18 Agustus 2025

Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka: Optimalisasi Potensi Belajar Siswa

Konsep Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Definisi dan Filosofi Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi, atau Differentiated Instruction, merupakan pendekatan pengajaran yang secara fundamental menyesuaikan instruksi untuk memenuhi kebutuhan belajar individu siswa. Pendekatan ini melibatkan dalam satu kelas yang sama. Carol Ann Tomlinson, seorang ahli terkemuka di penyesuaian metode pengajaran, konten pelajaran, dan strategi penilaian guna mengakomodasi beragam kebutuhan, kemampuan, dan gaya belajar siswa bidang ini, menjelaskan bahwa diferensiasi berarti menyesuaikan instruksi untuk memenuhi kebutuhan individu. Beliau menekankan bahwa guru dapat mendiferensiasi konten, proses, produk, atau lingkungan belajar, dengan menggunakan asesmen berkelanjutan dan pengelompokan fleksibel sebagai pendekatan yang sukses dalam pengajaran.

Filosofi di balik pembelajaran berdiferensiasi adalah bahwa pengajaran harus dirancang berdasarkan keberagaman kesiapan (readiness), profil belajar siswa (learning profile), dan ketertarikan (interest) mereka.

Tujuannya adalah untuk mendukung perkembangan setiap peserta didik secara optimal, dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat, dan bakat mereka, serta merangsang motivasi dan minat belajar mereka secara berkelanjutan. Pendekatan ini melampaui sekadar mengakomodasi perbedaan; ini adalah tentang mengoptimalkan potensi belajar setiap siswa. Pergeseran paradigm  dari pendekatan "satu ukuran untuk semua" menjadi "pertumbuhan yang disesuaikan" menyiratkan bahwa tujuan bukan hanya untuk mengajar, tetapi untuk memastikan setiap siswa belajar secara efektif sesuai dengan kecepatan dan gaya unik mereka. Dengan menyesuaikan instruksi secara tepat dengan kesiapan, minat, dan profil belajar siswa, pembelajaran berdiferensiasi secara inheren memaksimalkan keterlibatan dan pemahaman mereka. Ini adalah strategi proaktif untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi secara keseluruhan dengan mencegah siswa tertinggal atau tidak tertantang, sehingga mencapai kesetaraan dalam hasil melalui jalur yang berbeda.

Karakteristik Utama Kurikulum Merdeka dan Keterkaitannya dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Kurikulum Merdeka (KM) mewakili paradigma baru dalam pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia, yang memberikan kebebasan lebih besar ini menekankan partisipasi aktif, kreativitas, dan inisiatif siswa, memandang mereka sebagai subjek sentral dalam proses pembelajaran, bukan lagi sebagai penerima informasi pasif.

Filosofi utama KM berakar pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, kebebasan dalam belajar, pengembangan karakter dan kompetensi (seperti berpikir kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global), serta materi yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan nyata. KM juga dirancang untuk mengatasi ketertinggalan literasi dan numerasi di Indonesia. Kurikulum ini memiliki prinsip fleksibilitas yang lebih besar dalam penentuan jalannya pembelajaran, baik dari segi waktu, tempat, maupun materi yang dipelajari, memungkinkan peserta didik memilih dan menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan mereka. Selain itu, KM memberikan otonomi kepada satuan pendidikan (sekolah) untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan potensi lokal mereka sendiri.

Integrasi pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka juga melibatkan penggunaan beragam sumber daya dan teknologi, seperti platform pembelajaran daring yang menyediakan konten yang dapat disesuaikan. KM juga mendorong Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang merupakan pengalaman belajar interdisipliner yang mendorong siswa untuk menelaah dan mempertimbangkan solusi terhadap permasalahan di sekitar mereka.

Kurikulum Merdeka menyediakan lingkungan kebijakan yang memungkinkan pembelajaran berdiferensiasi berkembang, alih-alih hanya sekadar kompatibel dengannya. Fleksibilitas yang melekat, filosofi yang berpusat pada siswa, dan penekanan pada keunikan individu dalam KM secara langsung selaras dengan dan membutuhkan praktik-praktik berdiferensiasi. Hal ini menjadikan pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya pilihan, tetapi strategi implementasi inti untuk keberhasilan KM. Prinsip-prinsip KM tentang "kebebasan yang lebih besar kepada peserta didik dalam menentukan jalannya pembelajaran," "menekankan pada partisipasi aktif, kreativitas, dan inisiatif," dan mengakui "keunikan, minat, dan potensi yang berbeda-beda" adalah kondisi yang tepat yang ingin ditangani dan dimanfaatkan oleh pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah mekanisme pedagogis di mana tujuan filosofis KM dapat diwujudkan. Tanpa pembelajaran berdiferensiasi, KM berisiko menjadi kurikulum standar lainnya, gagal memenuhi janji intinya untuk pengembangan siswa yang personal dan holistik.

Prinsip dan Aspek Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi

Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Berdiferensiasi

Prinsip-prinsip dasar pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada pemahaman bahwa setiap siswa itu berbeda dan memiliki cara belajar yang unik. Oleh karena itu, guru perlu mengenal baik siswa-siswanya, memahami minat, kebutuhan, dan tingkat kemampuan mereka secara mendalam. Terdapat lima prinsip dasar yang memandu guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi: lingkungan belajar yang mendukung, kurikulum yang berkualitas, asesmen berkelanjutan, pengajaran yang responsif, serta kepemimpinan dan rutinitas di dalam kelas.

Penting untuk dipahami bahwa, pada prinsipnya, tujuan pembelajaran di kelas harus sama meskipun bahan ajar, penilaian, dan metode penyampaiannya dapat berbeda berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa. Kesamaan tujuan pembelajaran ini, meskipun dengan pendekatan yang berdiferensiasi, menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukan tentang menurunkan standar atau menciptakan kurikulum yang sepenuhnya terpisah. Sebaliknya, ini adalah tentang menyediakan jalur yang adil menuju standar tinggi yang sama. Hal ini menyiratkan penerapan metode yang bervariasi secara strategis, bukan secara acak. Prinsip ini sangat penting untuk mencegah pembelajaran berdiferensiasi disalahartikan sebagai sekadar "mempermudah" bagi sebagian siswa. Ini menggarisbawahi bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi canggih untuk memaksimalkan pencapaian bagi semua siswa dalam kerangka pembelajaran yang sama, menjaga ketelitian akademis dan memastikan semua siswa bekerja menuju seperangkat kompetensi yang sama.

Diferensiasi Konten: Menyesuaikan "Apa" yang Dipelajari

Diferensiasi konten mengacu pada penyesuaian isi atau materi pembelajaran itu sendiri. Penyesuaian ini dapat dibedakan berdasarkan tingkat penguasaan atau pengetahuan siswa, kesiapan belajar, minat, dan profil belajar mereka. Contoh implementasi diferensiasi konten meliputi penggunaan bahan bacaan dengan tingkat keterbacaan yang bervariasi, menyediakan materi teks dalam bentuk audio, menggunakan daftar ejaan atau kosakata yang disesuaikan dengan tingkat kesiapan siswa, atau menyajikan ide melalui visual dan audio. Guru juga dapat menyesuaikan kompleksitas materi atau menyediakan sumber daya tambahan untuk siswa yang membutuhkan dukungan lebih, atau materi yang lebih maju untuk siswa yang siap bergerak lebih cepat.

Kesiapan belajar siswa bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ) mereka, melainkan lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki siswa saat ini sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Minat merupakan salah satu motivator penting bagi siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sementara itu, profil belajar siswa berkaitan dengan berbagai factor seperti gaya belajar (visual, auditori, kinestetik), pengaruh budaya, lingkungan, dan preferensi kecerdasan.

Diferensiasi konten yang efektif memerlukan pola pikir diagnostik dari guru, bergerak melampaui asesmen satu kali ke pemahaman berkelanjutan tentang kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. Diagnosis yang berkelanjutan ini, alih-alih pengelompokan yang statis, memungkinkan penyesuaian dinamis terhadap penyampaian konten, memastikan bahwa materi tetap relevan dan menantang secara tepat. Ini menekankan bahwa diferensiasi konten adalah proses yang berkelanjutan dan dinamis. Ini menuntut guru untuk menjadi diagnostik yang terampil dan perencana yang adaptif, terus-menerus mengevaluasi ulang dan menyesuaikan "apa" dari pembelajaran berdasarkan data siswa secara real-time.

Diferensiasi Proses: Menyesuaikan "Bagaimana" Siswa Belajar

Diferensiasi proses berfokus pada bagaimana seorang guru dapat memberikan instruksi yang tepat kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Ini melibatkan penyesuaian pendekatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar individual siswa. Strategi yang dapat diterapkan mencakup kegiatan berjenjang (tiered activities), di mana semua siswa bekerja pada pemahaman dan keterampilan yang sama tetapi dengan tingkat dukungan, tantangan, atau kompleksitas yang berbeda. Guru dapat menyediakan pertanyaan pemandu, agenda individu (daftar tugas yang disesuaikan), manipulatif, atau memvariasikan waktu penyelesaian tugas.

Pengelompokan fleksibel (flexible grouping) berdasarkan kesiapan, kemampuan, atau minat siswa sangat penting. Ini bisa berupa kelompok kecil, kerja individu, atau pasangan, dan kelompok-kelompok ini dapat dirotasi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang. Penggunaan berbagai metode pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif, studi berbasis proyek, dan interaksi guru-siswa satu-satu juga ditekankan. Teknologi, seperti platform daring dan aplikasi pendidikan, dapat memfasilitasi pembelajaran yang inovatif dan interaktif, melampaui batasan ruang kelas atau waktu pembelajaran.

Penekanan pada pengelompokan fleksibel dan metode yang bervariasi menunjukkan bahwa diferensiasi proses bukan hanya tentang kegiatan apa yang ditawarkan, tetapi tentang orkestrasi dinamis di dalam kelas. Ini membutuhkan keterampilan manajemen kelas yang canggih dan kemampuan untuk beralih secara lancar antara kerja seluruh kelas, kelompok kecil, dan individu, memaksimalkan waktu belajar yang produktif untuk semua. Menerapkan berbagai proses ini secara bersamaan dalam satu kelas menuntut lebih dari sekadar mengetahui strategi; ini membutuhkan "keterampilan manajemen kelas" yang kuat dan kemampuan untuk "mengelola atau mengatur kelasnya dengan baik melalui prosedur dan rutinitas di kelas yang dijalankan peserta didik setiap hari". Tanpa manajemen yang dinamis ini, kelas dapat menjadi kacau, menghambat pembelajaran daripada meningkatkannya. Oleh karena itu, pelatihan guru untuk pembelajaran berdiferensiasi harus meluas ke strategi manajemen kelas tingkat lanjut, menekankan peran guru sebagai konduktor orkestra pembelajaran multifaset.

Diferensiasi Produk: Menyesuaikan "Bagaimana" Siswa Menunjukkan Pemahaman

Diferensiasi produk mengacu pada hasil kerja atau kinerja yang harus ditunjukkan siswa untuk mengukur penguasaan materi. Produk ini harus secara akurat mencerminkan pemahaman siswa terkait tujuan pembelajaran yang diinginkan. Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan memberikan pilihan kepada siswa tentang bagaimana mereka mengekspresikan pembelajaran yang diperlukan, seperti membuat pertunjukan boneka, menulis surat, mengembangkan mural, presentasi, model 3D, video, atau proyek.

Penting bagi guru untuk menetapkan ekspektasi yang jelas untuk produk, termasuk kualitas yang diinginkan, konten yang harus ada, cara pengerjaan, dan sifat produk akhir. Penggunaan rubrik yang sesuai dengan tingkat keterampilan siswa juga sangat dianjurkan untuk memberikan panduan yang jelas dan mengukur pencapaian secara objektif.

Diferensiasi produk memberdayakan agensi siswa dan motivasi intrinsic dengan memvalidasi beragam bakat dan gaya belajar. Dengan memberikan pilihan dalam cara pemahaman ditunjukkan, pendekatan ini melampaui hafalan atau satu hasil "benar" tunggal, mendorong keterlibatan yang lebih dalam dan tampilan penguasaan yang lebih otentik. Pilihan ini bukan hanya tentang kenyamanan; ini secara langsung memanfaatkan "minat dan bakat" siswa. Ketika siswa dapat memilih media yang mereka minati atau kuasai (misalnya, drama untuk pembelajar kinestetik, laporan tertulis untuk pembelajar linguistik), keterlibatan mereka meningkat, menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih tinggi dan demonstrasi pemahaman yang lebih tulus. Ini sejalan dengan fokus Kurikulum Merdeka pada pengembangan holistik dan pembangunan karakter. Pendekatan ini juga membantu mengurangi "ketakutan akan kegagalan" siswa yang terkait dengan format asesmen tunggal dan berisiko tinggi, mempromosikan pengalaman belajar yang lebih positif dan memberdayakan.

Peran Lingkungan Belajar yang Mendukung

Lingkungan belajar yang mendukung adalah komponen krusial dalam pembelajaran berdiferensiasi. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik sekolah dan kelas yang nyaman dan aman bagi peserta didik. Lingkungan yang tenang dan kondusif secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar. Ini berarti menciptakan suasana fisik dan emosional yang mendukung pembelajaran, mendorong siswa untuk mengambil risiko, bertanya, dan mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi atau gagal.

Guru perlu memastikan ada tempat di ruangan untuk bekerja dengan tenang tanpa gangguan, serta tempat yang mengundang kolaborasi siswa. Fleksibilitas dalam pengaturan tempat duduk, seperti pilihan kursi yang beragam, juga dapat membantu mengakomodasi preferensi belajar yang berbeda.

Lingkungan belajar yang mendukung bukan sekadar latar belakang pasif, melainkan pendorong aktif pembelajaran berdiferensiasi. Ini memupuk keamanan psikologis, yang sangat penting bagi siswa untuk terlibat dalam berbagai proses pembelajaran dan mengambil risiko yang melekat dalam jalur pembelajaran yang dipersonalisasi. Tanpa fondasi ini, bahkan konten dan produk berdiferensiasi yang dirancang dengan baik mungkin gagal menghasilkan hasil yang optimal. Konsep "lingkungan belajar positif dan suportif" yang mendorong siswa untuk "mengambil risiko dan belajar dari kesalahan mereka" sangat penting. Jika siswa merasa dihakimi atau tidak aman, mereka akan cenderung kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan berdiferensiasi yang mungkin mengungkap kesenjangan belajar mereka atau mengharuskan mereka mencoba pendekatan baru yang tidak dikenal. Kenyamanan psikologis ini secara langsung memengaruhi kesediaan mereka untuk terlibat dalam berbagai proses dan menghasilkan produk yang bervariasi. Hal ini menggarisbawahi bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya tentang strategi instruksional, tetapi juga tentang menciptakan budaya kelas yang holistik yang merangkul keragaman dan memupuk pola pikir pertumbuhan, sehingga mengurangi resistensi siswa dan ketakutan.

Manfaat Pembelajaran Berdiferensiasi bagi Ekosistem Pendidikan 

Dampak Positif pada Peserta Didik

Pembelajaran berdiferensiasi membawa dampak positif yang signifikan bagi peserta didik. Pendekatan ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang merata bagi semua siswa, membantu setiap siswa mencapai potensi maksimal mereka secara individual. Metode ini secara efektif menjangkau dan mempengaruhi setiap siswa di semua tingkatan kemampuan. Dengan mengadopsi serangkaian strategi pembelajaran yang selaras dengan tipe dan gaya belajar siswa, pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih mudah diterima. Pembelajaran menjadi lebih personal dan berpusat pada siswa, disesuaikan dengan tingkat pengetahuan, preferensi belajar, dan minat mereka.

Manfaat-manfaat ini secara kolektif meningkatkan motivasi belajar dan keterlibatan siswa karena mereka merasa diakui dan didukung dalam perjalanan pembelajaran mereka. Pada akhirnya, ini dapat meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi mendorong siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkreasi. Siswa menjadi penjelajah aktif dalam pembelajarannya, mengambil peran sentral dalam proses konstruksi pengetahuan.

Efek kumulatif pembelajaran berdiferensiasi pada siswa melampaui pencapaian akademik untuk memupuk keterampilan abad ke-21 yang penting dan kecintaan belajar seumur hidup. Dengan memelihara motivasi intrinsik dan regulasi diri, pembelajaran berdiferensiasi menumbuhkan pembelajar yang mandiri dan adaptif, yang merupakan aspirasi inti dari "Profil Pelajar Pancasila" dalam Kurikulum Merdeka. Ketika pembelajaran dipersonalisasi dan menyenangkan , secara alami akan meningkatkan motivasi intrinsic, yang mengarah pada keterlibatan yang lebih besar dan, akibatnya, hasil akademik yang lebih baik. Lebih lanjut, dengan mendorong eksplorasi aktif dan pemecahan masalah , pembelajaran berdiferensiasi secara langsung mendukung pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang merupakan fundamental bagi "Profil Pelajar Pancasila". Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya teknik pedagogis; ini adalah pendekatan strategis yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional, bertujuan untuk menghasilkan individu yang berkarakter kuat, mandiri, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Keuntungan bagi Pendidik

Pembelajaran berdiferensiasi secara signifikan mengubah peran guru dari sekadar penyedia informasi menjadi fasilitator yang membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka. Pergeseran peran ini membawa banyak keuntungan bagi pendidik. Guru dapat lebih memahami apakah setiap siswa telah belajar dengan kemampuan terbaik mereka atau tidak melalui penilaian berkelanjutan. Informasi yang lebih baik tentang kebutuhan siswa ini memudahkan guru dalam memilih model pembelajaran yang paling sesuai. Pada akhirnya, ini meningkatkan efektivitas pengajaran dengan memungkinkan guru menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa yang

terus berkembang. Guru juga dapat lebih memahami gaya belajar dan kebutuhan siswa mereka, serta menyediakan dukungan yang diperlukan secara lebih tepat sasaran. Bagi guru, pembelajaran berdiferensiasi mengubah peran mereka dari penyampai konten menjadi ahli strategi pedagogis dan diagnostik. Pergeseran ini, meskipun menuntut, pada akhirnya meningkatkan efektivitas pengajaran dan kepuasan profesional dengan memungkinkan mereka melihat pertumbuhan siswa yang nyata dan mengatasi hambatan belajar individu secara proaktif. Transformasi ini menyiratkan peran yang lebih aktif dan analitis bagi guru. Dengan terus-menerus melakukan asesmen dan adaptasi, guru bergerak melampaui pendekatan "satu ukuran untuk semua" ke pendekatan yang lebih personal dan responsif. Keterlibatan proaktif ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan belajar secara lebih efisien, yang mengarah pada hasil siswa yang lebih sukses, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efikasi guru dan kepuasan kerja. Manfaat bagi guru melampaui efisiensi belaka; ini memupuk keterlibatan profesional yang lebih dalam dan dampak yang lebih bermakna pada pembelajaran siswa.

Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi

Keterbatasan Sumber Daya

Salah satu tantangan paling signifikan adalah keterbatasan sarana dan prasarana. Misalnya, jumlah proyektor yang tidak memadai dapat menjadi hambatan berat, terutama karena pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan multi-metode, multi-media, dan multi-sumber untuk mengakomodasi beragam gaya belajar siswa. Selain itu, waktu yang terbatas bagi guru untuk menyiapkan beragam materi dan metode pembelajaran juga menjadi kendala signifikan. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi melibatkan banyak proses, mulai dari pra-penilaian hingga penilaian berkelanjutan, dan dari perencanaan konten hingga proses pengajaran, yang dapat membuat guru kewalahan. Lebih lanjut, biaya tinggi untuk menyediakan berbagai sumber daya dan bahan ajar yang mendukung kebutuhan setiap siswa juga menjadi hambatan yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh banyak sekolah secara berkelanjutan.

Isu keterbatasan sumber daya (waktu, infrastruktur, pendanaan) yang meluas ini bukan sekadar ketidaknyamanan, melainkan hambatan sistemik yang dapat merusak ketelitian dan keberlanjutan pembelajaran berdiferensiasi, memaksa guru untuk berkompromi pada prinsip-prinsip intinya. Keterbatasan ini secara langsung menghambat kemampuan guru untuk mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif. Misalnya, jika seorang guru kekurangan waktu yang cukup, mereka tidak dapat merencanakan konten atau proses yang bervariasi secara memadai. Jika sumber daya multimedia langka, diferensiasi "multi-media" menjadi tidak mungkin. Ini berarti bahwa masalahnya bukan hanya tentang kemauan atau keterampilan guru, tetapi tentang sistem dukungan fundamental. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi tingkat kebijakan dan peningkatan investasi untuk menciptakan lingkungan di mana pembelajaran berdiferensiasi dapat benar-benar berkembang, daripada hanya mengandalkan inisiatif individu guru.

Kesiapan dan Kompetensi Guru

Tantangan lain yang krusial adalah kesiapan dan kompetensi guru.

Mengidentifikasi dan memahami kebutuhan belajar siswa yang berbeda di setiap kelas bisa jadi sulit bagi guru, mengingat keragaman gaya belajar, tingkat pemahaman, dan minat siswa. Guru perlu menyiapkan multi-metode, multi-media, dan multi-sumber, yang membutuhkan waktu lebih banyak dan keterampilan yang beragam. Selain itu, tidak semua guru memiliki keterampilan yang menunjang pelaksanaan asesmen formatif, dan pengembangan instrumen, implementasi, serta analisis data asesmen formatif membutuhkan waktu dan keahlian khusus. Membimbing guru untuk mengubah praktik mereka yang sudah mapan, seperti memasukkan pembelajaran yang diprakarsai siswa atau mengadopsi pendekatan baru, merupakan tantangan yang signifikan.

Kesenjangan keterampilan dan resistensi terhadap perubahan di kalangan guru menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang efektif membutuhkan pergeseran transformatif dalam identitas dan praktik profesional guru, bukan hanya seperangkat teknik baru. Ini memerlukan pengembangan profesional yang berkelanjutan dan mendalam yang membahas baik keterampilan pedagogis maupun pola pikir, memupuk budaya pembelajaran dan adaptasi berkelanjutan di kalangan pendidik. Frasa "membimbing guru untuk mengubah praktik mereka" menyiratkan bahwa ini bukan hanya tentang kurangnya pengetahuan, tetapi tantangan yang lebih dalam dari kebiasaan yang mengakar dan identitas profesional. Pembelajaran berdiferensiasi meminta guru untuk secara fundamental memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap pengajaran, yang bisa jadi menakutkan dan membutuhkan dukungan berkelanjutan, bukan hanya pelatihan awal. Transformasi ini memerlukan pergeseran dari "pedagogi kemiskinan" (pembelajaran hafalan) ke "instruksi yang efektif" (konteks yang bermakna, berdiferensiasi). Implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang berkelanjutan membutuhkan komitmen jangka panjang terhadap pengembangan profesional guru yang mencakup pelatihan, komunitas belajar kolaboratif, dan budaya sekolah yang mendukung eksperimen dan peningkatan berkelanjutan.

Dinamika Manajemen Kelas dan Kurikulum

Dinamika manajemen kelas dan struktur kurikulum juga menghadirkan hambatan yang kompleks. Jumlah siswa yang banyak di kelas membuat sulit bagi guru untuk fokus pada setiap siswa secara individual dan melayani siswa baik secara individual maupun kelompok. Memimpin kelas dengan beragam kebutuhan belajar memerlukan keterampilan manajemen kelas yang efektif, di mana guru

harus menemukan keseimbangan antara memberikan perhatian individu dan menjaga ketertiban umum di kelas. Kurikulum yang terbatas atau padat dapat mengikat guru dalam batasan materi dan metode pengajaran tertentu, padahal pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan fleksibilitas kurikulum untuk memungkinkan siswa belajar sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, beberapa siswa mungkin merasa frustrasi atau marah ketika pembelajaran berdiferensiasi mengungkapkan perbedaan kemampuan mereka dibandingkan teman sekelas, yang memerlukan penciptaan lingkungan inklusif yang mendukung.

Interaksi antara ukuran kelas yang besar, struktur kurikulum yang kaku, dan potensi resistensi psikologis siswa menciptakan tantangan adaptif yang kompleks untuk manajemen kelas dalam pembelajaran berdiferensiasi. Ini menyoroti perlunya solusi sistemik yang melampaui upaya guru individu, seperti ukuran kelas yang lebih kecil, fleksibilitas kurikulum, dan strategi untuk memupuk pola pikir pertumbuhan di kalangan siswa mengenai jalur belajar mereka yang beragam. Faktor-faktor ini saling bergantung. Ukuran kelas yang besar menyulitkan pemberian perhatian individual, bahkan jika seorang guru memiliki keterampilan. Kurikulum yang kaku membatasi kemampuan guru untuk menyesuaikan konten dan proses. Frustrasi siswa dapat muncul jika diferensiasi tidak dikelola secara sensitif, berpotensi merusak lingkungan inklusif. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi yang efektif membutuhkan penanganan berbagai faktor yang saling terkait secara bersamaan. Oleh karena itu, implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang berhasil tidak hanya membutuhkan inovasi pedagogis tetapi juga perubahan struktural di tingkat sekolah dan kebijakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar mendukung dan adaptif.

Asesmen Formatif sebagai Pilar Pembelajaran Berdiferensiasi

Pengertian dan Prinsip Asesmen Formatif dalam Kurikulum Merdeka

Asesmen formatif adalah penilaian yang bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan di awal pembelajaran untuk mengetahui kesiapan siswa, dan juga sepanjang proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan memberikan umpan balik. Prinsip-prinsip asesmen formatif meliputi: terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, tidak berisiko tinggi (low stakes) dan tidak seharusnya digunakan untuk nilai rapor atau kelulusan, menggunakan berbagai teknik dan instrumen, memberikan umpan balik cepat, dan memberikan informasi kesiapan belajar siswa. Asesmen formatif diharapkan dapat mengukur aspek yang seharusnya diukur dan bersifat holistik, memberikan gambaran komprehensif tentang pemahaman siswa.

Sifat asesmen formatif yang tidak berisiko tinggi, berkelanjutan, dan terintegrasi menjadikannya mesin diagnostik untuk pembelajaran berdiferensiasi. Ini menyediakan data yang real-time dan dapat ditindaklanjuti yang secara langsung menginformasikan penyesuaian instruksional, bergerak melampaui sekadar pengukuran untuk secara aktif membentuk proses pembelajaran. Aspek "tidak berisiko tinggi" sangat penting karena mengurangi kecemasan siswa dan mendorong asesmen diri yang jujur, memberikan data yang lebih akurat bagi guru. Sifatnya yang berkelanjutan memungkinkan penyesuaian segera, mencegah kesenjangan belajar melebar. Ini menjadikan asesmen formatif sebagai lingkaran umpan balik dinamis yang secara langsung mendorong proses iteratif diferensiasi. Asesmen formatif bukan hanya alat evaluasi, tetapi praktik pedagogis inti yang memungkinkan pengajaran responsif, selaras sempurna dengan sifat adaptif yang diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi.

Tujuan dan Fungsi Asesmen Formatif untuk Mendukung Diferensiasi

Tujuan utama asesmen formatif adalah untuk meningkatkan pembelajaran siswa dan menyesuaikan instruksi. Fungsi-fungsi spesifiknya sangat mendukung pembelajaran berdiferensiasi: mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, mendiagnosis kebutuhan pembelajaran, memberikan umpan balik yang konstruktif, memantau kemajuan proses belajar mengajar, mengevaluasi kesesuaian materi yang diajarkan, menjadi pedoman guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang sesuai, dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu peserta didik yang diajarnya. Sementara itu, bagi siswa, asesmen formatif berfungsi untuk berefleksi, memantau kemajuan belajarnya, mengidentifikasi tantangan yang dialaminya, serta langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk terus meningkatkan pencapaiannya. Ini membantu mereka mengidentifikasi kekuatan dan aspek yang perlu dikembangkan, serta mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka.

Asesmen formatif bertindak sebagai lingkaran umpan balik dinamis yang memberdayakan guru dan siswa. Bagi guru, ini mengubah asesmen dari evaluasi statis menjadi alat yang tangkas untuk penyempurnaan instruksional, memungkinkan pengajaran yang benar-benar responsif. Bagi siswa, ini memupuk metakognisi dan regulasi diri, mengalihkan fokus mereka dari nilai ke peningkatan berkelanjutan dan motivasi intrinsik, sehingga memperdalam keterlibatan mereka dengan pembelajaran berdiferensiasi. Ini berarti bahwa asesmen formatif tidak hanya mengukur hasil, tetapi secara aktif membentuk dan meningkatkan proses pembelajaran. Dengan memungkinkan guru menyesuaikan pengajaran secara real-time dan siswa untuk memahami serta mengambil kendali atas pembelajaran mereka, asesmen formatif secara langsung mendukung tujuan inti pembelajaran berdiferensiasi dan Kurikulum Merdeka.

Strategi dan Contoh Penerapan Asesmen Formatif

Asesmen formatif dapat diterapkan melalui berbagai teknik dan instrumen, baik tertulis maupun tidak tertulis. Teknik umum meliputi observasi, penilaian kinerja (praktik, produk, proyek, portofolio), tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Strategi spesifik yang dapat digunakan meliputi:    

  • Diskusi Kelas: Mengembangkan kemampuan komunikasi dan mengemukakan pendapat, melatih demokrasi dan respons sopan.      

  • Drama: Mengembangkan kemampuan seni peran dan komunikasi, menumbuhkan empati dan berpikir kritis.

  • Pembuatan Produk: Seperti miniatur 3D, produk digital, poster, maket, video, yang mengembangkan kreativitas dan kemampuan presentasi.

  • Tes Lisan: Kuis tanya jawab untuk mengonfirmasi pemahaman siswa dan memberikan umpan balik cepat.

  • Refleksi: Melatih siswa mengevaluasi kegiatan belajar mereka sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan area perbaikan.

  • Jurnal: Alat bagi siswa untuk merefleksikan perkembangan mereka secara berkesinambungan dan melatih kemampuan mengorganisasi pemikiran.

  • Esai: Mengasah keterampilan menulis akademis, berpikir kritis, dan daya analisis.

  • Tes Tertulis: Kuis pilihan ganda atau pertanyaan uraian untuk mengukur pemahaman.

Khusus untuk keterampilan membaca, asesmen formatif dapat mencakup strategi seperti:

  • Membuat Koneksi: Siswa menunjukkan pemahaman dengan membuat koneksi teks-ke-teks, teks-ke-diri, atau teks-ke-dunia.

  • Think-Pair-Share: Siswa berpikir secara individu, berpasangan untuk berdiskusi, lalu berbagi ide dengan seluruh kelas.

  • Meringkas Cerita: Menggunakan graphic organizer atau meminta siswa menceritakan kembali apa yang mereka baca.

  • Menggambar Cerita: Visualisasi pemahaman teks dengan menggambar dan menulis penjelasan.

  • Membuat Prediksi: Menguji pemahaman siswa tentang karakter atau plot dengan meminta mereka memprediksi kejadian selanjutnya.

  • Quickwrites: Latihan menulis singkat berjangka waktu untuk menilai pemahaman dan keterampilan berpikir kritis.   

  • TQE (Thoughts, Questions, Epiphanies): Siswa mencatat pemikiran, pertanyaan, dan pencerahan mereka saat membaca.

  • Wawancara: Guru melakukan percakapan informal dengan siswa untuk memahami pandangan mereka sebagai pembaca, atau wawancara karakter/acara bincang-bincang.

  • Tugas Terarah: Seperti ringkasan bab, garis waktu peristiwa, peta konsep, doodles (visualisasi), atau respons membaca.

  • Kuis/Polling: Kuis berisiko rendah atau polling untuk mengukur pemahaman cepat.

  • Asesmen Diri: Menggunakan jurnal membaca atau rubrik untuk refleksi dan evaluasi diri.

  • Exit Tickets: Pertanyaan singkat di akhir pelajaran untuk mengukur pemahaman dan mengidentifikasi area yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.  

Studi kasus menunjukkan keberhasilan penerapan asesmen formatif dalam meningkatkan keterampilan membaca. Misalnya, di Tana Tidung, seorang guru bernama Puji berhasil meningkatkan kemampuan membaca siswanya dari hanya mengenal huruf menjadi lancar membaca kata dalam beberapa bulan, melalui penggunaan asesmen formatif yang disertai pelatihan, kurikulum khusus, LAS, dan pendampingan.

Meskipun terdapat beragam strategi asesmen formatif yang kaya untuk pemahaman membaca, implementasi efektifnya seringkali terhambat oleh kendala sistemik dan praktis, terutama di kelas besar dan beragam dengan sumber daya terbatas. Ini menyoroti kebutuhan kritis akan pengembangan profesional yang komprehensif dan spesifik konteks serta dukungan institusional untuk menerjemahkan prinsip-prinsip asesmen formatif teoretis menjadi praktik kelas yang konsisten dan berdampak. Tantangan dalam implementasi asesmen formatif meliputi kurangnya persiapan siswa dalam menghadapi soal, keterlambatan pengerjaan, kurangnya variasi instrumen penilaian, keterbatasan waktu guru, ukuran kelas yang besar, kurikulum yang padat, dan kurangnya infrastruktur teknologi. Solusi untuk mengatasi kendala ini meliputi pelatihan guru yang mendalam, pemanfaatan teknologi pendidikan, program pengembangan profesional berbasis sekolah, kolaborasi antar guru, penetapan batasan untuk perawatan diri, dan membangun keterlibatan siswa melalui pilihan dan relevansi. 

Pembelajaran berdiferensiasi, yang didukung kuat oleh filosofi dan karakteristik Kurikulum Merdeka, merupakan pendekatan fundamental untuk mengoptimalkan potensi belajar setiap siswa. Pendekatan ini secara proaktif menyesuaikan konten, proses, dan produk pembelajaran berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar individu siswa, memastikan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sama melalui jalur yang disesuaikan. Kurikulum Merdeka, dengan penekanannya pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, fleksibilitas, dan pengembangan karakter holistik, menyediakan kerangka kebijakan yang esensial di mana praktik berdiferensiasi tidak hanya dimungkinkan tetapi juga diperlukan untuk mewujudkan visi pendidikannya.

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi meluas ke seluruh ekosistem pendidikan. Bagi peserta didik, ini memupuk pertumbuhan yang merata, menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan personal, meningkatkan motivasi dan keterlibatan, serta mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis dan kreativitas. Bagi pendidik, peran mereka bertransformasi menjadi strategis dan diagnostik, memungkinkan mereka untuk lebih memahami kebutuhan siswa, menyesuaikan pengajaran secara efektif, dan merasakan kepuasan profesional yang lebih besar dari melihat pertumbuhan siswa yang nyata. Namun, implementasi pembelajaran berdiferensiasi tidak tanpa tantangan. Keterbatasan sumber daya seperti waktu, fasilitas, dan pendanaan merupakan hambatan sistemik yang dapat mengganggu keberlanjutan praktik berdiferensiasi. Selain itu, kesiapan dan kompetensi guru, termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa yang beragam dan menerapkan asesmen formatif secara efektif, memerlukan pergeseran transformatif dalam identitas dan praktik profesional. Dinamika manajemen kelas, seperti ukuran kelas yang besar dan kurikulum yang kaku, menambah kompleksitas, menuntut solusi sistemik dan strategi manajemen kelas yang canggih.

Asesmen formatif muncul sebagai pilar penting dalam pembelajaran berdiferensiasi. Sifatnya yang berkelanjutan, tidak berisiko tinggi, dan terintegrasi menjadikannya mesin diagnostik yang vital, menyediakan data real-time yang menginformasikan penyesuaian instruksional. Asesmen formatif berfungsi sebagai lingkaran umpan balik dinamis yang memberdayakan guru untuk menyempurnakan pengajaran dan siswa untuk mengembangkan metakognisi serta regulasi diri, mengalihkan fokus dari nilai ke peningkatan berkelanjutan.

Untuk mencapai implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang optimal, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan komitmen kebijakan yang kuat, investasi berkelanjutan dalam sumber daya, pengembangan profesional guru yang komprehensif dan berkelanjutan (termasuk pelatihan keterampilan pedagogis dan manajemen kelas), serta budaya sekolah yang mendukung eksperimen dan kolaborasi. Hanya dengan mengatasi tantangan-tantangan ini secara terpadu, ekosistem pendidikan dapat secara efektif memanfaatkan potensi penuh pembelajaran berdiferensiasi untuk menciptakan pengalaman belajar yang inklusif, relevan, dan memberdayakan bagi setiap siswa.

Daftar Pustaka

  1. www.readingrockets.org, https://www.readingrockets.org/topics/differentiated-instruction/articles/what-differentiated-instruction#:~:text=By%3A,instruction%20to%20meet%20individual%20needs. 
  2. en.wikipedia.org, https://en.wikipedia.org/wiki/Differentiated_instruction 
  3. What Is Differentiated Instruction? - Panorama Education, https://www.panoramaed.com/blog/what-is-differentiated-instruction 
  4. 20 Differentiated Instruction Strategies and Examples [+ Downloadable List] - Prodigy, https://www.prodigygame.com/main-en/blog/differentiated-instruction-strategies-examples-download 
  5. What Is Differentiated Instruction? - Reading Rockets, https://www.readingrockets.org/topics/differentiated-instruction/articles/what-differentiated-instruction 
  6. An Introduction > Module 4 > Reading: Key Elements of Differentiated Instruction - ASCD PD Online, https://pdo.ascd.org/LMSCourses/PD11OC115M/media/DI-Intro_M4_Reading_Key_Elements.pdf 
  7. STUDI KASUS PEMBELAJARAN DIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 TARAKAN, https://repository.ubt.ac.id/repository/UBT08-01-2025-131921.pdf 
  8. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran ..., http://repository.upi.edu/129814/10/S_PAUD_2000691_Chapter2.pdf 
  9. dampak pelaksanaan kurikulum merdeka belajar terhadap pembelajaran pendidikan agama islam - Ejournal Universitas Dharmas Indonesia (UNDHARI), https://ejournal.undhari.ac.id/index.php/de_journal/article/download/1345/683/8573 
  10. Memahami Filosofi Kurikulum Merdeka - Kak Candra, https://kakcandra.com/memahami-filosofi-kurikulum-merdeka/ 
  11. Filosofi Pendidikan dalam Kurikulum Merdeka, https://disdik.hsu.go.id/2024/08/05/filosofi-pendidikan-dalam-kurikulum-merdeka/ 
  12. Begini Karakteristik Kurikulum Merdeka yang Wajib Dipahami - ESQ Business School, https://esqbs.ac.id/begini-karakteristik-kurikulum-merdeka-yang-wajib-dipahami/ 
  13. Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Kurikulum Merdeka Belajar: Strategi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pendidikan Agama Kristen, https://jurnal.sttarastamarngabang.ac.id/index.php/sinarkasih/article/download/328/311/1205 
  14. Evaluasi Metode Penilaian Perkembangan Siswa dan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Dasar - Penerbit, https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/metta/article/download/2990/1412 
  15. Aspek dan Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi yang Harus Guru Ketahui - Guruinovatif.id, https://guruinovatif.id/artikel/aspek-dan-prinsip-pembelajaran-berdiferensiasi-yang-harus-guru-ketahui 
  16. Pembelajaran Berdiferensiasi: Antara Manfaat dan Tantangannya, https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/pembelajaran-berdiferensiasi-antara-manfaat-dan-tantangannya/ 
  17. Page 4: Differentiate Instructional Elements - IRIS Center, https://iris.peabody.vanderbilt.edu/module/di/cresource/q2/p04/ 
  18. Examples of Differentiated Instruction - Graduate Programs for Educators, https://www.graduateprogram.org/blog/examples-of-differentiated-instruction/ 
  19. Differentiation of Content, Process, and Product with Examples, https://enjoy-teaching.com/differentiation/ 
  20. Differentiation: Content, Process, Product, and Learning Environment - HMH, https://www.hmhco.com/blog/differentiation-content-process-product-learning-environment 
  21. What to differentiate - NSW Department of Education, https://education.nsw.gov.au/teaching-and-learning/professional-learning/teacher-quality-and-accreditation/strong-start-great-teachers/refining-practice/differentiating-learning/what-to-differentiate 
  22. implementasi strategi pembelajaran berdiferensiasi dalam ..., https://jurnal.markandeyabali.ac.id/index.php/deiksis/article/download/54/50/ 
  23. PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SEKOLAH DASAR - jurnal - Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, https://jurnal.unipasby.ac.id/jurnal_inventa/article/download/8739/5335/29002 
  24. Differentiated Instruction Strategies and Examples for Teacher and Student Success - HMH, https://www.hmhco.com/blog/differentiated-instruction-strategies-examples 
  25. Overcoming Challenges in Differentiated Instruction: Creative Solutions for Teachers, https://lessonseed.com/blog/8/overcoming-challenges-differentiated-instruction-creative-so 
  26. Results in Brief: Case Studies of Schools Implementing Early ..., https://www.ed.gov/sites/ed/files/rschstat/eval/implementing-early-strategies/brief.pdf 
  27. The Three Principles of Differentiation, https://www.montgomeryschoolsmd.org/siteassets/district/curriculum/esol/cpd/module3/docs/principlestext.pdf 
  28. How to differentiate learning in your schools? | Carol Ann Tomlinson - YouTube, https://www.youtube.com/watch?v=9P0cJUEPThY 
  29. The Educator's Guide: 10 Easy-to-Implement Differentiation Strategies, https://www.voyagersopris.com/vsl/blog/the-educators-guide-10-easy-to-implement-differentiation-strategies 
  30. Berbagai Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi - Guruinovatif.id, https://guruinovatif.id/artikel/berbagai-tantangan-pembelajaran-berdiferensiasi 
  31. Top Examples of Formative Assessments in Reading for 2024 - Crafting Comprehension, https://craftingcomprehension.com/formative-assessments-for-reading/ 
  32. 14 Formative Assessment Examples (Challenges & Solutions) | EssayGrader, https://www.essaygrader.ai/blog/formative-assessment-examples 
  33. Pembelajaran Berdiferensiasi: Pengertian, Manfaat, dan Tujuannya - Acer Indonesia, https://www.acerid.com/pendidikan/pengertian-pembelajaran-berdiferensiasi-dan-manfaatnya 
  34. Differentiated Assessment - OrbRom Center, https://orbrom.com/differentiated-assessment/ 
  35. 10 Benefits Of Formative Assessments - Edsembli, https://edsembli.com/benefits-of-formative-assessments/ 
  36. 9 Benefits of Using Formative Assessment to Increase Student Progress | PowerSchool, https://www.powerschool.com/blog/9-benefits-of-using-formative-assessment-to-increase-student-progress/ 
  37. Differentiated Instruction Supports All Students, https://soeonline.american.edu/blog/differentiated-instruction/ 
  38. Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di Era Kurikulum Merdeka Untuk Meningkatkan Hasil Belajar - Jurnal FKIP Universitas Mulawarman, https://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/geoedusains/article/download/3744/1705/12902 
  39. Model Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Kurikulum Merdeka, https://jonedu.org/index.php/joe/article/download/5470/4378/ 
  40. What Are the Advantages of Differentiated Instruction? - Caduceus International Publishing, https://www.cipcourses.com/blog/advantages-of-differentiated-instruction/ 
  41. tantangan implementasi pembelajaran berdiferensiasi - jurnal, https://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/NIVEDANA/article/download/1072/592/ 
  42. lessonseed.com, https://lessonseed.com/blog/8/overcoming-challenges-differentiated-instruction-creative-so#:~:text=Differentiated%20instruction%20is%20a%20powerful,resources%2C%20the%20obstacles%20are%20real. 
  43. Manfaat Asesmen Formatif bagi Tenaga Pendidik dan Peserta Didik - Guruinovatif.id, https://guruinovatif.id/artikel/manfaat-asesmen-formatif-bagi-tenaga-pendidik-dan-peserta-didik 
  44. Differentiated Instruction Isn't Easy. But It's Not Impossible (Opinion) - Education Week, https://www.edweek.org/teaching-learning/opinion-differentiation-isnt-easy-but-its-not-impossible-eitherdifferentiated-instruction-isnt-easy-but-its-not-impossible-either/2024/01 
  45. Decoding Teachers' Dilemma: Unveiling the Real Obstacles to Implementing Formative Assessment in the Classroom - Journal of Qualitative Research in Education, https://enadonline.com/index.php/enad/article/download/2062/1023/13194 

Share:

0 comments: