MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V DENGAN MATERI KEKAYAAN SENI BUDAYA
KITA MELALUI METODE DISKUSI PADA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Nursafiah
S1 PGSD Universitas Terbuka
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara, dengan
jumlah 25 Siswa. Terdiri dari 11 Laki-laki dan 14 Perempuan. Pada
penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yang berpatokan pada data
sebelum perbaikan siklus I dan siklus II, yaitu pra siklus. pada percobaan
yang dilakukan pra siklus di dapat ketuntasan siswa sebanyak 6 siswa
dengan persentase 25%. Sedangkan pada siklus I siswa mengalami peningkatan
sebanyak 15 siswa yang tuntas dengan persentase 60%. Kemudian dilakukan
kembali perbaikan pembelajaran dengan menggunakan siklus II. Ternyata
peningkatan kembali terjadi pada siklus II sebanyak 23 siswa dengan
persentase 90%. Sedangkan ketidaktuntasan pada penelitian ini dapat
dirincikan yaitu pada pra siklus nilai siswa banyak dibawah standar KKM
yaitu 19 siswa dengan persentase 75%. Pada siklus I ketidaktuntasan siswa
berkurang menjadi 10 siswa dengan persentase 40%. Ternyata ketidaktuntasan
semakin menurun setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II
sebanyak 2 siswa dengan persentase 10%. Penggunaan metode yang dilakukan
adalah metode diskusi dimana siswa dituntut untuk mengutarakan pikiran,
gagasan, ide, pendapat dan lain-lain.
Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Diskusi
PENDAHULUAN
Hasil kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri 001 Sebatik
Utara, Kec. Sebatik Timur, Kab. Nunukan, menunjukkan pemahaman siswa
terhadap hasil belajar IPS dengan materi Kekayaan Seni Budaya Kita
dengan sub pokok bahasan, Membaca Sekilas serta Terampil dalam Menggunakan
Kata dan Kalimat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan
penggunaan kata maupun kalimat yang sesuai dengan EYD. Melalui tes
tertulis, ternyata banyak siswa yang kurang berhasil. Setelah melakukan
beberapa kali pemberian tes tertulis, baru menunjukkan hasil yang
diharapkan. Ternyata para siswa tidak bisa memberikan hasil yang memuaskan
dengan sekali pemberian tes tertulis. Kemajuan yang diharapkan akan
berhasil dengan melakukan beberapa kali tes dengan soal yang sama,
kebanyakan siswa masih bingung untuk mengerjakan tes tertulis yang
berbentuk Essay. Hal ini terlihat setelah penulis melakukan evaluasi pada
pada akhir pelajaran yang diberikan.
Beberapa permasalahan yang sudah teridentifikasi dan masuk dalam catatan
penulis, maka penulis dapat menarik analisis masalah yang sudah dibagi
menjadi dua bagian. Yaitu bagian pertama adalah permasalahan yang timbul
dari guru dan permasalahan yang timbul dari siswa. Berikut beberapa
analisis masalah dari guru yang telah penulis catat diantaranya adalah (1)
guru terlalu fokus pada materi tanpa melakukan interaksi kepada siswa,
sehingga siswa terabaikan. (2) penjelasan guru terhadap isi materi terlalu
bertele-tele dan menggunakan bahasa-bahasa ilmiah sehingga siswa banyak
yang tidak mengerti. (3) guru belum kreatif dalam menggunakan metode
pembelajaran, dan selalu saja monoton pada metode ceramah. (4) pemberian
contoh sebagai bahan dalam pembelajaran selalu abstrak, guru jarang
menggunakan contoh-contoh yang konkret yang mudah siswa pahami. Sedangkan
analisis masalah dari siswa adalah (1) terdapat beberapa siswa kurang
memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran, sehingga muncul
pertanyaan dari guru mengenai materi yang di bahas siswa pada diam. (2)
siswa banyak membuat kesibukan sendiri, sehingga penjelasan guru
terabaikan serta mengganggu suasana belajar yang sudah berjalan dengan
baik. (3) pada saat evaluasi yang dilakukan dengan tugas individu, ternyat
siswa banyak yang melakukan kerjasama (kelompok).
Dari penjelasan diatas dapat dipastikan bahwa perlu
adanya tindakan yang lebih serius dalam menangani masalah seperti ini,
dari identifikasi penulis terhadap permasalah diatas, maka penulis
mengambil tindakan untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan
memperbaiki sistem pengajaran demi tercapai hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan hasil indentifikasi masalah yang sudah dipaparkan pada Latar
Belakang diatas, serta dianalisis dan ditelusuri bersama Supervisor dan
Teman Sejawat, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
-
Menerapkan metode diskusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas
V SD Negeri 001 Sebatik Utara dalam mata pelajaran IPS tentang materi
Kekayaan Seni Budaya Kita.
-
Meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara pada
mata pelajaran IPS dengan materi Kekayaan Seni Budaya Kita melalui
metode diskusi.
Sesuai dengan hasil rumusan masalah yang sudah ditentukan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran IPS dengan
metode Diskusi pada pokok bahasan Perbedaan Kekayaan Seni Budaya Kita
dan Badan Usah Lainnya di Kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec.
Sebatik Timur, Kab. Nunukan tahun Pelajaran 2016/2017.
-
Menganalisis dampak penerapan metode diskusi dalam meningkatkan
pemahaman siswa kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik
Timur, Kab. Nunukan dalam mata pelajaran IPS dengan materi kekayaan
seni budaya kita.
Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat atau merupakan
alternative metode Pembelajaran di kelas, adapun harapan penulis dalam
penelitian ini kiranya dapat bermanfaat pada:
Meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta kecerdasannya dalam berbagai
aspek. Memiliki motivasi dan tekad yang tinggi untuk belajar serta dapat
menumbuhkan bakat dan prestasi dalam berbagai hal yang wajib mereka
tanamkan dalam diri mereka.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatakan kinerja
sebagai guru yang professional, sekaligus untuk memperbaiki pembelajaran
yang dikelola. Agar menghasilkan prestasi yang baik bagi siswa dan juga
menjadi kebanggan guru. Sehingga guru lebih kreatif serta inovatif dalam
menjalankan tugas untuk membimbing dan mencerdaskan anak bangsa sesuai
dengan ikrar guru yang tercantum dalam UUD 1945.
Memberikan motivasi kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sehari-hari. Suatu modal besar dalam
memperkaya proses pembelajaran didalam kelas, baik pembelajaran yang
terkait dengan materi-materi pelajaran IPS atau pun pelajaran yang lain.
Sehingga memberikan suatu revolusi bagi guru dalam meningkatkan minat
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam
belajar.
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard
(dalam Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat
perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula.
Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti
perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of
Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan
dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.
Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari
diri seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa
semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan
sebelum belajar.
Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran
1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi
belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar,
(Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan
orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk
memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan
hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan
Agama Islam (2001:19) Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara
yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengajar adalah suatu usaha yang
sangat kompleks, sehingga sulit menentukan bagaimana
sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah satu alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997: 52) metode
pembelajaran adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan
oleh guru atau instruktur. Pengertian lain
mengatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan teknik penyajian yang dikuasai
oleh guru untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, baik secara individual
ataupun secara kelompok agar pelajaran itu
dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh siswa dengan baik.
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan
hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan
Agama Islam (2001:19) Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara
yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengajar adalah suatu usaha yang
sangat kompleks, sehingga sulit menentukan bagaimana
sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah satu alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997: 52) metode
pembelajaran adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan
oleh guru atau instruktur. Pengertian lain
mengatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan teknik penyajian yang dikuasai
oleh guru untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, baik secara individual
ataupun secara kelompok agar pelajaran itu
dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh siswa dengan baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kelas V pada sekolah SD Negeri 001 Sebatik Utara,
Kec. Sebatik Timur, Kab. Nunukan. Yang terletak di Jl. H. Beddu
Rahim RT. 08 Desa Sei. Pancang Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan. Adapun
pelaksanaan penelitian tersebut dilakukan dengan keterangan bahwa , kelas
terdiri dari 25 Siswa dengan rincian 11 laki-laki dan 13 perempuan dengan
karakteristik yang berbeda. Kondisi ruang kelas yang menjadi tempat dalam
melakukan penelitian memiliki luas 8 x 7 dengan rincian panjang 8 meter,
dan lebar 7 meter.
Dalam penelitian ini memakan waktu dua minggu dengan rincian sebagai
berikut :
-
Pra Siklus dilakukan pada tanggal 25 April 2017 di SD Negeri 001
Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 25 orang, 11 laki-laki
dan 14 perempuan.
-
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2017 di SD Negeri 001
Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 25 orang, 11 laki-laki
dan 14 perempuan.
-
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2017 di SD Negeri 001
Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 25 orang, 11 laki-laki
dan 14 perempuan.
Desain penelitian ini merupakan desain penetilian tindakan kelas yang
menyangkup lingkup kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam
penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru
untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru,
memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru pada
pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Berikut gambar
desain penelitian tindakan kelas dibawah ini.
PTK memeliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :
-
Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku
penelitian.
-
Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka
waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh
data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
-
Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan
generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak
untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan
ditempat lain yang konteksnya mirip.
-
Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus
pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru
berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang
diteliti pula.
-
Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut
sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti;
bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang
diteliti.
-
Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK
selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru)
dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
-
Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau
tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh
guru; menggarap masalah-masalah besar.
-
Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang
pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
-
Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah)
sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan
statistik yang sederhana, bukan yang rumit.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara
yaitu sebagai berikut :
4. Hasil lembar observasi
Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknis
analisis dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dengan cara
sebagai berikut :
Tabel : 3.1 Kriteria Hasil Lembar Observasi
5. Hasil tes tertulis
Hasil tes tertulis dianalisis tingkat pemahaman siswa pada pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan metode diskusi. Peneliti melakukan penjumlahan
nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa
yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes yang dapat
dirumuskan:
Data yang diperoleh dari hasil observasi selama proses belajar mengajar
selanjutnya dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui apakah
tujuan pembelajaran dengan metode diskusi yang digunakan sudah mencapai
sasaran atau bahkan tidak mencapai sasaran. Maka perlu untuk
mempertimbangkan hal-hal apa saja yang akan di laksanakan penilaiannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berawal dari data penelitian yang dilakukan pada pra siklus dengan
menggunakan metode diskusi pada materi kekayaan seni budaya kita,
memberikan beberapa dampak yang sangat memprihatikan. Ketuntasan siswa
pada pra siklus hanya mencapai 25%, ini sangat memberikan gambaran bahwa
pemahaman siswa sangat rendah pada materi kekayaan seni budaya kita pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dari persentase pada pra siklus
yang hanya menuntaskan 25% siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, berarti masih terdapat 75% siswa yang belum tuntas pada pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi Kekayaan Seni Budaya Kita.
Persentase hasil perbaikan siswa yang tuntas belajar belum mengalami
kenaikan pada pra siklus dengan persentase 25% tuntas dan 75% tidak tuntas
(dari jumlah 25 siswa), hasil belajar siswa dapat dilihat meningkat
setelah dilakukan siklus I siswa yang tuntas belajar 60% dan tidak tuntas
40% (dari jumlah 25 siswa), dan pada siklus II yang tuntas belajar menjadi
90% dan tidak tuntas 10% (dari jumlah 25 siswa), dan pada siklus II
ketuntasan siswa dalam belajar mencapai 90% dengan mengacu pada standar
KKM pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 70. Grafik persentase siswa tuntas
dan tidak tuntas tercantum di bawah ini.
Rincian yang ada pada grafik dengan persentase dapat di jabarkan dengan
jumlah ketuntasan dengan bilangan sesuai dengan persentase ketuntasan.
Pada pra siklus terdapat 25% tuntas dengan rincian 6 Siswa, dan 75% tidak
tuntas dengan rincian 19 siswa. Setelah melakukan perbaikan pembelajaran
dengan siklus I terdapat 60% tuntas dengan rincian 15 siswa, dan 40% tidak
tuntas dengan rincian 10 siswa, sedangkan pada perbaikan pembelajaran
dengan siklus II terdapat 90% tuntas dengan rincian 23 siswa, dan 10%
tidak tuntas dengan rincian 2 siswa.
Dari tabel di atas terlihat bahwa pencapaian nilai yang terjadi dari
siklus I terjadi peningkatan lumayan drastis dengan peningkatan persentase
dari 25% menjadi 60% dengan selisih peningkatan adalah 35% atau setara
dengan 13 siswa.
Pada perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V dengan materi kekayaan seni
budaya kita dengan menggunakan metode diskusi menunjukkan hasil yang
memuaskan. Pada pra siklus hanya 25% (6 siswa) dari 25 siswa yang mencapai
nilai ketuntasan belajar dengan KKM 70, sedangkan pada siklus I hanya 60%
(13 siswa) sudah mendapatkan nilai tuntas.
Pada pembelajaran pra siklus ini menunjukkan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran juga sangat rendah. Hal ini dikarenakan pada
pra siklus belum diterapkan pengelolaan pembelajaran yang menerapkan
metode diskusi yang sesuai secara optimal. Guru hanya mengajar dengan pola
lama, sehingga anak-anak mudah jenuh dan merasa bosan, tidak bersemangat
mengikuti pembelajaran, dan guru tidak mengkondisikan siswa siap secara
fisik dan psikis. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus benar-benar
belajar yang komprehensif, seperti pendapat Bell-Gredler (1986:1) yang
menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes.
Setelah diterapkannya metode diskusi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial pada siklus I, hasil belajar siswa mulai meningkat bila
dibandingkan dengan pembelajaran pra siklus. Berpedoman dari hasil
pembelajaran pada siklus I maka penulis berusaha meningkatkan dan
mengoptimalkan penggunaan metode diskusi dalam perbaikan pembelajaran
siklus II.
Dengan menerapkan metode diskusi secara tepat dan memberdayakan siswa
dalam proses pembelajaran secara optimal seperti memberi kesempatan
bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat serta ide dan
gagasan, serta menggunakan media pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Dalam proses instruksional (pembelajaran), sumber informasi
adalah guru, siswa, atau orang lain. Hanya, dalam hal ini, media mendapat
definisi lebih khusus, yakni “teknologi pembawa pesan (informasi) yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran” (Scramm,1977), atau
“sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran” (Briggs,
1997).
Jadi dapat disimpulkan secara sederhana bahwa media pembelajaran adalah
sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau
sebaliknya. Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran pada diri siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan
efektifitas kegiatan pembelajaran.
KESIMPULAN
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan metode Diskusi ini, membuat guru untuk mampu merefleksi
dirinya sendiri sehingga dalam pemberian materi di kelas dapat dilakukan
secara benar, saat memberikan penjelasan tidak terlalu cepat dan guru juga
mampu memberikan contoh yang konkret agar mudah dipahami oleh siswa.
Selain itu guru juga harus pandai dalam memilih metode mengajar yang tepat
dan guru juga berkenan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Dengan adanya pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas ini sudah tentu
membuat siswa semangat dalam memperhatikan penjelasan guru dan diharapkan
pu;a siswa semangat dalam memperhatikan penjelasan guru dan diharapkan
pula siswa tidak akan saling mencontoh hasil tugas di kelas.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada bebeapa hal yang harus diperhatikan
oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, yaitu:
-
Dalam pemberian materi pelajaran hendaknya melibatkan siswa untuk
mengeluarkan pendapatnya sesuai pemahaman yang dimiliki oleh siswa
tersebut.
-
Saat memberikan penjelasan hendaknya jangan terlalu cepat dan jangan
lupa menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.
-
Hendaknya guru memberikan pertanyaan dan juga memberikan kesempatan
untuk bertanya kepada siswa.
-
Hendaknya ada tindak lanjut untuk melalui Musyawarah Guru Mata
pelajaran (MGMP) dan mengikuti diklat dalam rangka meningkatkan
kualitas pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
-
Andayani, dkk. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta:
Universitas Terbuka.
-
Chotimah, Husnul, dkk. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Alfa Beta
-
Hanif Nurcholis, Mafrukhi,(2007). Saya Senang Berbahasa Indonesia
Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta. Erlangga
-
Sudjana, (2002). Metodologi Penelitian dan Statistik. Jakarta: Rineke
Cifta
-
Syaiful B.Dj. & Aswan Z. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta . Rineka Cipta.
-
Susilaningsih, E. & Limbong, L.S. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial
5. Jakarta. Pusat Perbukuan Depdiknas
-
Tahir, M. (2014). Pengertian Pendidikan. Diakses tanggal 03 Mei 2017.
Sumber : http://www.lebahmaster.com/pengertian-pendidikan/
-
Hariyanto. (2017). Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. Diakses
tanggal 03 Mei 2017. Sumber :
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
-
Mulyana, A. (2012). Pengertian Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber :
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html
-
Ardiansyah, R. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar. Diakses 03 Mei 2017. Sumber :
http://www.idsejarah.net/2014/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html
-
Mulyana, A. (2012). Pengertian Metode Pembelajaran dan Jenisnya.
Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber :
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelaaran-dan.html
-
Sora, N. (2016). Pengertian Diskusi dan Macamnya serta Manfaatnya.
Diakses 03 Mei 2017. Sumber :
http://www.pengertianku.net/2016/03/pengertian-diskusi-dan-macamnya-serta-manfaatnya.html