11 Desember 2021

Karya Ilmiah Menerapkan Konsep Multiple Intellegence dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

MENERAPKAN KONSEP MULTIPLE INTELLEGENCE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV PADA SDN 001 SEBATIK UTARA

Riksan

S1 PGSD Universitas Terbuka


ABSTRAK

      Meningkatkan Pemahaman siswa Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV di SDN 001 Sebatik Utara, Dibimbing : Roby Zulkarnain Noer, M.Pd. selain itu dibantu juga oleh Supervisor 2 : Arsah, S.Pd. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 001 Sebatik Utara Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan terhadap pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan konsep multipel intellegence. Pencapaian keberhasilan pembelajaran perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kwalitas siswa. Penelitian tindakan kelas ini bermaksud untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran, penggunaan metode diskusi bertujuan memberikan sedikit rangsangan kepada siswa untuk cakap dalam mengeluarkan pendapat, jawaban, ide, gagasan, serta pertanyaan. Hasil dari pelaksanaan penelitian ini memberikan kejutan bagi pendidik, perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus perbaikan. pada Siklus I memberikan peningkatan sebanyak 60% yang awalnya pada Pra siklus ketuntasan siswa hanya 25%. Hal ini memberikan semangat terhadap pendidik. Perbaikan pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat drastis dengan persentase 90%, artinya dari 25 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan mengacu pada KKM pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 70, memberikan hasil yang memuaskan bagi pendidik. Hasil perbaikan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus dengan menggunakan Konsep Multiple Intellegence dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 

Kata kunci : Konsep Multiple Intellegence

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas IV di SDN 001 Sebatik Utara yang berjumlah 24 Siswa, terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan, pada mata pelajaran bahasa indonesia dengan materi pantun anak. Siswa diharapkan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi yang ditulis pada kertas hinga menjadi pantun anak. Pada proses pembelajaran di dalam kelas berlangsung terdapat siswa sedang asik bermain dengan teman sebangkunya, ada juga siswa yang diam dan tertunduk lesu seperti mengantuk (kurang semangat) di dalam kelas tanpa memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dapat memberikan dampak yang tidak baik dalam kelas karena dapat merusak proses pembelajaran. Secara tidak langsung siswa yang lain bisa terjangkit dengan kondisi siswa seperti ini, Maka perlu tindakan yang lebih serius mengenai hal tersebut.

Bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan mata pelajaran paling membosankan bagi siswa, tidak bisa dipungkiri lagi dari beberapa kasus yang serupa bahwa pelajaran Bahasa Indonesia kurang diminati siswa padahal pelajaran tersebut merupakan salah mata pelajaran yang ada dalam Ujian Nasional (UN). Dari evaluasi terakhir sebelum melakukan penelitian pada siswa kelas IV SDN 001 Sebatik Utara menunjukkan bahwa pelajaran Bahasa  Indonsia dari 24 siswa, 10 diantaranya masih dibawah standar KKM. Kurangnya minat siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia disebabkan beberapa faktor, berdasarkan pengamatan penulis tanggal 27 April 2017 terdapat beberapa faktor yaitu : (1) metode yang digunakan guru kurang cocok pada materi yang diajarkan; (2) guru terlalu monoton pada buku tanpa menggunakan media pembelajaran; (3) kurangnya melibatkan siswa dalam suatu studi kasus pada pelajaran Bahasa Indonesia; dan masih banyak lagi. Beberapa faktor diatas sangat jelas bahwa masih banyak siswa yang mengalami permasalahan terhadap pelajaran bahasa indonesia. Hal ini akan bertambah parah jika tidak segera di tangani, sehingga pada saat ujian, ulangan harian, dll, akan mengalami kegagalan. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya hal tersebut adalah rendahnya hasil belajar siswa.

Dari pengamatan yang dilakukan maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki permasalahan terhadap pelajaran bahasa indonesia. Pembenahan lebih dini diperlukan sebelum melangkah lebih jauh, perlu melakukan revisi diri pada guru sebelum melakukan pembelajaran di dalam kelas. Menyiapkan materi serta penyajiannya di dalam kelas dan pemilihan metode, strategi dan pendekatan pada pembelajaran tersebut harus sesuai. Demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di dalam pembelajaran.

Teori Multiple Intellegence yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Menurut (Gardner, 1983) bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Maka dari itu, guru selaku guru yang bertanggung jawab atas proses pembelajaran di kelas harusnya menjadi fasilitator untuk memberikan dukungan serta dorongan kepada siswa agar mencapai kecerdasan yang sesuai dengan kondisi siswa tersebut. Namun banyak ditemukan guru dalam paradigma pendidikan klasik mengacuhkan kewajibannya untuk menumbuhkan potensi kecerdasan siswanya. Dari penjelasan pada latar belakang diatas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 001 Sebatik Utara terhadap konsep Multiple Intellegence melalui materi Pantun Anak ?

2. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 001 Sebatik Utara pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Pantun Anak melalui konsep Multiple Intellegence ?

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada di atas dapat berikan pula tujuan perbaikan pembelajaran sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa SDN 001 Sebatik Utara terhadap konsep multiple intelence.

2. Mendeskripsikan cara meningkatkan motivasi belajar siswa SDN 001 Sebatik Utara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Pantun Anak melalui konsep Multiple Intellegence.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Bagi Siswa

Meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta kecerdasannya dalam berbagai aspek. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai karya masing-masing dengan penerapan konsep multiple intellegence melalui materi pantun anak. 

b. Bagi Guru

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang penggunaan dan penerapan konsep multiple intellegence dalam pembelajaran Bahasa Indonesai dengan materi Pantun Anak, sehingga mampu mengimplementasikan dalam pelaksanaannya.

c. Bagi Sekolah

Suatu bahan atau aset dalam memperkaya proses pembelajaran didalam kelas, baik pembelajaran yang terkait dengan materi-materi pelajaran Bahasa Indonesia atau pun pelajaran yang lain.

d. Bagi Institut Pendidikan Secara Umum

Sebagai suatu referensi untuk program pendidikan yang akan datang agar kiranya memberikan dorongan dan motivasi kepada para guru atau pendidik untuk selalu menggali potensi diri dalam mengajar, baik potensi dari dalam diri maupun dari luar. Sehingga lahir sesuatu yang baru, yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di daerah manapun tanpa terhalangi dengan berbagai kekurangan dalam kelasnya. Baik sarana maupun prasarana.

Menurut Rohani (2004:4) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses menguasai tujuan pengajaran, pembelajaran adalah suatu aktivitas (proses) belajar mengajar yang melibatkan dua subjek, yaitu guru dan peserta didik. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar yang dilakukan guru dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Pendapat lain dari Hamalik (2005:77) bahwa pembelajaran adalah suatu komunikasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi guna mencapai tujuan pembelajaran. 

Sanjaya (2011: 13-14) bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriteriannya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Sedangkan menurut Komalasari (2013:3) bahwa Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

Sanjaya (2011: 13-14) bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriteriannya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Sedangkan menurut Komalasari (2013:3) bahwa Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan tehnik adalah suatu cara strategi atau taktik yang digunakan oleh guru untuk mencapai hasil yang maksimum pada waktu mengajar pada bagian pelajaran tertentu.

Menurut Kamaruddin Hj. Husin & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz dalam bukunya Pengajian Melayu III : Teknik bisa didefinisikan sebagai pengendalian suatu organisasi yang benar-benar berlaku di dalam pengajaran yang digunakan untuk mencapai suatu objektif.

Teknik secara harfiah juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.

Dengan kata lain Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk peserta didik. Teknik yang dipilih haruslah sesuai dengan pelajaran yang digunakan dan seirama dengan pendekatan yang digunakan.

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut. Dilihat dari sejarahnya,tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilaku (behavioral science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard (dalam Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Teori Multiple Intellegence atau kecerdasan majemuk ini diperkenalkan oleh Howard Gardner, yang merupakan seorang psikolog pendidikan asal Inggris. Teori ini muncul karena melihat bahwa teori kecerdasan klasik yang hanya merujuk pada logika dan bahasa tidak mampu mengakomodasi banyak ragam kecerdasan yang sebenarnya dimiliki setiap siswa secara spesifik. Artinya proses pembelajaran klasik dianggap kurang berhasil dalam mendidik siswa sesuai dengan tujuan dari pencapaian suatu proses pendidikan yang diharapkan.

Dasar dari sebuah penelitian ini bermula pada fakta yang menunjukkan bahwa lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual dengan nilai tinggi (IQ) tidak secara otomatis akan berhasil dalam kehidupan nyatanya. Karena di dalam kehidupan nyata banyak hal-hal yang memerlukan penyelesaian menggunakan aspek kecerdasan yang lain, tidak hanya kecerdasan intelektual (IQ). Dengan menggunakan instrumen Multiple Intellegences Checklist for Adult (MICA) yang terdiri dari  49 poin dari tujuh aspek kecerdasan majemuk yaitu (1) Verbal Linguistik (VL), (2) Logik Matematik (LM), (3) Visual-Ruang (VR), (4) Kinestetik Badan (KB), (5) Muzik (MZ), (6) Interpersonal (IE), (7) Intrapersonal (IA), dan (8) Naturalis (NA). Inilah dasarnya diujikan ke para pendidik, hasilnya adalah para pendidik tersebut menunjukkan aspek pergaulan (intrapersonal) yang lebih menonjol dibanding aspek yang lain. Hal ini didukung dengan aspek visual-ruang yang menunjang hingga terjadinya aspek intrapersonal sebanyak 55%.

Penerapan Multiple Intellegence System (MIS) ada beberapa tahapan dalam proses kerja sistem ini, diantaranya adalah. Pertama yang perlu dilakukan adalah pembenahan dari dalam, yaitu dari sekolah yang bersangkutan. Harus melakukan evaluasi secara rinci terhadap kekurangan dan kelebihan sekolah sebelum melakukan penerapan metode MIS, sebelum menerapkan metode MIS harus perlu melakukan pembenahan secara mendasar dari sekolah yang bersangkutan, tidak akan memberikan dampak atau hasil secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Kedua memasuki tahapan reformasi. Yaitu sekolah dengan ketertinggalannya akan memberikan dampak yang buruk karena sekolah tersebut tidak akan maju, bisa jadi masyarakat juga kurang menerima dikarenakan nama, sarana dan prasarana, lokasi, dll. Akan memberikan gambaran yang buruk di benak masyarakat. Hal itu akan menjadi penghalang demi kemajuan sekolah tersebut. Reformasi sekolah bisa saja terjadi bila dilakukan beberapa cara, yaitu mengganti nama sekolah yang ada dengan nama lain yang lebih sederhana, menarik dan mudah di ingat bagi masyarakar, mengganti penampilan sekolah yang lebih baru dan lebih segar agar memberikan kesan di benak masyarakat, dan yang terakhir adalah melakukan pindah lokasi sekolah agar memberikan suasana yang baru untuk mendukung upaya-upaya perubahan yang akan dilakukan.

Ketiga yaitu melakukan susunan dan konsep MIS dalam struktur sekolah sudah diperbaiki maka penggunaan MIS baru akan tampak hasilnya. Jadi faktor yang paling penting dalam Kecerdasan Majemuk adalah adanya tanggung jawab institusi-institusi pendidikan.

Pembelajaran berbasis multiple intellegence menerapkan dua kali tes yang dilakukan terhadap peserta didik. Yang pertama adalah tes Multiple Intellegence Reaserch (MIR) untuk mengetahui aspek kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa ketika  akan dirumuskan rencana pembelajaran di dalam kelas. Yang kedua adalah evaluasi pada akhir rangkaian proses pembelajaran untuk melihat hasil dari penerapan proses pembelajaran tersebut yang lebih konprehensif. 

Jika dirumuskan dalam sebuah hubungan matematis maka dapat dituliskan bahwa metode pembelajaran berbasis multiple intellegence harus memiliki hubungan yang baik antar guru dan peserta didik sebagai berikut :

     Gaya Belajar Peserta Didik + Gaya Mengajar Guru = Rumus Pembelajaran

Untuk pembelajaran multiple intellegence memiliki persentase dalam pembagian alokasi waktu yaitu 70% adalah waktu untuk peserta didik, sedangkan 30% adalah waktu untuk guru memberikan pengarahan terhadap peserta didik.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV pada SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan yang berjumlah 24 Siswa dengan rincian bahwa 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. SD Negeri 001 Sebatik Utara Memiliki 10 Ruang Kelas dengan 20 Rombongan Belajar, kondisi dalam kelas lumayan menarik karena ruang dengan tekstur beton atau bangunan permanen dengan luas kelas adalah 56 m2. Sedikit memberikan kenyamanan bagi siswa maupun guru untuk melakukan pembelajan. Dinding yang dipenuhi dengan hiasan-hiasan yang terbuat dari kertas serta karton yang berisi materi-materi tentang pembelajaran yang diberikan terdahulu. Sekolah ini terletak di pinggir Jalan Poros yang ada di Desa Sei. Pancang. Sekolah ini beralamat di Jl. H. Beddu Rahim, RT. 08 Desa Sei. Pancang, Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan. Berada depan gerbang atau jalan masuk menuju asrama Koramil. 

Dalam penelitian dilakukan sebanyak dua siklus yang tersiri dari siklus I dan siklus II, penelitian ini memakan waktu dua minggu dengan rincian sebagai berikut :

1. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 02 Mei 2017 di SD Negeri 001 Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 24 orang, 10 laki-laki dan 14 perempuan.

2. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2017 di SD Negeri 001 Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 24 orang, 10 laki-laki dan 14 perempuan.

Desain penelitian ini merupakan desain penetilian tindakan kelas yang menyangkup lingkup kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru pada pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Berikut gambar desain penelitian tindakan kelas dibawah ini.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu sebagai berikut :

3. Hasil lembar observasi

Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknis analisis dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dengan cara sebagai berikut :

Tabel : 3.1 Kriteria Hasil Lembar Observasi

4. Hasil tes tertulis

Hasil tes tertulis dianalisis tingkat pemahaman siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode diskusi. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes yang dapat dirumuskan:


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Persentase hasil perbaikan siswa yang tuntas belajar belum mengalami kenaikan pada siklus I dengan persentase 35% tuntas yang setara dengan 8 siswa saja dan 65% tidak tuntas yang setara dengan 16 siswa (dari jumlah 24 siswa). Hasil belajar siswa dapat dilihat meningkat setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II, siswa yang tuntas belajar dengan persentase 90% atau setara dengan 22 siswa dan tidak tuntas belajar dengan persentase 10% atau setara dengan 2 siswa (dari jumlah 24 siswa), Grafik persentase siswa tuntas dan tidak tuntas tercantum di bawah ini.

Rincian yang ada pada grafik dengan persentase dapat di jabarkan dengan jumlah ketuntasan dalam bilangan sesuai dengan persentase ketuntasan. Pada siklus I terdapat 35% tuntas dengan rincian 8 Siswa, dan 65% tidak tuntas dengan rincian 16 siswa. Setelah melakukan perbaikan pembelajaran dengan siklus II terdapat 90% tuntas dengan rincian 22 siswa, dan 10% tidak tuntas dengan rincian 2 siswa, sedangkan Berikut deskripsi per siklus akan di bahas mengenai pelaksanaannya.

Penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan di kelas IV SD Negeri 001 Sebatik Utara telah menunjukkan keberhasilan yang positif dilihat dari hasil tes yang diperlihatkan siswa yaitu dengan membandingkan hasil tes pembelajaran pada siklus I dengan siklus II, semuanya terjadi peningkatan pada pokok bahasan Pantun Anak.

Pada perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dengan materi Pantun Anak dengan menggunakan Konsep Multiple Intellegence menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada siklus I hanya 35% (8 siswa) sudah mendapatkan nilai tuntas 

Guru hanya mengajar dengan pola lama, sehingga anak-anak mudah jenuh dan merasa bosan, tidak bersemangat mengikuti pembelajaran, dan guru tidak mengkondisikan siswa siap secara fisik dan psikis. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus benar-benar belajar yang komprehensif, seperti pendapat Bell-Gredler (1986:1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. 

Dengan menerapkan konsep multiple intellegence pada siklus I, ternyata prestasi belajar siswa meningkat. Siswa berani bertanya dan menjawab pertanyaan serta mengeluarkan gagasan atau ide. Keaktifan ini bisa terjadi karena penerapan konsep multiple intellegence. 

Setelah diterapkannya multiple intellegence pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I, hasil belajar siswa mulai meningkat bila dibandingkan dengan pembelajaran sebelum melakukan penelitian. Berpedoman dari hasil pembelajaran pada siklus I maka penulis berusaha meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan konsep multiple intellegence dalam perbaikan pembelajaran siklus II. 

Dengan menerapkan konsep multiple intellegence secara tepat dan memberdayakan siswa dalam proses pembelajaran secara optimal seperti memberi kesempatan bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat serta ide dan gagasan, serta menggunakan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 

Jadi dapat disimpulkan secara sederhana bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya. Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. 

proses pembelajaran pada diri siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran.

KESIMPULAN

Setelah melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan terhadap pemahaman siswa yang kurang pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok Pantun Anak dengan menggunakan Konsep Multiple Intellegence, maka melalui perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus sehingga siswa yang mendapatkan nilai yang kurang berhasil menunjukkan kemampuan pengetahuannya dalam memahami soal-soal yang diberikan oleh guru.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan konsep multiple intellegence. Membuat guru untuk mampu merefleksi dirinya sendiri sehingga dalam pemberian materi di kelas dapat dilakukan secara benar, saat memberikan penjelasan tidak terlalu cepat dan guru juga mampu memberikan contoh yang konkret agar mudah dipahami oleh siswa. Selain itu guru juga harus pandai dalam memilih metode mengajar yang tepat dan guru juga berkenan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 

Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, yaitu:

1. Dalam pemberian materi pelajaran hendaknya melibatkan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sesuai pemahaman yang dimiliki oleh siswa tersebut.

2. Saat memberikan penjelasan hendaknya jangan terlalu cepat dan jangan lupa menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.

3. Hendaknya guru memberikan pertanyaan dan juga memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa.

4. Guru harus sekali-kali memperhatikan tingkah laku siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

5. Guru harus menghindari penyebutan kata secara berulang, agar siswa tidak mengikuti apa yang disebutkan oleh guru

DAFTAR  PUSTAKA

Wardani, I G.A.K & dkk. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Chotimah, Husnul, dkk. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfa Beta

Wahyuni, S.Y. (2011). Panduan Pendidik : Memerapkan Konsep Multiple Intellegence Dalam Proses Belajar Mengajar Di Kelas. Jakarta Timur. CV. Sahala Adidayatama.

Kosasih, E. (2010). Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo.

Kosasih, E. (2010). Pendekatan Berbasis Pendidikan Kecakapan Hidup dan Pembelajaran Konstektual Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo

Kosasih, E. (2010). Sistem Pengajaran Modul pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo.

Rokayah, Y & A. Titin, E. (2010). Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo

Mawadah, H.A. (2011). Panduan Pendidik : Strategi Belajar Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Timur. Multazam Mulia Utama.

Crispina. (2011). Teori Belajar Bahasa Indonesia. diakses tanggal 29 April 2017. Sumber : http://impiandalamhati.blogspot.co.id/2011/03/teori-belajar-bahasa-indonesia.html.

Sam, H. (2016). 22 Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli Terlengkap. Diakses tanggal 09 Mei 2017. Sumber : http://www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-terlengkap/

Mulyana, A. (2012). Pengertian Metode Pembelajaran dan Jenisnya. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelaaran-dan.html#

Dina, I. (2015). Macam-macam Teknik Pembelajaran. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://islamidinah26.blogspot.co.id/2015/04/macam-macam-tekhnik-pembelajaran.html

Rijal. (2016). Pengertian Tujuan Pembelajaran. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://www.rijal09.com/2016/05/tujuan-pembelajaran.html

Lestari, P. (2010). Manfaat Belajar. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://pujilestari23.blogspot.co.id/2010/05/manfaat-belajar.html

Riski, A.R. (2013). Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegence. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://ririnayurizki.blogspot.co.id/2013/03/strategi-pembelajaran-berbasis-multiple.html

FILE

Download Disini

Share:

14 November 2021

Karya Ilmiah Dengan Alat Peraga Papan Bilangan Siswa dapat Meningkatkan Pembelajaran Matematika dengan Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat



Dengan Alat Peraga Papan Bilangan Siswa Dapat Meningkatkan Pembelajaran Matematika Dengan Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat

JUMADI
NIM. 822572984
S.I. PGSD Universitas Terbuka

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa  dalam pembelajaran matematika dengan materi operasi hitung bilangan bulat. Dilaksanakan di SDN N0 001 Sebatik Utara tahun ajaran 2017. Pada umumnya siswa kurang menyukai pelajaran matematika karena membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah kurang perhatian orang tua, kecanggihan tekhnologi informasi disegala bidang yang membuat mereka lebih suka bermain game di internet. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 29 0rang. Pada siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi diatas,dengan ditunjukakan adanya nilai di bawah KKM 8 siswa, dengan presentasi 27,5 %. Guru menggunakan alat praga Papan Bilangan secara berkelompok, kelihatan peningkatan pemahaman siswa bertambah,sehingga nilai dibawah KKM tinggal 5 siswa, dengan presentase 17 %. Dengan penambahan  alat peraga setiap individu satu alat, pembelajaran kembali secara klasikal, maka pemahaman siswa meningkat dratis, nilai dibawah KKM tinggal 2 dengan presentase 6,8%,nilai didominasi angka 70 sampai 90 bahkan ada yang mendapat 100 walaupun hanya 2 0rang. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pemahaman siswa dengan materi operasi hitung bilangan bulat. Dengan demikian maka Papan Bilangan adalah alat peraga yang cocok untuk pembelajaran matematika dengan materi operasi htung bilangan bulat.

Kata Kunci  :  Pemahaman, kerja kelompok, alat peraga papan bilangan 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dunia modern saat ini tidak lepas dari kecanggihan tehnologi informasi disegala bidang, contohnya telivisi yang menayangkan hal-hal yang menarik bagi anak.Selain dari itu telpon genggam yang berisi permainan game yang menyenangkan bagi anak,juga warung internet (warnet) yang bebas memberi peluang bagi anak untuk bermain games. Dari siswa saya yang berjumlah 29 orang bila ditanya siapa yang tadi malam tidak belajar hampir semua angkat tangan, Tetapi bila ditanya siapa yang suka bermain game, maka hampir semua angkat tangan. Dengan demikian kemauan untuk belajar berkurang. Sehingga hal tersebut berpengaruh pada tingkat konsentrasi anak pada saat dia sedang mengikuti pembelajaran di kelas.

Matematika merupakan salah satu ilmu yang harus dimiliki oleh anak, karena dari padanya anak dapat memperoleh ketrampilan berhitung bersikap dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk meningkatkan konsentrasi dan pemahaman anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, maka guru berupaya untuk membuat alat peraga yang cocok bagi siswa hidupnya   dilingkungan yang berdekatan dengan pasar, sehingga pengaruh terhadap minat belajar siswa di rumah berkurang, karena sebagian siswa kebanyakan membantu orang tuanya berdagang. Untuk meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika, maka guru memilih menggunakan papan bilangan dalam pembelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat.

B. Identifikasi Masalah
  • Anak kuarang memahami pelajaran matematika dengan materi operasi hitung   bilangan bulat.
  • Perhatian tidak fokus pada saat pembelajaran berlangsung
  • Ada sebagian siswa bicara sendiri
C. Rumusan Masalah 
Dengan menggunakan alat peraga papan bilangan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran matematika dengan materi operasi hitung bilangan bulat kelas VI tahun ajaran 2017 di SDN 001 Sebatik Utara.

D. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan pertanyaan - pertanyaan diatas,tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah meningkatkan pemahaman siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika mengenai operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga berupa papan bilangan.

E. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
  1. Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar matematika.
  2. Bagi guru sebagai peneliti untuk meningkatkan profesionalisme dan mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian yang serupa.
  3. Bagi guru sejawat untuk memberikan motivasi serta referensi pembelajaran dengan menggunakan model-model alat peraga yang mudah dibuat.
  4. Adanya guru mengadakan penelitian tindakan kelas di kelasnya masing-masing maka akan terjadi perubahan positif dan berkualitas.
  5. Bagi sekolah hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran di sekolah khususnya dan sekolah lainnya pada umumnya.
  6. Bagi dinas pendidikan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan bahan kajian dalam pengembangan kurikulum dan program peningkatan mutu pembelajaran pada tingkatan yang lebih luas. 
KAJIAN PUSTAKA

A. Ciri  Pelajaran Matematika
Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri khusus antara lain abstrak, deduktif,  konsisten,  hierarkis dan logis. Matematika objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Dengan demikian perlu adanya cara agar matematika merupakan pelajaran yang menarik, menyenangkan dan lebih mudah dipahami.

B. Karakteristik siswa sekolah dasar dalam pembelajaran matematika
Siswa sekolah dasar (SD) berada pada umur yang berkisar antara usia 7 hingga 12 tahun, pada tahap ini siswa masih berpikir pada fase oprasional kongkret, kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah- kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Agar pengajaran matematika dapat menarik bagi siswa, maka seorang guru mulailah dengan pertanyaan yang menantang,atau dengan permainan,atau dengan simulasi.

C. Metode yang digunakan pada pelajaran matematika
Menggunakan metode yang cocok dalam pengajaran matematika seperti, model pembelajaran kooperatif, kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok, kemudian metode ceramah, simulasi atau tanya jawab.

Dengan memilih salah satu metode yang sesuai dengan pembelajaran matematika dengan materi operasi hitung bilangan bulat, maka diharapkan akan ada peningkatan pemahaman siswa pada materi tersebut.

D. Alat peraga yang cocok untuk pembelajaran matematika operasi hitung bilangan bulat.
Untuk membantu siswa dalam mempelajari matematika materi operasi hitung bilangan bulat, ada beberapa media (alat peraga) yang bisa digunakan diantaranya: mistar hitung, alat ini bisa dibuat sendiri dari kertas karton. Mistar hitung yang akan digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan skala yang sama dan terdiri dari bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif. Contoh penggunaan mistar hitung untuk penjumlaham bilangan bulat: 8 + (-3) =.......... Pasangkan bilangan 8 pada mistar bawah dengan bilangan 0 pada mistar atas, lalu lihat bilangan -3 pada mistar atas ternyata berpasangan dengan bilangan 5 pada mistar bawah,sehingga 8 + (-3) = 5 .

E. Hasil Belajar Siswa
Prestasi   belajar diperoleh dari hasil  belajar siswa yang  diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil prestasi  belajar. Sedangkan prestasi  belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (Hudoyo, 1990), adalah gambaran tingkat penguasaan siswa dalam prestasi  belajar matematika yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil prestasi  belajar matematika. Oleh karena itu, prestasi  belajar dapat dicapai melalui proses  belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru.

Untuk melihat sejauh mana hasil belajar seseorang dan keberhasilan mengajar guru diperlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator – indikator perubahan tingkah laku/perilaku dan pribadi pserta didik.

PELAKSANAAN PERBAIKAN, TEMPAT DAN WAKTU, PIHAK YANG MEMBANTU

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas V1 SDN 001  Sebatik Utara. mata pelajaran matematika mulai tanggal 15 Mei sampai dengan tanggal 24 Mei tahun 2017. 
Jadwal pembelajaran perbaikan adalah sebagai berikut :
a. Tanggal 15 Mei 2017 mata pelajaran matematika 
b. Tanggal 24 Mei 2017 mata pelajaran matematika


B. Deskripsi 
Pertama yang saya lakukan adalah mencoba memperbaiki hasil belajar siswa dengan pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat, Pertama kami mengidentifikasi penyebab mengapa hasil belajar siswa di kelas V1 kurang memuaskan. Perencanaan yang kami susun untuk memperbaiki hasil belajar siswa  menggunakan alat peraga garis bilangan. Berbagai hal perbaikan yang kami lakukan di dalam KBM dari perencanaan yang matang, menyiapkan bahan – bahan yang menunjang dalam pembelajaran guna meningkatkan pemahaman anak. Sehingga menghasilkan nilai yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Setelah selesai pembelajaran saya melakukan refleksi guna mempersiapkan hasil belajar siswa lebih baik. Perencanaan yang saya persiapan dari RPP lebih ditekankan pada perbaikan alat peraga, kemudian  dalam pelaksanaannya dengan diskusi dan kerja kelompok agar siswa yang belum mengerti bisa bertanya dengan teman sekelompoknya.

1. Perencanaan 
Perencanaan yang diambil adalah mengetahui atau memperhatikan keadaan/situasi di dalam kelas, mengatur tempat duduk siswa supaya tenang dan tertib, pendekatan kepada siswa yang lambat dalam menyelesaikan soal latihan, menggunakan contoh bervariasi agar siswa tertarik, menggunakan bahan – bahan yang nyata, menggunkan alat peraga yang tepat supaya dimengerti oleh siswa, memberikan tugas kepada siswa untuk maju kedepan untuk melaporkan hasil diskusinya secara bergantian, memberikan bimbingan pada siswa yang kurang mengerti, dan memberikan tugas dirumah sebagai latihan.

2. Prosedur Pelaksanaan
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran matematika tema  Materi Pokok Bahasan operasi hitung bilangan bulat bekerja sama dengan sejawat untuk mengamati proses belajar mengajar dari awal hingga akhir. Kemudian penulis bersama teman sejawat merencanakan suatu perbaikan yang di anggap perlu. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah mengadakan penilaian terhadap perolehan nilai siswa pada perbaikan pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan perolehan nilai. Peningkatan ini berupa peningkatan perolehan nilai secara individu maupun peningkatan perbaikan nilai secara keseluruhan. 

B. Deskripsi Temuan dan Refleksi
Setelah diadakan perbaikan, nilai pada anak meningkat, nilai dibawah KKM tinggal 5 siswa dengan presentase 17 persen,nilai 60 hanya 17 persen. Ternyata didominasi dengan nilai 70 yang mencapai 45 persen. Hal tersebut masih kurang memuaskan karena masih ada beberapa siswa yang belum paham materi tersebut. setelah guru mengadakan refleksi dan temuan di lapanngan, maka kendala yang terjadi adalah alat peraga kurang, karena hanya diperuntukkan perkelompok, sebagian anak hanya melihat temannya bekerja dan sebagian hanya bermain dan bicara atau hanya ikut-ikutan.

C. Pembahasan
Pada awal pembelajara ada 8 siswa dengan presentase 27,5 persen yang tidak  mencapai KKM. Hal ini disebabkan karena penggunaan alat pembelajaran yang membosankan sehingga siswa jenuh dan tidak tertarik dengan pelajaran yang akan diterima. Kemudian peneliti melakukan perbaikan pembelajaran berdasarkan permasalahan yang muncul. Peneliti melakukan perubahan dalam penggunaan alat peraga dari garis bilangan diganti dengan penemuan penulis sendiri yaitu papan bilangan. Siswa antusias pada saat alat pembelajaran yang ditampilkan. Siswa tampak bersemangat dengan sengan hati siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan mengalami peningkatan.  Hal ini ditunjukkan dengan adanya :
  • Peningkatan nilai yang diperoleh siswa
  • Berkurangnya jumlah siswa yang masih di bawah KKM
  • Dalam menyelesaikan soal-soal latihan lebih cepat dari waktu yang diberikan.
Pada dasarnya banyak peningkatan yang terjadi di kelas, namun setelah dilaksanakan tes tertulis guru masih menemukan 5 siswa dengan presentase 17 persen yang mendapat nilai di bawah KKM. Tingkat keberhasilan menggunakan papan bilangan secara berkelompok masih belum efektif. Oleh karena itu guru dan teman sejawat sepakat untuk melaksanakan siklus 2 pada hari Rabu, 24 Mei 2017. Guru dan teman sejawat mencoba merevisi kembali RPP yang ada pada bagian kegiatan inti. Guru lebih memaksimalkan pada persiapan dan penyajian alat peraga. Alat peraga dijadikan bahan utama pembelajaran, sehingga siswa dapat mencoba alat peraga yang diberikan secara individu. Tanpa disadari, siswa mampu memahami materi berdasarkan pengalaman yang mereka lakukan sendiri dari mencoba alat berupa papan bilangan untuk menyelesaikan soal-soal tentang operasi hitung bilangan bulat.

Melihat hasil perbaikan pembelajaran mengalami perubahan yang sangat signifikan, maka saya sebagai guru kelas VI berdiskusi dengan teman sejawat. Hasilnya memutuskan tidak perlu lagi diadakan perbaikan pembelajaran siklus 3 karena dari kualitas siklus rata – rata kelas 67,5 menjadi 76 pada siklus 2. Siswa yang tidak mencapai KKM hanya 2 orang dari 29 siswa. Jika dipersentasekan keberhasilan menggunakan alat peraga secara individu pada siklus 2 telah mencapai 76 persen. Berdasarkan data tersebut perbaikan pada siklus 3 tidak dilakukan.

KESIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran, nilai –nilai yang diperoleh siswa cukup bervariasi. Hal ini dapat kami amati melalui pegalaman – pengalaman yang kami alami selama proses pembelajaran berlangsung. Pengalaman - pengalaman ini antara lain adanya ketidak seriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, kondisi lingkungan dekat pasar dan latar belakang pekerjaan orang tua sebagai pedagang,sehingga berpengaruh terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah,karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.Selain itu  keadaan ekonomi yang kurang mendukung. Hal – hal inilah yang mempengaruhi pemahaman siswa lambat pada saat guru menyampaikan pembelajaran. Oleh karena itu dapat disimpulkan:
  • Siswa memerlukan bimbingan secara individual
  • Menuntut ketekunan dalam melaksanakan pembelajaran 
  • Perlunya wawasan dan pengetahuan yang luas tentang kondisi masing-masing siswa, serta perencanaan yang matang dan persiapan yang baik sebelum melakukan pembelajaran.
  • Menuntut guru dalam menyampikan materi pembelajaran dengan cara yang membuat siswa merasa tertarik dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan serta menggungkapkan suatu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dengan bimbingan dan arahan guru serta diberikan tugas rumah.
  • Kenaikan peningkatan secara signifikan dari 29 anak yang nilainya dibawah KKM menjadi 2 siswa, hal ini menandakan bahwa pembelajaran matematika mengenai penjumlahan bilangan bulat sudah dipahami secara bersama – sama.
B. Saran DanTindak Lanjut
Dari hasil penelitan diatas maka guru dituntut untuk mengembangkan kemampuannya dengan berbagai cara, misal dengan banyak membaca tentang dunia pendidikan atau dengan berkumpul teman sejawat di kantor membahas tentang berbagai permasalahn anak didik. Tidak boleh lagi guru merasa gengsi bertanya pada teman sejawat walaupun lebih muda darinya.

Pemerintah telah memberikan berbagai insentif dan kesejahteraan bagi guru,  tentunya dengan harapan agar dengan dana yang lebih dari pemerintah bisa digunakan untuk mengembangkan pengetahuannya, mungkin dengan kuliah atau seminar. Selain itu pemerintah mengharapkan dunia pendidikan kita semakin baik generasi muda kita menjadi siap sebagai tongkat estafet dalam mengelola bangsa dan negara ini.Tidak ada lagi guru yang bermalas-malasan membiarkan dirinya tertinggal dari informasi di era globalisasi. Mari kita berlomba-lomba untuk mengembangkan diri diberbagai wadah pendidikan yang sederhana seperti di KKG, disini kesempatan guru menyampaikan segala kesulitan tentang kegiatan pembelajaran di sekolahnya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
  • Muhsetyo,Gatot dkk.(2015). Pembelajaran Matematika SD.Banten.Kementrian Riset,Teknologi dan PendidikanTinggi Universitas Terbuka.
  • Asrulkarim pgsd.blogspot.co.id/2013/09/pembelajaran matematika-di-sekolah.html.
  • http : // www.sekolahdasar.net/2013/08/media-pembelajaran-operasi-hitung-bilangan-bulat.html#ixzz3nguJTWMS.
  • Pakantondwilaksono.blogspot.co.id/2012/01/alat.peraga.matematika.operasi-hitung.htm.
  • Wapik web.org/article/detail/pembelajaran-matematika-mudahnya-belajar-bilangan-bulat-dengan-petak-pintar-AA-00371.php.
  • https://Triliusrumana.files.wordpress.com/2011/11/word-seminar-pdf.

Share:

13 November 2021

Pusat Sumber Belajar Online (PSB Online)


Konsep Pusat Sumber Belajar
Konsep Belajar

Menurut Dewey, belajar adalah proses interaksi yang terjadi antara adanya stimulus dan respon. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadi bahan bagi siswa untuk memperoleh pengertian dan kemudian dijadikan landasan bagi tujuan belajarnya (Sudjana, 1989)

Pengertian PSB

PSB merupakan salah satu komponen dari sistem pembelajaran yang dapat dimanfaatka untuk memfasilitasi proses terjadinya pembaharuan di bidang pembelajaran. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memilih sumber belajar.
  • Tujuan yang ingin dicapai
  • Ekonomis
  • Praktis dan sederhana
  • Mudah didapat
  • Fleksibel atau luwes
Tujuan utama adalah memperbaiki proses belajar peserta belajar dengan membantu mereview hasil penelitian, dan memilih metode pembelajaran terbaik dan bahan yang paling efektif yang akan diajarkan. PSB berfungsi melakukan pengadaan, pengembangan, produksi, pelatihan dan pelayanan dalam pemanfaatan sumber belajar (terutama bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran dibandingkan dengan perpustakaan yang hanya berfungsi melakukan pengadaan dan pelayanan pemanfaatan sumber belajar dalam rangka kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

Tujuan dan Fungsi PSB

Tujuan PSB untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran dengan pengembangan sistem instruksional. PSB dikembangkan dengan tujuan untuk :
  • Menyiapkan berbagai alternatif bentuk interaksi yang menunjang pembelajaran tradisional;
  • Memotivasi pemakaian cara-cara baru dalam belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan program;
  • Memberi pelayanan dalam perencanaan, produksi dan kegiatan tindak lanjut dalam pengembangan sistem instruksional;
  • Melaksanakan pelatihan untuk pengembangan sistem instruksional;
  • Memicu kegiatan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran;
  • Menyebarkan informasi yang dapat membantu memajukan penggunaan berbagai sumber belajar;
  • Menyediakan layanan produksi bahan pembelajaran;
  • Memberikan konsultasi berbagai hal berkenaan dengan peningkatan kegiatan pembelajaran;
  • Membantu dalam pemilihan dan pengadaan bahan belajar;
  • Menyediakan pelayanan evaluasi kegiatan pembelajaran dan membantu memilihkan alternatif solusi pemecahan masalah pembelajaran;
  • Menyediakan layanan jasa dalam memelihara peralatan pembelajaran;
  • Membantu mengembangkan standar pemanfaatan sumber belajar;
PSB Online yang Menyenangkan

Pembelajaran Berbasis Internet

Teknologi internet pada hakikatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.

Menurut Purbo (1998) dampak positif internet bagi penggunaan dalam pendidikan antara lain :
  1. Peserta didik dapat dengan mudah mendaftar pada mata kuliah di mana pun di seluruh dunia,
  2. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang di minatinya.
  3. Belajar dapat dengan mudah diambil de berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu kini hadir perpustakaan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Portal Web sebagai Pusat Sumber Belajar Online

Pengetian dari portal web adalah sebuah situs yang berfungsi untuk meletakkan informasi di www. Portal web dapat difungsikan sebagai PSB online yang dapat dimanfaatkan dengan bebas tanpa dipungut biaya. Portal Web ini merupakan sumber belajar yang terbuka, artinya, di desain untuk digunakan bersama.

Fitur-fitur Pusat Sumber Belajar
1. Koleksi Media Digital

Koleksi digital adalah koleksi perpustakaan atau arsip yang dikonversikan ke dalam format yang terbaca oleh mesin (machine-readable format) untuk tujuan pelestarian atau penyediaan akses elektronik.

2. Kamaya (Pustaka Maya)

Pustaka Maya merupakan layanan perpustakaan berbentuk digital dengan berbagai topik bahan bacaan. Perpustakaan/jaringan perpustakaan yang menghubungkan informasi dan layanan dari mana saja dan kapan saja dengan pengguna dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan teknologi informasi
  • Bangunan fisik tak nampak
  • Koleksi tanpa batas kepemilikan
  • Layanan tanpa batas waktu, ruang dan jenis
  • Satu atau gabungan perpustakaan (jaringan)
3. Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction).

Tujuh Fungsi Pusat Sumber Belajar

1. Penyimpanan
2. Pelayanan
3. Penyajian
4. Pengembangan
5. Pelatihan
6. Pembaruan
7. Berbagi


Print Friendly and PDF
Share:

12 November 2021

Materi PJOK : Aktivitas Kebugaran Jasmani Bagian I

Joging dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Joging termasuk olahraga ”murah” dan mudah dilakukan oleh siapa pun. Anak-anak dan orang dewasa dapat melakukan olahraga ini. Meskipun murah, joging sangat bermanfaat bagi kebugaran jasmani. Dari segi kesehatan, joging bermanfaat memperkuat daya tahan jantung dan memperlancar peredaran darah. Dengan jantung yang sehat dan peredaran darah yang lancar, tubuh makin bugar. Dengan tubuh bugar, kamu merasa sehat dan percaya diri. Mengingat banyak manfaatnya, rutinlah melakukan joging.

A. Kebugaran Jasmani

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berpengaruh terhadap aktivitas fisik seseorang. Jika tubuh kurang gerak, daya tahan tubuh akan menurun. Kondisi ini menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit, misalnya penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah. Oleh karena itu, seseorang perlu meningkatkan kualitas kebugaran jasmani.

1. Unsur-Unsur Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani termasuk salah satu aspek fisik yang terukur. Kebugaran jasmani diartikan kemampuan melakukan aktivitas tanpa merasa lelah dan masih memiliki tenaga untuk melakukan aktivitas lain dalam waktu lama.

Setiap orang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang berbeda-beda. Kebugaran jasmani dapat dilatih melalui serangkaian latihan kebugaran. Kebugaran jasmani mempunyai beberapa komponen. Selanjutnya, tuliskan informasi tersebut pada tabel seperti berikut.

Tabel. Unsur-unsur kebugaran jasmani

2. Faktor yang Memengaruhi Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani dipengaruhi faktor jasmani (fisik), keturunan, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, pola istirahat, serta pola makan (gizi dan makanan). Faktor-faktor tersebut memengaruhi kualitas kebugaran jasmani.

Berkaitan dengan kebugaran jasmani, faktor yang tidak kalah penting adalah pola hidup sehat. Dengan menjalankan pola hidup sehat, kamu dapat meningkatkan kualitas kebugaran jasmani. Makan makanan
bergizi, istirahat, dan olahraga merupakan aspek pola hidup sehat. Jika aspek tersebut terpenuhi, kamu memiliki tubuh sehat dan bugar.

Tingkat kebugaran jasmani memengaruhi kemampuan fisik seseorang dalam beraktivitas sehari-hari. Makin tinggi tingkat kebugaran jasmani, makin baik kemampuan fisiknya dalam beraktivitas. Kamu hendaknya meningkatkan kebugaran jasmani melalui latihan fisik.

Olahraga Triathlon
Triathlon menggabungkan tiga cabang olahraga, yaitu renang, bersepeda, dan lari jarak jauh. Ketiga olahraga tersebut diselesaikan secara berurutan. Triathlon termasuk jenis olahraga yang membutuhkan daya tahan tubuh.

Dilihat dari jarak tempuhnya, triathlon memiliki beberapa kategori. Kategori pertama, sprint meliputi renang sejauh 750 meter, bersepeda sejauh 20 km, dan lari sejauh 5 km. Kategori kedua, intermediate atau jarak Olimpiade meliputi renang sejauh 1,5 km, bersepeda sejauh 40 km, dan lari sejauh 10 km. Kategori ketiga, ultra atau disebut ironman meliputi renang sejauh 3,8 km, bersepeda sejauh180 km, dan lari sejauh 42,2 km.

B. Bentuk Latihan Kebugaran Jasmani

Tingkat kebugaran jasmani dapat diperoleh melalui latihan kebugaran. Setiap unsur kebugaran dapat diukur sesuai jenis unsur kebugarannya. Pada usia pertumbuhan, latihan kebugaran jasmani dapat membentuk tubuh ideal.

1. Lompat Tali

Lompat tali (skiping) berguna melatih ketangkasan dan kekuatan otot kaki. Apa manfaat lain lompat tali? Carilah informasi mengenai manfaat lompat tali. Gunakan buku dan sumber referensi lain untuk memperoleh informasi.

Berdiri tegak, kedua tangan memegang ujung tali. Tempatkan tali di belakang tubuh. Posisi ini disebut juga posisi awalan. Ayunkan tali ke depan. Tali yang diayunkan dijadikan sebagai rintangan lompatan. Lakukan aktivitas ini tanpa menginjak tali tersebut.



Aktivitas lompat tali dapat ditingkatkan beban latihannya. Kamu dapat meningkatkan beban dengan mempercepat ayunan tali. Kamu pun dapat melakukan lompat lebih banyak. Lakukan lompatan tali selama 60 detik dengan sungguh-sungguh dan semangat.

2. Sit Up

cara melakukan sit up? Apa manfaat sit up? Carilah informasi gerakan dan manfaat sit up melalui penelusuran internet. Catatlah artikel yang ditemukan dari internet dan gunakan sebagai sumber belajar.



Lakukan gerakan sit up selama 30 detik. Ulangi sebanyak dua kali. Apa manfaat yang kamu rasakan? Kemukakan pendapatmu secara santun! Dalam sit up, pengukuran dilakukan dengan menghitung gerakan yang sempurna. Pengukuran aktivitas sit up sebagai berikut.


3. Push Up

Gerakan push up bertujuan melatih kekuatan otot dada, bahu, dan lengan bagian luar (trisep). Bagaimana cara melakukan gerakan push up? Amatilah gerakan push up seperti pada Gambar 5.4!

Gerakan push up dilakukan dengan posisi tubuh telungkup. Kedua kaki lurus ke belakang dan ujung jari bertumpu pada lantai. Kedua tangan menopang tubuh. Kedua telapak tangan di samping dada dan kedua siku ditekuk. Angkat badan hingga kedua tangan lurus dengan posisi badan dan kaki menunjukkan garis lurus. Turunkan badan dengan membengkokkan kedua siku. Badan dan kedua kaki tetap lurus dan tidak menyentuh lantai. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang dengan interval 30 detik.

Kamu telah mempelajari gerakan sit up dan push up. Kedua gerakan tersebut bermanfaat untuk perkembangan otot. Bersama temanmu, praktikkan kedua gerakan tersebut dengan benar. Mintalah pendampingan gurumu dalam melakukan gerakan sit up dan push up. Lakukan gerakan ini dengan semangat dan hati-hati.

4. Back Up

Gerakan back up berguna melatih kekuatan otot punggung, otot pinggang, dan perut bagian bawah. Bagaimana cara melakukan gerakan back up? Amatilah gerakan back up seperti pada Gambar 5.5! Selanjutnya, praktikkan gerakan back up. Posisi badan telungkup di matras atau lantai, kedua kaki rapat dan lurus ke belakang. Kedua tangan dikaitkan pada tengkuk. Angkat dada ke atas dengan paha tetap menempel pada matras atau lantai. Turunkan kembali tubuh ke posisi semula. Lakukan gerakan ini selama 30 detik dengan dua kali pengulangan.

5. Lari Cepat

Lari cepat atau sprint dilakukan dalam jarak pendek. Dalam lari cepat, atlet berlari secepat-cepatnya menempuh jarak tertentu. Posisi start pada lari cepat adalah start jongkok. Bagaimana posisi tubuh pada start jongkok? Amatilah pelari saat berada di posisi start.

Carilah informasi cara berlari cepat melalui buku referensi, majalah, atau internet. Bahaslah artikel tersebut bersama temanmu. Praktikkan gerakan tersebut. Selanjutnya, komunikasikan hasil diskusi dan rumuskan kesimpulannya bersama guru.

Bagaimana pengukuran kebugaran jasmani dalam aktivitas lari sprint? Bagi kamu, pelajar berusia 12 tahun harus menempuh jarak 40 meter (putra) dan 40 meter (putri). Kamu harus berlari sekencang-kencangnya dalam jarak tersebut. Penghitungan nilainya sebagai berikut.


6. Lari Bolak-balik

Lari bolak-balik (shuttle run) bertujuan untuk mengukur kelincahan. Aktivitas lari bolak balik dapat dilakukan dengan modifikasi. Pada titik finis, diletakkan lima buah bendera atau bola kecil. Bagaimana pelaksanaannya? Kamu dapat berlari dari titik start menuju ke titik finis. Saat tiba di titik finis, ambil bendera atau bola kecil. Kemudian, berlari ke arah titik start. Lakukan lari bolak-balik sebanyak lima kali hingga bendera habis.
Share: