Karya Ilmiah Menerapkan Konsep Multiple Intellegence dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

MENERAPKAN KONSEP MULTIPLE INTELLEGENCE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV PADA SDN 001 SEBATIK UTARA

Riksan

S1 PGSD Universitas Terbuka


ABSTRAK

      Meningkatkan Pemahaman siswa Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV di SDN 001 Sebatik Utara, Dibimbing : Roby Zulkarnain Noer, M.Pd. selain itu dibantu juga oleh Supervisor 2 : Arsah, S.Pd. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 001 Sebatik Utara Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan terhadap pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan konsep multipel intellegence. Pencapaian keberhasilan pembelajaran perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kwalitas siswa. Penelitian tindakan kelas ini bermaksud untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran, penggunaan metode diskusi bertujuan memberikan sedikit rangsangan kepada siswa untuk cakap dalam mengeluarkan pendapat, jawaban, ide, gagasan, serta pertanyaan. Hasil dari pelaksanaan penelitian ini memberikan kejutan bagi pendidik, perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus perbaikan. pada Siklus I memberikan peningkatan sebanyak 60% yang awalnya pada Pra siklus ketuntasan siswa hanya 25%. Hal ini memberikan semangat terhadap pendidik. Perbaikan pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat drastis dengan persentase 90%, artinya dari 25 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan mengacu pada KKM pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 70, memberikan hasil yang memuaskan bagi pendidik. Hasil perbaikan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus dengan menggunakan Konsep Multiple Intellegence dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 

Kata kunci : Konsep Multiple Intellegence

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas IV di SDN 001 Sebatik Utara yang berjumlah 24 Siswa, terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan, pada mata pelajaran bahasa indonesia dengan materi pantun anak. Siswa diharapkan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi yang ditulis pada kertas hinga menjadi pantun anak. Pada proses pembelajaran di dalam kelas berlangsung terdapat siswa sedang asik bermain dengan teman sebangkunya, ada juga siswa yang diam dan tertunduk lesu seperti mengantuk (kurang semangat) di dalam kelas tanpa memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dapat memberikan dampak yang tidak baik dalam kelas karena dapat merusak proses pembelajaran. Secara tidak langsung siswa yang lain bisa terjangkit dengan kondisi siswa seperti ini, Maka perlu tindakan yang lebih serius mengenai hal tersebut.

Bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan mata pelajaran paling membosankan bagi siswa, tidak bisa dipungkiri lagi dari beberapa kasus yang serupa bahwa pelajaran Bahasa Indonesia kurang diminati siswa padahal pelajaran tersebut merupakan salah mata pelajaran yang ada dalam Ujian Nasional (UN). Dari evaluasi terakhir sebelum melakukan penelitian pada siswa kelas IV SDN 001 Sebatik Utara menunjukkan bahwa pelajaran Bahasa  Indonsia dari 24 siswa, 10 diantaranya masih dibawah standar KKM. Kurangnya minat siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia disebabkan beberapa faktor, berdasarkan pengamatan penulis tanggal 27 April 2017 terdapat beberapa faktor yaitu : (1) metode yang digunakan guru kurang cocok pada materi yang diajarkan; (2) guru terlalu monoton pada buku tanpa menggunakan media pembelajaran; (3) kurangnya melibatkan siswa dalam suatu studi kasus pada pelajaran Bahasa Indonesia; dan masih banyak lagi. Beberapa faktor diatas sangat jelas bahwa masih banyak siswa yang mengalami permasalahan terhadap pelajaran bahasa indonesia. Hal ini akan bertambah parah jika tidak segera di tangani, sehingga pada saat ujian, ulangan harian, dll, akan mengalami kegagalan. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya hal tersebut adalah rendahnya hasil belajar siswa.

Dari pengamatan yang dilakukan maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki permasalahan terhadap pelajaran bahasa indonesia. Pembenahan lebih dini diperlukan sebelum melangkah lebih jauh, perlu melakukan revisi diri pada guru sebelum melakukan pembelajaran di dalam kelas. Menyiapkan materi serta penyajiannya di dalam kelas dan pemilihan metode, strategi dan pendekatan pada pembelajaran tersebut harus sesuai. Demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di dalam pembelajaran.

Teori Multiple Intellegence yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Menurut (Gardner, 1983) bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Maka dari itu, guru selaku guru yang bertanggung jawab atas proses pembelajaran di kelas harusnya menjadi fasilitator untuk memberikan dukungan serta dorongan kepada siswa agar mencapai kecerdasan yang sesuai dengan kondisi siswa tersebut. Namun banyak ditemukan guru dalam paradigma pendidikan klasik mengacuhkan kewajibannya untuk menumbuhkan potensi kecerdasan siswanya. Dari penjelasan pada latar belakang diatas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 001 Sebatik Utara terhadap konsep Multiple Intellegence melalui materi Pantun Anak ?

2. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 001 Sebatik Utara pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Pantun Anak melalui konsep Multiple Intellegence ?

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada di atas dapat berikan pula tujuan perbaikan pembelajaran sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa SDN 001 Sebatik Utara terhadap konsep multiple intelence.

2. Mendeskripsikan cara meningkatkan motivasi belajar siswa SDN 001 Sebatik Utara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Pantun Anak melalui konsep Multiple Intellegence.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Bagi Siswa

Meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta kecerdasannya dalam berbagai aspek. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai karya masing-masing dengan penerapan konsep multiple intellegence melalui materi pantun anak. 

b. Bagi Guru

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang penggunaan dan penerapan konsep multiple intellegence dalam pembelajaran Bahasa Indonesai dengan materi Pantun Anak, sehingga mampu mengimplementasikan dalam pelaksanaannya.

c. Bagi Sekolah

Suatu bahan atau aset dalam memperkaya proses pembelajaran didalam kelas, baik pembelajaran yang terkait dengan materi-materi pelajaran Bahasa Indonesia atau pun pelajaran yang lain.

d. Bagi Institut Pendidikan Secara Umum

Sebagai suatu referensi untuk program pendidikan yang akan datang agar kiranya memberikan dorongan dan motivasi kepada para guru atau pendidik untuk selalu menggali potensi diri dalam mengajar, baik potensi dari dalam diri maupun dari luar. Sehingga lahir sesuatu yang baru, yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di daerah manapun tanpa terhalangi dengan berbagai kekurangan dalam kelasnya. Baik sarana maupun prasarana.

Menurut Rohani (2004:4) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses menguasai tujuan pengajaran, pembelajaran adalah suatu aktivitas (proses) belajar mengajar yang melibatkan dua subjek, yaitu guru dan peserta didik. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar yang dilakukan guru dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Pendapat lain dari Hamalik (2005:77) bahwa pembelajaran adalah suatu komunikasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi guna mencapai tujuan pembelajaran. 

Sanjaya (2011: 13-14) bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriteriannya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Sedangkan menurut Komalasari (2013:3) bahwa Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

Sanjaya (2011: 13-14) bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriteriannya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Sedangkan menurut Komalasari (2013:3) bahwa Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan tehnik adalah suatu cara strategi atau taktik yang digunakan oleh guru untuk mencapai hasil yang maksimum pada waktu mengajar pada bagian pelajaran tertentu.

Menurut Kamaruddin Hj. Husin & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz dalam bukunya Pengajian Melayu III : Teknik bisa didefinisikan sebagai pengendalian suatu organisasi yang benar-benar berlaku di dalam pengajaran yang digunakan untuk mencapai suatu objektif.

Teknik secara harfiah juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.

Dengan kata lain Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk peserta didik. Teknik yang dipilih haruslah sesuai dengan pelajaran yang digunakan dan seirama dengan pendekatan yang digunakan.

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut. Dilihat dari sejarahnya,tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilaku (behavioral science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard (dalam Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Teori Multiple Intellegence atau kecerdasan majemuk ini diperkenalkan oleh Howard Gardner, yang merupakan seorang psikolog pendidikan asal Inggris. Teori ini muncul karena melihat bahwa teori kecerdasan klasik yang hanya merujuk pada logika dan bahasa tidak mampu mengakomodasi banyak ragam kecerdasan yang sebenarnya dimiliki setiap siswa secara spesifik. Artinya proses pembelajaran klasik dianggap kurang berhasil dalam mendidik siswa sesuai dengan tujuan dari pencapaian suatu proses pendidikan yang diharapkan.

Dasar dari sebuah penelitian ini bermula pada fakta yang menunjukkan bahwa lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual dengan nilai tinggi (IQ) tidak secara otomatis akan berhasil dalam kehidupan nyatanya. Karena di dalam kehidupan nyata banyak hal-hal yang memerlukan penyelesaian menggunakan aspek kecerdasan yang lain, tidak hanya kecerdasan intelektual (IQ). Dengan menggunakan instrumen Multiple Intellegences Checklist for Adult (MICA) yang terdiri dari  49 poin dari tujuh aspek kecerdasan majemuk yaitu (1) Verbal Linguistik (VL), (2) Logik Matematik (LM), (3) Visual-Ruang (VR), (4) Kinestetik Badan (KB), (5) Muzik (MZ), (6) Interpersonal (IE), (7) Intrapersonal (IA), dan (8) Naturalis (NA). Inilah dasarnya diujikan ke para pendidik, hasilnya adalah para pendidik tersebut menunjukkan aspek pergaulan (intrapersonal) yang lebih menonjol dibanding aspek yang lain. Hal ini didukung dengan aspek visual-ruang yang menunjang hingga terjadinya aspek intrapersonal sebanyak 55%.

Penerapan Multiple Intellegence System (MIS) ada beberapa tahapan dalam proses kerja sistem ini, diantaranya adalah. Pertama yang perlu dilakukan adalah pembenahan dari dalam, yaitu dari sekolah yang bersangkutan. Harus melakukan evaluasi secara rinci terhadap kekurangan dan kelebihan sekolah sebelum melakukan penerapan metode MIS, sebelum menerapkan metode MIS harus perlu melakukan pembenahan secara mendasar dari sekolah yang bersangkutan, tidak akan memberikan dampak atau hasil secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Kedua memasuki tahapan reformasi. Yaitu sekolah dengan ketertinggalannya akan memberikan dampak yang buruk karena sekolah tersebut tidak akan maju, bisa jadi masyarakat juga kurang menerima dikarenakan nama, sarana dan prasarana, lokasi, dll. Akan memberikan gambaran yang buruk di benak masyarakat. Hal itu akan menjadi penghalang demi kemajuan sekolah tersebut. Reformasi sekolah bisa saja terjadi bila dilakukan beberapa cara, yaitu mengganti nama sekolah yang ada dengan nama lain yang lebih sederhana, menarik dan mudah di ingat bagi masyarakar, mengganti penampilan sekolah yang lebih baru dan lebih segar agar memberikan kesan di benak masyarakat, dan yang terakhir adalah melakukan pindah lokasi sekolah agar memberikan suasana yang baru untuk mendukung upaya-upaya perubahan yang akan dilakukan.

Ketiga yaitu melakukan susunan dan konsep MIS dalam struktur sekolah sudah diperbaiki maka penggunaan MIS baru akan tampak hasilnya. Jadi faktor yang paling penting dalam Kecerdasan Majemuk adalah adanya tanggung jawab institusi-institusi pendidikan.

Pembelajaran berbasis multiple intellegence menerapkan dua kali tes yang dilakukan terhadap peserta didik. Yang pertama adalah tes Multiple Intellegence Reaserch (MIR) untuk mengetahui aspek kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa ketika  akan dirumuskan rencana pembelajaran di dalam kelas. Yang kedua adalah evaluasi pada akhir rangkaian proses pembelajaran untuk melihat hasil dari penerapan proses pembelajaran tersebut yang lebih konprehensif. 

Jika dirumuskan dalam sebuah hubungan matematis maka dapat dituliskan bahwa metode pembelajaran berbasis multiple intellegence harus memiliki hubungan yang baik antar guru dan peserta didik sebagai berikut :

     Gaya Belajar Peserta Didik + Gaya Mengajar Guru = Rumus Pembelajaran

Untuk pembelajaran multiple intellegence memiliki persentase dalam pembagian alokasi waktu yaitu 70% adalah waktu untuk peserta didik, sedangkan 30% adalah waktu untuk guru memberikan pengarahan terhadap peserta didik.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV pada SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan yang berjumlah 24 Siswa dengan rincian bahwa 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. SD Negeri 001 Sebatik Utara Memiliki 10 Ruang Kelas dengan 20 Rombongan Belajar, kondisi dalam kelas lumayan menarik karena ruang dengan tekstur beton atau bangunan permanen dengan luas kelas adalah 56 m2. Sedikit memberikan kenyamanan bagi siswa maupun guru untuk melakukan pembelajan. Dinding yang dipenuhi dengan hiasan-hiasan yang terbuat dari kertas serta karton yang berisi materi-materi tentang pembelajaran yang diberikan terdahulu. Sekolah ini terletak di pinggir Jalan Poros yang ada di Desa Sei. Pancang. Sekolah ini beralamat di Jl. H. Beddu Rahim, RT. 08 Desa Sei. Pancang, Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan. Berada depan gerbang atau jalan masuk menuju asrama Koramil. 

Dalam penelitian dilakukan sebanyak dua siklus yang tersiri dari siklus I dan siklus II, penelitian ini memakan waktu dua minggu dengan rincian sebagai berikut :

1. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 02 Mei 2017 di SD Negeri 001 Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 24 orang, 10 laki-laki dan 14 perempuan.

2. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2017 di SD Negeri 001 Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 24 orang, 10 laki-laki dan 14 perempuan.

Desain penelitian ini merupakan desain penetilian tindakan kelas yang menyangkup lingkup kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru pada pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Berikut gambar desain penelitian tindakan kelas dibawah ini.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu sebagai berikut :

3. Hasil lembar observasi

Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknis analisis dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dengan cara sebagai berikut :

Tabel : 3.1 Kriteria Hasil Lembar Observasi

4. Hasil tes tertulis

Hasil tes tertulis dianalisis tingkat pemahaman siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode diskusi. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes yang dapat dirumuskan:


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Persentase hasil perbaikan siswa yang tuntas belajar belum mengalami kenaikan pada siklus I dengan persentase 35% tuntas yang setara dengan 8 siswa saja dan 65% tidak tuntas yang setara dengan 16 siswa (dari jumlah 24 siswa). Hasil belajar siswa dapat dilihat meningkat setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II, siswa yang tuntas belajar dengan persentase 90% atau setara dengan 22 siswa dan tidak tuntas belajar dengan persentase 10% atau setara dengan 2 siswa (dari jumlah 24 siswa), Grafik persentase siswa tuntas dan tidak tuntas tercantum di bawah ini.

Rincian yang ada pada grafik dengan persentase dapat di jabarkan dengan jumlah ketuntasan dalam bilangan sesuai dengan persentase ketuntasan. Pada siklus I terdapat 35% tuntas dengan rincian 8 Siswa, dan 65% tidak tuntas dengan rincian 16 siswa. Setelah melakukan perbaikan pembelajaran dengan siklus II terdapat 90% tuntas dengan rincian 22 siswa, dan 10% tidak tuntas dengan rincian 2 siswa, sedangkan Berikut deskripsi per siklus akan di bahas mengenai pelaksanaannya.

Penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan di kelas IV SD Negeri 001 Sebatik Utara telah menunjukkan keberhasilan yang positif dilihat dari hasil tes yang diperlihatkan siswa yaitu dengan membandingkan hasil tes pembelajaran pada siklus I dengan siklus II, semuanya terjadi peningkatan pada pokok bahasan Pantun Anak.

Pada perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dengan materi Pantun Anak dengan menggunakan Konsep Multiple Intellegence menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada siklus I hanya 35% (8 siswa) sudah mendapatkan nilai tuntas 

Guru hanya mengajar dengan pola lama, sehingga anak-anak mudah jenuh dan merasa bosan, tidak bersemangat mengikuti pembelajaran, dan guru tidak mengkondisikan siswa siap secara fisik dan psikis. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus benar-benar belajar yang komprehensif, seperti pendapat Bell-Gredler (1986:1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. 

Dengan menerapkan konsep multiple intellegence pada siklus I, ternyata prestasi belajar siswa meningkat. Siswa berani bertanya dan menjawab pertanyaan serta mengeluarkan gagasan atau ide. Keaktifan ini bisa terjadi karena penerapan konsep multiple intellegence. 

Setelah diterapkannya multiple intellegence pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I, hasil belajar siswa mulai meningkat bila dibandingkan dengan pembelajaran sebelum melakukan penelitian. Berpedoman dari hasil pembelajaran pada siklus I maka penulis berusaha meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan konsep multiple intellegence dalam perbaikan pembelajaran siklus II. 

Dengan menerapkan konsep multiple intellegence secara tepat dan memberdayakan siswa dalam proses pembelajaran secara optimal seperti memberi kesempatan bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat serta ide dan gagasan, serta menggunakan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 

Jadi dapat disimpulkan secara sederhana bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya. Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. 

proses pembelajaran pada diri siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran.

KESIMPULAN

Setelah melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan terhadap pemahaman siswa yang kurang pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok Pantun Anak dengan menggunakan Konsep Multiple Intellegence, maka melalui perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus sehingga siswa yang mendapatkan nilai yang kurang berhasil menunjukkan kemampuan pengetahuannya dalam memahami soal-soal yang diberikan oleh guru.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan konsep multiple intellegence. Membuat guru untuk mampu merefleksi dirinya sendiri sehingga dalam pemberian materi di kelas dapat dilakukan secara benar, saat memberikan penjelasan tidak terlalu cepat dan guru juga mampu memberikan contoh yang konkret agar mudah dipahami oleh siswa. Selain itu guru juga harus pandai dalam memilih metode mengajar yang tepat dan guru juga berkenan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 

Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, yaitu:

1. Dalam pemberian materi pelajaran hendaknya melibatkan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sesuai pemahaman yang dimiliki oleh siswa tersebut.

2. Saat memberikan penjelasan hendaknya jangan terlalu cepat dan jangan lupa menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.

3. Hendaknya guru memberikan pertanyaan dan juga memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa.

4. Guru harus sekali-kali memperhatikan tingkah laku siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

5. Guru harus menghindari penyebutan kata secara berulang, agar siswa tidak mengikuti apa yang disebutkan oleh guru

DAFTAR  PUSTAKA

Wardani, I G.A.K & dkk. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Chotimah, Husnul, dkk. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfa Beta

Wahyuni, S.Y. (2011). Panduan Pendidik : Memerapkan Konsep Multiple Intellegence Dalam Proses Belajar Mengajar Di Kelas. Jakarta Timur. CV. Sahala Adidayatama.

Kosasih, E. (2010). Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo.

Kosasih, E. (2010). Pendekatan Berbasis Pendidikan Kecakapan Hidup dan Pembelajaran Konstektual Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo

Kosasih, E. (2010). Sistem Pengajaran Modul pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo.

Rokayah, Y & A. Titin, E. (2010). Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Genesindo

Mawadah, H.A. (2011). Panduan Pendidik : Strategi Belajar Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Timur. Multazam Mulia Utama.

Crispina. (2011). Teori Belajar Bahasa Indonesia. diakses tanggal 29 April 2017. Sumber : http://impiandalamhati.blogspot.co.id/2011/03/teori-belajar-bahasa-indonesia.html.

Sam, H. (2016). 22 Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli Terlengkap. Diakses tanggal 09 Mei 2017. Sumber : http://www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-terlengkap/

Mulyana, A. (2012). Pengertian Metode Pembelajaran dan Jenisnya. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelaaran-dan.html#

Dina, I. (2015). Macam-macam Teknik Pembelajaran. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://islamidinah26.blogspot.co.id/2015/04/macam-macam-tekhnik-pembelajaran.html

Rijal. (2016). Pengertian Tujuan Pembelajaran. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://www.rijal09.com/2016/05/tujuan-pembelajaran.html

Lestari, P. (2010). Manfaat Belajar. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://pujilestari23.blogspot.co.id/2010/05/manfaat-belajar.html

Riski, A.R. (2013). Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegence. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://ririnayurizki.blogspot.co.id/2013/03/strategi-pembelajaran-berbasis-multiple.html

FILE

Download Disini

Posting Komentar

0 Komentar