan bahwa guru berperanan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tampa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan peserta didik. Sedangkan peserta didik berperanan sebagai organism (subjek) yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh.

2. Essensialisme

a. Latar Belakang
Essensialisme tumbuh sebagai protes atau perlawanan terhadap Progresivisme sekitar tahun 1930. Essensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental, atau unsure mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut essensialsme yang esensial tersebut harus diwariskan kepada genari muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu. Dan Essensialisme berpandangan bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.

b. Filsafat Pendukung / yang melandasi
Essensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat idealisme dan realisme.

c. Pandangan Ontologis
Pandangan ontologis Essensialisme merupakan suatu konsepsi bahwa dunia atau realitas ini dikuasai oleh tata (order) tertentu yang mengatur dunia beserta isinya. Konsep tata atau order tersebut menurut Realisme dan Idealisme dapat diuraikan seperti berikut ini :
1). Ontologi Idealisme : Idealisme obyektif atau Idealisme absolute yang menyakini adanya dunia (realitas) ideal yang abadi dan dunia (realitas) material yang temporal dan fana.
Kesimpulan bahwa menurut Idealisme hakikat akhir realitas adalah ide, jiwa, pikiran, atau
kesadaran. Ide adalah yang absolute, yang esa, yaitu tuhan, kausa sempurna dari peristiwa tunggal yang meliputi keseluruhan realitas. Segala sesuatu yang ada dan yang akan terjadi didunia ini adalah menurut tata tertentu bersumber dari yang Absolut. Inilah yang disebbut esensial itu.
2). Ontologi Realisme : realism obyektif yang hakikatnya bersifat eksternal / obyektif, artinya berada diluar subyek atau manusia dan indipenden dari pikiran manusia. Manusia memiliki intelegensi sehingga mampu berfikir untuk dapat menyesuaikan diri terhadap dunia eksternalnya. Dalam evolusi kehidupan intelegensi adalah alat adaptasi manusia terhadap perubahan lingkungan.

d. Pandangan Epistemolog

1). Epistemologi Idealisme
Sumber pengetahuan : kemampuan manusia untuk berfikir logis dalam mengambil kesimpulan yang valid adalah suatu perwujudan proses yang sistematis yang juga kita temukan dalam makrokosmos. Walaupun kesadaran manusia bersifat terbatas tapi dapat memahami melalui mikrokosmos, yaitu reallita dirinya sendiri, pemahaman atau pengertiannya ini akan memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain. Dengan kata lain sumber pengetahuan “dari dalam”
Kriteria kebenaran pengetahuan : bagi Idealisme pikiran atau kesadran adalah primordial. Karena itu, sesuatu pengetahuan dikatakan benar karena ia memang benar bukan karena berguna untuk memecahkan masalah atau kehidupan praktis sebagaimana dianut oleh progresivist.

2). Epistemologi Realisme
Sumber pengetahuan menurut Realisme obyektif adalah dunia luar subyek, yang pengetahuan diperoleh melalui pengalaman atau pengamatan.
Kriteria kebenaran menurut Realisme adalah suatu pengetahuan diakui benar jika pengetahuan itu sesuai dengan realitas eksternal (yang obyektif) dan independen.

e. Pandangan Aksiologis

1). Aksiologi Idealisme
Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai hakikatnya diturunkan dari realitas absolute, maka nilai-nilainya adalah abadi atau tidak berubah. ( Callahan and Clark, 1983 ). Hegel berkesimpulan karena Negara adalah manifestasi tuhan maka wajib bagi warga Negara untuk setia dan menjunjung Negara. Adapun menurut Immanuel kant dasar nilai social itu adalah kemerdekaan individu, sebab individu manusia akan memberi dasar bagi kehidupan social yang adil dan sejahtera.

2). Aksiologi Realisme
Para filsuf Realisme percaya bahwa standar nilai tingkah laku manusia diatur oleh hokum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur melalui konvensi atau kebiasaan, adat istihadat didalam masyarakat. ( Edward J. Power, 1982). Callahan and Clark menjelaskan nilai-nilai individual dapat diterima apabila sesuai dengan nilai-nilai umum masyarakat.

f. Pandangan tentang pendidikan

1). Pendidikan
Bagi penganut Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus berdasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

2). Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertujuan mentranmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas social dan kesejahteraan umum ( E.J. Power, 1982).

3). Sekolah
Fungsi utama sekolahadalah memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi panutan penyesuaian orang (individu) kepada masyarakat. (Imam Barnadib,1984). Sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat pada masyarakat, yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan minat masyarakat. ( Madjid Noor, dkk,1987).

4). Kurikulum
Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh orang dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat ( society centered). Kurikulum terdiri atas berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan, agama, dan seni yang dipandang esensial.

5). Metode
Dalam hal metode pendidikan Essensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental.

6). Peranan guru dan peserta didik
Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau jembatan antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Sedangkan peranan peserta didik adalah belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.

B. Perenialisme dan Konstruktivisme

1. Perenialisme

a. Latar Belakang
Watak umum Perelianisme terkandung dalam makna asal katanya perenis (bahasa latin) Atau perennial (bahasa inggris) yang berarti tumbuh terus melalui waktu, hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Perenialist percaya mengenai adanya nilai-nilai, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme muncul atau berkembang sebagai reaksi dan solusi yang diajukan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Perenialisme mempunyai kesamaan dengan Essensialisme dalam hal menentang Progresivisme, tetapi perenialisme berbeda dengan essensialisme dalam hal prinsip perenialist yang relegius dan agama.

b. Filsafat pendukung / yang melandasi
Perenialisme dilandasi atau didukung oleh filsuf Yunani klasik, yaitu plato ( 427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Dan dipengaruhi dan didukung oleh filsafat Humanisme Rasional dan Supranaturanisme Thomas Aquinas.

c. Pandangan Ontologis
Menurut Perenialisme manusia terutama membutuhkan jaminan bahwa realitas bersifat universal ,realitas itu ada dimana pun dan sama disetiap waktu. Realitas bersumber dan bertujuan akhir kepada realita supranatural/tuhan.

d. Pandangan Epistemologi
Manusia sebagai mahluk berfikir akan dapat memperoleh pengetahuan tentang diri kita da dunia sebagaimana adanya. Memang perenialisme mengakui bahwa impresi atau kesan melalui pengamatan tentang individual adalah pangkal pengertian kebenaran. Prinsip self-evidence (bukti diri) amat penting dalam perenialisme yang merupakan asas bagi suatu kebenaran dan untuk membuktikan kebenaran. Perenialisme mengakui adanya hubungan antara science dan filsafat, namun science memiliki kedudukan lebih tinggi.

e. Pandangan Askiologi
Pandangan tentang hakikat nilai menurut perenialisme adalah pandangan mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Hal yang absolute atau ideal (Tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai selalu bersifat teologis (Imam Barnadib,1984)

f. Pandangan tentang pendidikan

1). Pendidikan
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Robert M. Hutchins mengemukakan pendidikan mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah sama.karena itu dimanapun dan kapanpun pendidikan adalah sama.

2). Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik menyikapkan dan menginternalisasikan nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.

3). Sekolah
Sekolah adalah lembaga tempat latihan elite intelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah bagi perenialisme merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan social budaya.

4). Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi pelajaran. Materi pelajaran harus bersifat uniform, universal dan abadi, selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia.

5). Metode
Metode pendidikan yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan diskusi.

6). Peranan guru dan peserta didik
Peranan guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar.

2. Konstruktivisme

a. Latar Belakang
Konstruktivisme adalah aliran filsafat yang tema utamanya berkenaan dengan hakikat pengetahuan, namun konstruktivisme berimplikasi terhadap pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan sains dan matematika. Ada 3 jenis konstruktivisme yaitu (a) konstruktivisme psikologis personal yang menekankan bahwa pribadi (subjek) sendirilah yang mengonstruksikan pengetahuan. (b) konstruktivisme sosiologis yang lebih menekankan masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan. (c) sosiokulturalisme yang mengakui baik peranan aktif personal maupun masyarakat dan lingkungan dalam pembentukan pengetahuan. Secara umum banyak orang meragukan kebenaran paradigma lama seperti paradigma idealisme, rasionalisme, emperisme, atau obyektivisme. Dan mulai menerima paradigma konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang adalah kontruksi (bentukan) orang yang bersangkutan karena itu transfer pengetahuan dari guru kepada siswa tidak mungkin.

b. Filsafat pendudkung / yang melandasi
Gagasan pokok konstruktivisme sesungguhnya sudah dimulai oleh Giambatista Vico seorang epistemology dari Italia. Konstruktivisme dipengaruhi oleh Empirisme dan Pragmatisme.

c. Pandangan Ontologi
Konstruktivisme menolak pandangan objektivisme (Empirisme) yang menyatakan bahwa realitas itu ada terlepas dari pengamatan dan dapat duketahui melalui pengalaman atau langkah-langkah sistematis tertentu. Menurut konstruktivisme manusia tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis.kontruktivisme memandang manusia dituntut aktif membangun sendiri pengetahuannya.

d. Pandangan Epistemologi
1). Sumber pengetahuan
Bagi konstruktivisme pengetahuan bukanlah suatu gambaran dunia kenyataan yang ada, melainkan adalah hasil konstruksi atau bentukan kenyataan melalui kegiatan subjek.

2). Kriteria kebenaran
Bagi konstruktivis kebenaran pengetahuan diletakkan pada viabilitas (kemungkinan untuk dapat hidup).

3). Sifat pengetahuan
Pengetahuan memiliki sifat-sifat :
- Subjektif, sebab pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri
- Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain
- Pengetahuan bukan barang mati yang sekaligus jadi, bukan tertentu dan deterministic melainkan suatu peruses yang terus berkembang
- Pengetahuan bersifat relative

e. Pandangan tentang pendidikan
1). Pendidikan
Konstrktivisme memandang pendidikan sebagai mengajar bukan sebagai kegiatan memindahkan pengetahuan, melainkan membantu siswa berfikir secara benar dengan membiarkannya berfikir sendiri

2). Tujuan pendidikan
Tujuan pengajaran konstruktivisme lebih menekankan pada perkembangan konsep dan pengertian (pengetahuan) yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif si pelajar (Fosnot,1996).

3). Kurikulum
Kurikulum merupakan program aktivitas dimana pengetahuandan keterampilan dapat dikonstruksikan.

4). Metode
Bagi konstruktivisme pengajar sangat mungkin untuk mempertimbangkan dan menggunakan berbagai metode (multimetode) untuk dipilih, sebab anak mempunyan caranya sendiri untuk mengerti.

5). Peran guru dan peserta didik
Peran guru adalah sebagai mediator dan fasiliator yang membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan baik. Adapun peserta didik dituntut aktif belajar dalam rangka mengonstruksi pengetahuannya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gerakan pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan dalam dunia pendidikan. Gerakan-grakan pendidikan yaitu sebagai berikut :

1. Progersivisme adalah gerakan pendidikan yang dilakukan suatu perkumpulan yang
dilandasi konsep-konsep filsafat tertentu. Progresivisme anti terhadap otoritarianisme dan absolutism dalam berbagai bidang kehidupan, terutama pada bidang agama, moral, social, politik, dan ilmu pengetahuan. Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan social dan budaya dengan penekanan pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita seperti :
1). Cooperation yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan.
2). Sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan
3). Adjustment yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi.
Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat pragmatism dari John Dewey (1859-1951).

2. Essensialisme adalah gerakan pendidikan yang memperotes gerakan Progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Essensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental, atau unsure mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut essensialsme yang esensial tersebut harus diwariskan kepada genari muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu. Dan Essensialisme berpandangan bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
Essensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat idealisme dan realisme.

3. Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nialai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Perenialist percaya mengenai adanya nilai-nilai, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme muncul atau berkembang
sebagai reaksi dan solusi yang diajukan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut
sebagai krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Perenialisme mempunyai kesamaan dengan Essensialisme dalam hal menentang Progresivisme, tetapi perenialisme berbeda dengan essensialisme dalam hal prinsip perenialist yang relegius dan agama.
Perenialisme dilandasi atau didukung oleh filsuf Yunani klasik, yaitu plato ( 427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Dan dipengaruhi dan didukung oleh filsafat Humanisme Rasional dan Supranaturanisme Thomas Aquinas.

4. Konstruktivisme adalah aliran filsafat yang tema utamanya berkenaan dengan hakikat pengetahuan, namun konstruktivisme berimplikasi terhadap pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan sains dan matematika. Ada 3 jenis konstruktivisme yaitu (a) konstruktivisme psikologis personal yang menekankan bahwa pribadi (subjek) sendirilah yang mengonstruksikan pengetahuan. (b) konstruktivisme sosiologis yang lebih menekankan masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan. (c) sosiokulturalisme yang mengakui baik peranan aktif personal maupun masyarakat dan lingkungan dalam pembentukan pengetahuan
Secara umum banyak orang meragukan kebenaran paradigma lama seperti paradigma idealisme, rasionalisme, emperisme, atau obyektivisme. Dan mulai menerima paradigma konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang adalah kontruksi (bentukan) orang yang bersangkutan karena itu transfer pengetahuan dari guru kepada siswa tidak mungkin.
Gagasan pokok konstruktivisme sesungguhnya sudah dimulai oleh Giambatista Vico seorang epistemology dari Italia. Konstruktivisme dipengaruhi oleh Empirisme dan Pragmatisme.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini bergua untuk kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, I. (1984). Filsafat Pendidikan (Pengantar Mengenai System dan Metode).Yogyakarta : Yayasan Penerbit FIP IKIP Yogyakarta.

Noor, M., (ED.). (1987). Filsafat dan Teori Pendidikan : Jilid I Filsafat Pendidikan. Subkoordinator Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan.

Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung.
Syam, M. N. (1984). Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional.
Share: