PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI PENARIKAN AKAR KUADRAT PADA SISWA
KELAS V MELALUI PEMBERIAN TUGAS RUMAH TERSTRUKTUR
ABSTRAK
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam dunia pendidikan. Matematika dalam pelaksanaan
pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat
SD, SLTP, SMU hingga perguruan tinggi khususnya jurusan pendidikan
matematika. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek
kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak
siswa mengalami kesulitan dalam menghayati dan memahami konsep-konsep
matematika.
Matematika diajarkan di sekolah-sekolah mulai SD sampai sekolah
lanjutan atas dengan semua jenis dan program serta dengan jumlah jam
yang relative banyak bila dibandingkan mata pelajaran lainnya. Hal ini
dilakukan karena mata pelajaran matematika bukan hanya matematika itu
sendiri, tetapi matematika merupakan suatu pengetahuan yang mempunyai
karakteristik berpikir logis, kritis, sistematis, tekun, kreatif dan
banyak nilai-nilai luhur matematika bermanfaat untuk berbagai jenis
dan program sekolah. Untuk menanamkan sifat-sifat luhur matematika ini
memerlukan waktu yang sangat panjang.
Berdasarkan pengamatan peneliti, sebagai guru bidang studi matematika
kelas V SDN 003 Sebatik Barat, bahwa untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika, beberapa alternatif dalam pembelajaran adalah: 1).
Pembelajaran dengan kerja kelompok, dan 2). Pembelajaran dengan
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur. Dari dua alternatif
tersebut yang paling memungkinkan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada penarikan akan pangkat dua adalah dengan
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.
Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan PTK sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat. Dan
dari hasil belajar siswa di teliti, peneliti bersama teman sejawat menduga
ada suatu peningkatan dalam belajarnya dengan teknik pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur. Dalam hal ini peningkatan hasil belajar
siswa dapat kita lihat pada hasil evaluasi siswa yang tertera pada
lampiran.
Kata Kunci: Penarikan Akar Kuadrat, Pemberian Tugas Rumah
Terstruktur
PENDAHULUAN
Dalam meningkatkan intensitas belajar siswa, guru harus
mempunyai strategi mengajar yang tepat. Strategi mengajar (dari guru)
ialah strategi yang dipergunakan guru dalam mengolah materi bidang studi
untuk pengajaran (Russefendi, 1991:249). Strategi mengajar yang guru pilih
itu tentunya yang sesuai dengan kesenangan dan kemampuan ia sendiri,
sesuai dengan tujuan dan dapat menyenangkan siswa.
Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar matematika adalah
dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur. Dalam hal
ini dimaksudkan agar selain untuk penguatan, juga menimbulkan sikap
positif terhadap matematika. Pemberian tugas biasanya dalam bentuk
pekerjaan rumah terstruktur, yang bertujuan memberikan kesempatan siswa
untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang topik dan konsep-konsep
yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas. Dengan ini siswa akan lebih
tahu kekurangan dalam mempelajari dan memahami materi yang telah
diajarkan.
Dengan adanya pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur tersebut siswa
juga tidak akan merasa bosan dalam belajar matematika karena materi
pelajaran disampaikan secara berurutan atau terprogram sehingga siswa
dengan mudah mengerjakan tugas yang dapat menimbulkan pengalaman belajar
yang nantinya dapat meningkatkan hasil belajar belajar siswa. Hal
ini dapat menimbulkan interaksi dalam peristiwa belajat mengajar mempunyai
arti yang luas tidak sekedar edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar ( Usman, 2001 )
Data yang peneliti peroleh selaku Guru bidang studi
Matematika kelas V SDN 003 Sebatik Barat, ternyata hasil pembelajaran
masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditentukan, yaitu 60. Nilai matematika tersebut masih rendah yaitu rata -
rata 45, hal ini disebabkan oleh penguasaan materi yang kurang oleh
siswa, selain itu kurangnya perhatian terhadap pelajaran di rumah
yang diberikan oleh guru.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika, salah satunya adalah melalui teknik pemberian tugas pekerjaan
rumah terstruktur. Oleh karena itu hendaknya dalam pembelajaran matematika
perlu diterapkan suatu pendekatan yang sesuai dan efektif. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi
belajar adalah dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah
terstruktur.
Berdasarkan pengamatan peneliti, sebagai guru bidang studi matematika
kelas V SDN 003 Sebatik Barat, bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika, beberapa alternatif dalam pembelajaran adalah: 1).
Pembelajaran dengan kerja kelompok, dan 2). Pembelajaran dengan pemberian
tugas pekerjaan rumah terstruktur. Dari dua alternatif tersebut yang
paling memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada
penarikan akan pangkat dua adalah dengan pemberian tugas pekerjaan rumah
terstruktur.
Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan PTK sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat. Dan
dari hasil belajar siswa di teliti, peneliti bersama teman sejawat menduga
ada suatu peningkatan dalam belajarnya dengan teknik pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur. Dalam hal ini peningkatan hasil belajar
siswa dapat kita lihat pada hasil evaluasi siswa yang tertera pada
lampiran.
Masalah yang timbul sehubungan dengan penggunaaan teknik pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur dapat berasal dari:
-
Pada saat belajar mengajar berlangsung sebagian siswa tidak aktif dalam
pembelajaran.
-
Siswa kurang dapat menguasai materi dalam pembelajaran yang disebabkan
oleh salah satu faktor, yakni kurangnya perhatian terhadap pelajaran
yang telah dipelajari.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatkan hasil belajar kompetensi
penarikan akar kuadrat siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat
melalui teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur ?
Tujuan dari penelitian ini adalah :
-
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kompetensi penarikan akar
kuadrat siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat melalui teknik
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.
Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat bagi :
-
Sebagai motivasi dalam peningkatan kemampuan belajar Matematika
terutama penguasaan materi Matematika.
-
Sebagai bahan untuk memperbaiki strategi belajar mengajar di kelas
dengan tujuan meningkatkan kemampuan belajar Matematika dengan
menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.
-
Sebagai salah satu bahan acuan dalam memperbaiki proses
pembelajaran.
Untuk mengetahui lebih banyak peran guru di sekolah, yaitu mencari dan
memecahkan masalah yang ditemukan pada pembelajaran di sekolah. Sebagai
masukan dan rujukan untuk membuat tulisan yang bersifat ilmiah.
KAJIAN PUSTAKA
Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain
abstrak, deduktif, konsiten, hierarkis, dan logis. Menurut Soejadi (dalam
Muhsedyo, 2007:1.2) mengatakan bahwa keabstrakan matematika karena obyek
dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri
keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana,
menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari. Ini berarti perlu
jembatan yang dapat menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan
matematika dapat lebih mudah dipahami.
Dalam pembelajaran matematika, guru harus menekan siswa untuk berfikir
intuitif dan analitik. Melalui berfikir intuitif dan analitik diharapkan
siswa dapat menemukan pola dan keterkaitan atau hubungan antar konsep. Hal
ini sesuai dengan pendapat Bruner (dalam Muhsetyo, 2007:1-6) yang
menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berfikir
intuitif dan analitik menemukan pola dan hubungan/keterkaitan. Pembaharuan
dalam proses belajar ini, dari proses drill dan practice proses bermakna,
dan dilanjutkan proses berfikir intuitif dan analitik, merupakan usaha
luar biasa untuk selalu meningkatkan pembelajaran matematika.
Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia
khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah
ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat
perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
pendidikan.
"Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman".(Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005: 17). Menurut Bell-Gredler dalam Winataputra,
(2007:1 - 5) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam kemampuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Gagne
(dalam Ma'arif 2009) belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway (dalam Sofa, 2009)
mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan persoalan siswa berdasarkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu
kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri sebagai berikut: 1).
belajar adalah perubahan tingkah laku. 2). perubahan terjadi karena
latihan dan pengalaman bukan karena pertumbuhan. 3). perubahan tersebut
harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
Belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana usaha memperoleh
kepandaian atau ilmu dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman Snelbeker (dalam Sofa, 2009). Dari pengertian
di atas agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku
sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas seorang guru perlu menyiapkan
atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada
siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam
diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan
dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis
berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa
sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan
kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut
dengan kegiatan pembelajaran.
Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar
tersebut. Dalam sistem pendidikan kita (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Seorang guru tidak saja dituntut sebagai
pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga
harus dapat berperan sebagai pendidik.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka belajar dapat
diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen
sebagai akibat dari latihan atau pengalaman.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di
dalam kelas.
Winataputra (2007.1-18) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk menginisiasi, memasilitasi, dan meningkatkan
intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Duffy dan Roehler
(dalam Ma'arif.2009) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses
belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman
merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan
berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu
dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menetapkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru
bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan
sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan
pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling
memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal, dalam pembelajaran
proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol, Sukadi
(dalam Ma'arif:2009).
Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan, yaitu tercapainya tujuan
kurikulum. Selama ini Gredler (dalam Sofa, 2009) menegaskan bahwa proses
perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu
lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung
pada situasi alami (kenyataan).
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional, di dalam KTSP 2006, bertujuan antara lain agar siswa
memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal ini mengisyaratkan
bahwa pelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak, sehingga
diperlukan metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika yang
abstrak tersebut menjadi konkret, selanjutnya dari permasalahan yang
konkret tesebut baru dialihkan kebentuk konsep-konsep matematika yang
abstrak. Untuk mengawali penyampaian materi matematika yang abstrak
melalui konkret dapat berpedoman pada teori belajar Dienes. Pada
teori belajar Dienes, ditekankan pembentukan konsep-konsep melalui
permainan yang mengarah pada pembentukkan konsep yang abstrak. Dengan
demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam
pembelajaran matematika.
Teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan teori belajar yang
dikemukakan oleh Piaget, yaitu mengenai teori perkembangan intelektual.
Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu
perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak
berurutan melalui empat periode. Tahapan periode, tetap bagi
setiap orang, namun usia atau kronologis pada setiap orang yang memasuki
setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada
masing-masing individu. Periode berpikir yang dikemukakan Piaget adalah
sebagai berikut: (1) Periode sensori motor (0 - 2) tahun. (2) Periode
pra-operasional (2 - 7) tahun. (3) Periode operasi konkret (7 - 12)
tahun.
Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada
cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada
Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa,
sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik
bagi siswa yang mempelajarinya.
Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai
studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara
struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara
struktur-struktur. Seperti halnya dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa
tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk
yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa
jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat
berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi
matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkret dan
lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik.
Dapat dikatakan bahwa objek-objek konkret dalam bentuk permainan mempunyai
peranan sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi
dengan baik.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara
(kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan
dengan kesenian (Purwadarminta, KBBI. 2007). Sedangkan teknik yang
dimaksud disini adalah cara atau metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran dalam rangka pencapaian hasil
belajar secara efektif dan efisien, yakni teknik dalam pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur.
Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris "Homework
" yang artinya mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam penilitian ini yang
dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik
tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah
terutama dirumah berkaitan dengan pelajaran yang telah
disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau ketrampilan dan
sekaligus memberikan pengembangan.
John Dewey dalam Buku Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, mengemukakan
bahwa tugas pekerjaan rumah adalah learning by doing, yakni tugas yang
diberikan kepada individu maupun kelompok dan dilaksanakan di luar jam
pelajaran. (Tim Bakti Guru, 1989).
Terstruktur terdiri dari dua kata, yakni Ter yang berarti "membuat jadi".
Dan Struktur yang berarti "susunan". Dalam buku Ensiklopedia, kata
Struktur berasal dari istilah inggris, yakni "Structure" yang berarti tata
hubungan antara bagian-bagian suatu karya sastra. (Ensiklopedia: 2007).
Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Struktur berarti
yang disusun dengan pola tertentu.(Kamus Besar Bahasa Indonesia:
2007)
Dari arti Struktur tersebut, maka peneliti dapat berpendapat bahwa
terstruktur adalah sesuatu yang sudah dalam keadaan tersusun dan diatur
dengan rapi. Dalam hal ini tidak lain yang peneliti maksudkan adalah
tugas-tugas pekerjaan rumah.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar
Penilaian.
Standar kompetensi untuk bidang studi matematika kelas V SDN 003 Sebatik
Barat dalam satu tahun semester ( semester 1 ) adalah sebagai berikut:
Standar kompetensi kelas V SDN 003 Sebatik Barat
semester 2 antara lain:
-
Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
-
Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan dalam
pemecahan masalah.
-
Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
-
Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
Akar kuadrat adalah salah satu faktor dari sebuah bilangan kuadrat. Jika
faktor itu dikalikan dengan faktor itu sendiri, hasil kalinya adalah
bilangan kuadrat yang bersangkutan. Simbol akar kuadrat adalah " v ". Akar
kuadrat umumnya disebut akar.
Contoh :
Kerangka Berfikir
Teknik pemberian tugas PR terstruktur merupakan metode pembelajaran yang
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di rumah dalam pembelajaran
matematika. Teknik ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah. Dengan teknik ini pula akan terlihat peingkatan hasil
belajar siswa dari materi yang dipelajari.
Berdasarkan kerangka berfikir dan rumusan masalah maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah ada peningkatan belajar kompetensi penarikan
akar kuadrat melalui pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental
yang akan digunakan untuk memberi perlakuan pada PTK, yaitu rencana
pembelajaran yang akan dijadikan PTK, yaitu kompetensi dasar (KD):
Menghitung perpangkatan dan akar sederhana.
Selain kompetensi dasar juga dibuat perangkat pembelajaran yang berupa
1). Lembar observasi 2). Angket kepada siswa, dan 3). Tes isian yang
bersifat individu. Lembar observasi, angket kepada siswa dan tes
isian yang bersifat individu digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dalam pembelajaran.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, proses pelaksanaanya terdiri
atas empat komponen yang antara lain: rencana, tindakan, obsevasi dan
refleksi. Dalam pelaksanaanya perubahan yang ingin dicapai terencana atas
dua siklus.
Secara singkat penelitian tindakan kelas untuk setiap putaran dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti bersama guru kelas V
merencanakan pertemuan pertama pada persiapan mengajar. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
1) Membuat persiapan mengajar dan menyiapkan materi yang akan
diajarkan.
2) Membicarakan kegiatan yang akan dilakukan dikelas dan membuat
alat evaluasinya.
3) Menyusun dan menetapkan teknik pemantauan.
Pelaksanaan dalam kegiatan ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran
matematika sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
Pada tahap ini peneliti sebagai pengamat sekaligus mengobservasi kegiatan
belajar mengajar di kelas, sedangkan yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah guru kelas V.
Pelaksanaan observasi oleh peneliti antara lain:
1) Observasi proses pembelajaran, mengamati dan mencatat keadaan
siswa saat kegiatan belajar berlangsung.
2) Menyebarkan angket, observasi proses pembelajaran dan hasil isian
angket untuk memberikan masukan kepada guru dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar.
3) Melaksanakan tes.
Sedangkan hasil tes digunakan untuk mengetahui keberhasilan
tindakan. Penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah testruktur pada
pembelajaran matematika sangat menarik perhatian siswa pada materi
yang dijelaskan, sampai pada saatnya peneliti memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan soal. Kendala dan hambatan proses belajar mengajar
didiskusikan oleh peneliti dan guru. Jika hal tersebut belum mencapai
kreteria keberhasilan tindakan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus
2.
Pada tahap perencanaan siklus ke 2, peneliti bersama guru kelas V
merencanakan tindakan perbaikan dari hasil refleksi pada siklus 1. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
1) Mencermati hasi refleksi pada siklus 1.
2) Membuat persiapan mengajar dalam proses pembelajaran dengan teknik
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur guna menentukan siklus ke
2.
3) Menyusun dan menetapkan teknik pemantauan pada siklus
Pelaksanaan dalam kegiatan ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran
matematika dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur yang
disediakan untuk siklus 2 sesuai dengan perencanaan
pembelajaran.
Pada tahap ini peneliti sebagai pengamat sekaligus mengobservasi kegiatan
belajar mengajar di kelas, sedangkan yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah guru kelas V.
Pelaksanaan observasi pada siklus 2 oleh peneliti antara lain:
1). Observasi proses pembelajaran, mengamati dan mencatat keadaan
siswa saat kegiatan belajar berlangsung pada siklus 2.
2). Menyebarkan angket, observasi proses pembelajaran dan hasil isian
angket untuk memberikan masukan kepada guru dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus 2.
Sedangkan hasil tes digunakan untuk mengetahui keberhasilan
tindakan siklus 2.Pada siklus 2 diharapkan kreteria keberhasilan tindakan akan
tercapai, selanjutnya akan dianalisis seberapa peningkatan dari siklus 1
dan siklus 2.
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SDN 003 Sebatik Barat pada tahun
pembelajaran 2016-2017 kelas V SDN 003 Sebatik
Barat. Obyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 003 Sebatik Barat tahun
pelajaran 2016-2017 yang berjumlah 24 siswa.
Sebuah tes yang dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi tes,
yaitu memiliki Validasi, reliabilitas dan Obyektivitas (Arikunto, 2003)
ini mengacu pada sejauh mana materi tes tersebut dapat mengukur
keseluruhan bahan atau materi yang telah diajarkan.
Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika
berpikir, atau kekuatan hukum; informasi tentang tingkat kebenaran,
kekuatan, atau keabsahan suatu fakta atau informasi (KBBI, 2001.
1258).
Menurut Suherman (dalam Paino : 2007) Reliabilitas adalah ketelitian dan
ketepatan teknik pengukuran; keterandalan. (KBBI, 2001. 943). Yang
dimaksud reliabilitas alat evaluasi adalah alat evaluasi yang dapat
memberikan hasil yang tetap sama (relatif sama), konsisten, dan ajeg
walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat
yang berbeda pada suatu subjek yang sama.
Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dihentikan apabila hasil
belajar siswa pada pelajaran matematika mencapai rata-rata nilai 60, atau
sekitar 67 % dari nilai ketuntasan siswa, dengan pertimbangan
keadaan geografis sekolah, sarana dan perasarana, buku penunjang yang
belum memadai serta kondisi dan latar belakang kehidupan siswa
.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SDN 003 Sebatik Barat kelas
V yang terdiri dari 24 siswa. Penelitian dilakukan pada tanggal 15
Mei 2017 sampai dengan 20 Mei 2017 tahun pembelajaran
2016-2017.
Siklus ke satu pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15
Mei 2017 pada jam pelajaran yang pertama dan kedua pukul 07.30-08.40
yang diikuti oleh seluruh siswa kelas V, dengan materi pelajaran
Menghitung perpangkatan dan akar, dan pertemuan kedua tanggal 16 Mei 2017
pada jam pelajaran pertama dan kedua pukul 07.30-0.40 dengan
materi Menghitung perpangkatan dan akar, diahiri dengan pos tes.
Siklus kedua pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal
18 Mei 2017 pada jam pelajaran pertama dan kedua pukul 07.30-08.40 yang
diikuti oleh seluruh siswa kelas V, dengan materi pelajaran Menghitung
perpangkatan dan akar, dan pertemuan kedua tanggal 19 Mei 2017 pada jam
pelajaran peretama dan kedua pukul 07.30-08.40 dengan materi
Menghitung perpangkatan dan akar, dan diahiri dengan pos tes.
Soal-soal yang akan digunakan untuk pos tes sebelumnya diujikan di kelas
V Dari hasil uji coba tersebut dilakukan validitas soal. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti mengumpulkan data dan
menyebarkan angket diakhir pertemuan, yang kemudian dianalisis.
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi berupa pengamatan
pembelajaran dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah, pengamatan
aktivitas siswa akhir pembelajaran, dan hasil selama proses
pembelajaran.
Data lembar observasi diambil dari keaktifan siswa yang digunakan untuk
mengetahui keaktifan siswa dalam penerapan pembelajaran dengan
menggunakan teknik pemberian tugas terstruktur.
Angket siswa digunakan untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa
tentang pembelajaran dengan teknik pemberian tugas terstruktur pada
penarikan akar kuadrat.
Hasil tes untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan teknik
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur pada penarikan akar
kuadrat.
Hasil penelitian pada siklus 1 dan sikus 2 dapat disajikan sebagai
berikut:
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 1, materi pembelajaran, alat evaluasi dan alat-alat
pengajaran yang mendukung. Peneliti dalam kelas mengamati, mencatat
tingkat keaktifan siswa dan mencatat kekurangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran dengan teknik pemberian tugas terstruktur untuk didiskusikan.
Pembelajaran diakhiri dengan membagikan lembar pos tes untuk dikerjakan
secara individu.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16
Mei 2017 di kelas V dengan jumlah siswa 24 siswa. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar
mengajar.
Pada siklus ini guru matematika menggunakan teknik pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur. Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi pos tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan.
Berdasarkan Tabel 2 aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang adalah
1). Siswa yang bertanya pada guru, dan 2). Siswa yang mau menjawab
pertanyaan dari guru. Penyebab dari ketiga keaktifan tersebut dari hasil
diskusi antara peneliti dengan guru matematika di kelas adalah 1). Siswa
kurang paham pada materi yang diajarkan oleh guru, 2). Penggunaan
metode yang monoton. Kedua aspek yang mendapat nilai kurang baik di
atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan
dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada
siklus 2.
Berdasarkan Tabel 3 aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang adalah
1). Saya senang belajar matematika ,dan 2). Saya senang mengerjakan
tugas-tugas matematika. Penyebab dari kedua pernyataan tersebut dari
hasil diskusi antara peneliti dengan guru matematika di kelas adalah 1).
Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit, 2). Masih
malasnya siswa untuk berfikir dan menganggap tidak bisa menyelesaikan
soal. Kedua pernyataan yang mendapat nilai kurang baik di atas,
merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan diperbaiki
pada tindakan siklus 2. Soal-soal yang digunakan untuk pos tes siklus 1
terdiri dari 5 soal sesuai dengan analisis butir soal yang diambil hanya
soal-soal yang valid/signifikan.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur sudah
dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk
memberikan penjelasan dan arahan, karena belajar dengan menggunakan teknik
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur tersebut masih jarang
dilakukan oleh guru.
Dari grafik 1 dapat dijelaskan bahwa dengan pembelajaran menggunakan
teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 47,08 dan ketuntasan belajar
mencapai 13% atau ada 3 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai = 60 baru sebesar 13%,
dan masih ada 21 siswa yang belum tuntas. Dari 21 siswa yang belum tuntas
karena belum terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
-
Siswa masih kurang terbiasa belajar dengan menggunakan teknik pemberian
tugas pekerjaan rumah terstruktur dalam penarikan akar kuadrat.
- Pengelolaan waktu yang masih kurang dalam proses pembelajaran.
- Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus
berikutnya.
-
Guru perlu lebih terampil dalam menggunakan teknik pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam
setiap kegiatan yang akan dilakukan.
-
Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
-
Guru harus lebih intens dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.
Ada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 2, materi penarikan akar kuadrat, alat evaluasi dan
alat-alat pengajaran yang mendukung. Sebelum peneliti mengamati kembali
kegiatan pembelajaran dalam kelas, peneliti melakukan diskusi dengan guru
matematika dengan memberikan masukan mengenai kekurangan yang terjadi pada
siklus 1 terutama mengenai penambahan informasi kepada siswa, lebih
memotivasi dan interaksi yang lebih banyak kepada siswa. Peneliti dalam
kelas mengamati, mencatat tingkat keaktifan siswa dan mencatat kekurangan
yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan yeknik pemberian tugar
pekerjaan rumah terstruktur. Pembelajaran diakhiri dengan membagikan
lembar pos tes untuk dikerjakan secara individu.
Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19
Mei 2017 di kelas V dengan jumlah siswa 24 siswa. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
refisi pada siklus 1, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus 2. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Proses pembelajaran pada siklus 2 ini dilakukan lebih aktif, guru
matematika menerima dan melaksanakan masukan yang diberikan oleh peneliti
dengan lebih melibatkan siswa, terutama pada sesi pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur pada penarikan akar kuadrat. Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi pos tes dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan.
Dari Tabel 4 dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar
mengajar (siklus 2) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan
pembelajaran menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah
terstruktur mendapatkan respon cukup baik dari siswa, membimbing siswa
untuk merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
Dengan penyempurnaan pembelajaran pada siklus 2 dengan menggunakan teknik
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur siswa dapat menemukan konsep
apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga
mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Siswa
akan lebih mudah menemukan konsep pada tingkat kelas berikutnya jika
menggunakan metode teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.
Dari penyempurnaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur dan
motivasi dari guru dapat meningkatkan kemauan siswa untuk belajar
matematika. Dari hasil angket pada Tabel 5 menunjukkan kreteria yang baik
dan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
teknik pemberian tugas pekerjaan rumah sangat menarik bagi siswa.
Soal-soal yang digunakan untuk pos tes siklus 2 terdiri dari 5 soal sesuai
dengan analisis butir soal yang diambil hanya soal-soal yang
valid/signifikan.
Dari grafik 2, hasil tes siklus 2 diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 60,83 dan ketuntasan belajar mencapai 67% atau ada
16 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada siklus 2 ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap
akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Bagi 8 siswa yang
belum tuntas diberikan pengayaan di luar jam sekolah untuk memenuhi
standar nilai KKM nya.
Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik dalam
proses belajar mengajar dapat diuraikan sebagai berikut:
1). Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2). Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3). Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan
dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
Revisi Pelaksanaan
Pada siklus 2 guru telah menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan
rumah terstruktur yang sesuai dengan materi dan dilihat dari
aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan refisi
terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
dapat tercapai.
Dari penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur yang
tepat akan menumbuhkan aktifitas siswa. Dengan aktifitas siswa yang
tinggi, siswa akan dapat menemukan konsep sendiri tanpa guru harus
sering mengulangi materi pada proses pembelajaran. Siswa dapat menemukan
konsep sendiri maka akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa data yang dikumpulkan sudah
memenuhi indikator yang digunakan. Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut ini:
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
matematika pada kompetensi dasar menghitung penarikan akar kuadrat.
dengan pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan
rumah terstruktur yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru dan siswa terlibat langsung pada proses
pembelajaran.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas
pekerjaan rumah terstruktur dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab sehingga prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa minat siswa
dan penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur memiliki
pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa, oleh karena itu
mengembangkan minat dan menggunakan teknik tersebut sebagai metode
belajar, perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak baik para pendidik,
orang tua maupun siswa. Sehingga anak akan merasa senang belajar
Matematika tidak lagi merasa membosankan dan menakutkan, seperti yang
terlihat pada Tabel 7.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah
terstruktur, dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik
berikut.
Dari tabel 8 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur pada penarikan akar kuadrat
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus 1 dan 2)
yaitu masing-masing 13% dan 67%.
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pelajaran matematika yang selama ini oleh beberapa siswa dianggap susah
karena materinya tidak gampang dimengerti dapat dikurangi dengan
menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur
sesuai dengan materi yang diajarkan.
Peningkatan yang dipeoleh dapat dilihat pada data yang diambil dari
nilai siswa sebelumnya, pada pelajaran matematika sebelum adanya
penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur nilai
matematika untuk nilai rata-rata kelas siswa hanya memperoleh nilai 40
setelah adanya penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah
terstruktur pada siklus pertama dipeoleh nilai 47,25. kemudian pada
siklus kedua diperoleh nilai 60,92 ini berati terjadi peningkatan yang
sangat baik.
Sebaiknya dalam pembelajaran perhitungan penarikan akar kuadrat di SD
Negeri 003 Sebatik Barat pada Kelas V dapat mengoptimalkan teknik
pemberian tugas pekerjaan rumah terstruktur.
DAFTAR PUSTAKA
-
Akhmad Sudrajat. 2008, Penelitian Tindakan Kelas (Online),
http://akhmadsudrajat.
Wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii. (Diakses
Tanggal 25 Januari 2011).
-
Asep Herry Hermawan dkk. 2008, Pembelajaran Terpadu di SD, Cetakan
Kedua. Universitas Terbuka, Jakarta.
-
Baharin Shamsudin. 2007, Kamus Matematika Bergambar Untuk Sekolah
Dasar, Grasindo, Jakarta.
-
Ensiklopedia Sastra Indonesia. 2007. Cetakan kedua. Titian Ilmu.
Bandung.
-
Gatot Muhsedyo, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD, Cetakan
Pertama. Universitas Terbuka. Jakarta.
-
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2005. Edisi ketiga. Departemen
Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.
-
Mulyana AZ. 2006 Rahasia Matematika Untuk Kelas 3,4,5, dan 6 KTSP
2006 Agung Media Mulya. Surabaya.
-
Ma’arif, Zaenal. 2009, Metode Mengajar dalam Peraktek Kerja Bangku
pada Pembuatan Kunci Pas Ukuran 17 mm dan Ukuran 14 mm (Online),
http://ariefz45.student.fkip.uns.ace.id/files/2009/12/TUGAS-KETIGA-SBM-PR/KERJA-BANGKU2.pdf
(Diakses Tanggal 17 Mei 2010)
-
Noehi Nasution. 2008, Penelitian Tindakan Kelas.
-
Paino. 2007. Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas V Sdn Utama I
Tarakan Tahun Pembelajaran 2007/2008. Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Borneo. Tarakan.
-
Russefendi, 1991. Strategi Belajar Matematika,
-
Sofa. 2009. Belajar, Mengajar dan Pembelajaran (Online), http : //
massofa. wordpress. com. 2009 / 01 /30/
belajar-mengajar-dan-pembelajaran/ (Diakses Tanggal 19 Mei 2010)
-
Suharsimi Arikunto.2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi
revisi. Bumi Aksara. Yogyakarta.
-
Susilo (Online).
http://pinggiralas.blogspot.com/2010/06/upaya-peningkatan-intensitas-belajar.
html
-
Standar isi KTSP. 2006. SDN 001 Nunukan
-
Susilo. 1998. Strategi Belajar Matematika
-
Tim Bakti Guru, 1989). Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan.
-
Usman, Moh Uzer, Drs. 2001.Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua,
Cet. XII, Remaja Rosdakarya, Bandung.
-
Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Universitas terbuka. Jakarta.