Karya Ilmiah Penerapan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat Peraga untuk Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Lima

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV

ABSTRAK

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 005 Sebatik Barat yang berjumlah 28 siswa dengan siswa laki 18 dan perempuan 10 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas siswa pada siklus I persentase pencapaian indikator yang diamati (63,4%) sedangkan pada siklus II rata-rata aktifitas siswa (86,9%).hasil evaluasi belajar siswa pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa mencapai (79%) dan nilai rata-rata kelasnya (83,61) sedangkan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 100% dan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 93.

Dengan demikian pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat  Peraga dapat meningkatkan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Alat Peraga, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan dasar sebagai jenjang pendidikan pertama dalam sistem sekolah di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca tulis - hitung, Pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya.

Menurut Suherman, dkk ( 1995) dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mampu menjelaskan konsep kepada siswanya. Usaha itu dapat dibantu dengan alat peraga, karena dengan bantuan alat - alat tersebut yang sesuai dengan topik yang diajarkan, konsep akan dapat lebih mudah dipahami dengan lebih jelas.

Kesulitan belajar matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus matematika yang memiliki objek abstrak yang bisa dikatakan "bersebrangan" dengan perkembangan intelektual anak didik. Dengan demikian mudah dipahami bahwa kesulitan belajar matematika kapan pun selalu ada, karenanya usaha mengatasinya harus dan perlu dilakukan secara terus menerus dengan kesabaran tinggi (Ratini dkk, 200).

Kesulitan pada pembelajaran matematika tersebut didapatkan peneliti di SD Negeri 005 Sebatik Barat. Proses pembelajaran yang dilakukan masih menunjukkan bahwa pembelajaran pembelajaran matematika belum optimal, guru mengajar menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, catat dan hafal ( 3 DCH) sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM) monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Di samping itu guru kurang maksimal memanfaatka media dan penggunaan alat peraga selam proses pembelajaran.

Berdasakan hasil observasi data yang didapatkan, menunjukkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun datar di kelas IV semester 1 SD Negeri 005 Sebatik Barat nilainya sangat rendah dari  28 siswa hanya 8  siswa (33,33%) yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (3KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60, Sementara siswa yang belunm tuntas 20 siswa (66,67) berarti hasil belajar siswa secara individual maupun secara klasikal dalam materi ini belum barhasil karena ketuntasan belajar secara klisikal baru mencapai 33,33%.

Latar belakang permasalah di atas mendorong peneliti untuk dapatmemberikan konstribusi positif bagi peningkatan hasil belajar siswa SD Negeri 005 Sebatik Barat melalui pendekatan penggunaan alat peraga sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Siswa akan senang tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran Matematika sehingga dengan pembelajaran tersebut siswa mampu mencapai tujuan pembelaajaran yang optimal.

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan,  kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

 Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely (dalam Faisal, 2013) mengemukakan bahwa "belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati".

Sedangkan Menurut Gagne (dalam Fasial, 2013) belajar didefinisikan sebagai "suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman". Slameto (dalam Faisal, 2013) menyatakan belajar adalah "suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh  suatu perubahan tingkah laku  yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".

Lebih lanjut Abdillah (dalam Faisal, 2013) menyimpulkan bahwa "belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu".

Dengan demikian dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

Pembelajaran Matematika akan bermakna bagi siswa apabila siswa aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di bawah bimbingan guru. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (cotextual problem).

Menurut Estiningsih (dalam Kartika, 2012) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat  alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai  dengan tipe siswa belajar. Contoh: papan tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbentuk persegipanjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru menerangkan bangun geometri dalam persegipanjang. Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Sedangkan sarana merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan pembelajaran. Dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan dapat memperlancar pembelajaran. Contoh: papan tulis, jangka, penggaris, lembar tugas (LT), lembar kerja (LK), dan alat-alat permainan.

Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi  seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran Matematika dengan menerapakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK pertama kali dipakai oleh Kurt Kewin. PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara berkesinambungan.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Penelitian akan dilaksanakan di SDN 005 Sebatik Barat,  RT 02 Mantikas Desa Setabu. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada pembelajaran Matematika kelas IV semester I tahun pelajaran 2016/2017.

Adapun istrumen penelitian yang digunakan sebabagai berikut. 1). Tes terdiri dari tes akhir. Tes akhir dilakukan setelah tindakan, tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil tes akhir siklus tersebut, selanjutnya dianalisis dan dilakukan refleksi untuk perbaikan tindakan. 2). Lembar obsevasi yaitu Format lembar observasi aktivitas siswa disusun berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengamati kegiatan siswa berupa kecakapan pribadi atau aktivitas serta peran siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru dan dibantu oleh observer.

Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar  siswa materi Operasi hitung bilangan siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat dengan indikator sebagai berikut. 1). Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika meningkat dengan kriteria baik. 2). Ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat secara klasikal mencapai 85 % dan ketuntasan belajar secara individual sebesar 70.

HASIL PENENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 Hasil belajar siswa dengan materi pelajaran Mengukur Besar Sudut dengan Satuan Tak Baku,dan materi Mengukur Besar Sudut dengan Satuan Baku, diakhiri dengan evaluasi. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti mengumpulkan data yang kemudian dianalisis. Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi berupa pengamatan keaktivan siswa dan hasil belajar siswa. Data hasil observasi diambil dari keaktivan siswa yang digunakan untuk mengetahui keaktivan siswa  dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga. Hasil tes  untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga.

Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus I dilaksanakan pada 19 dan 21 September 2016 dengan jumlah siswa 28 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada siklus ini peneliti bertindak sebagai guru dan dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal evaluasi  dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti dibantu teman sejawat mengamati jalannya kegiatan siklus I. Ada dua data observasi yang diperoleh melalui pengamatan siklus I yaitu : 1). Hasil observasi tentang Aktifitas siswa., 2). Analisis hasil evaluasi siswa

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat 18 siswa yang mendapatkan nilai 85-100 atau 64,3% siswa mendapatkan nilai dengan kriteria amat baik, 4 siswa mendapatkan nilai 70-84 atau 14,3% mendapatkan nilai dengan kriteria baik. Sedangkan siswa yang nilainya belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) jumlah 6 siswa atau 21,4%, dengan demikian ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus masih belum tercapai sesuai dengan yang sudah ditetapkan yaitu 85%.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Keaktivan siswa masih kurang dalam mengikuti pembelajaran, 2) Siswa masih takut bertanya selama kegiatan pembelajaran berlangsung, 3) Siswa masih ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan guru, 4) Ketuntasan belajar secara klasikal baru mencapai 78,57%. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti masih belum puas dengan hasil yang diperoleh pada siklus I. Oleh sebab itu, peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II.

Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 26 dan 28 September 2016 di kelas IV dengan jumlah siswa 28 siswa. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan pelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang bertugas  mengamati jalannya kegiatan siklus II. Ada dua data observasi yang diperoleh melalui pengamatan siklus II yaitu : 1). Analisis hasil evaluasi siswa, 2). Hasil observasi tentang Aktifitas siswa.

Pada kegiatan belajar mengajar pada siklus II yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi menggunakan alat peraga mendapatkan respon cukup baik dari siswa, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase pencapaian dari kelima indikator yang diamati.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II  diketahui terdapat 25 siswa yang mendapatkan nilai 85-100 atau 89,3% siswa mendapatkan nilai dengan kriteria amat baik, 3 siswa mendapatkan nilai 70-84 atau 10,7% mendapatkan nilai dengan kriteria baik. Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II mencapai 100% dengan demikian tujuan penelitian telah tercapai pada siklus II.

Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik dalam proses belajar mengajar dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar telah terlaksana dengan baik, 2) Berdasarkan data hasil pengamatan aktivitas siswa diketahui bahwa siswa aktiv selama proses   belajar berlangsung, 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik, 4) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif implementasi pengguanaan metode demonstrasi menggunakan alat peraga menunjukkan  adanya peningkatan aktifitas siswa dan meningkatnya hasil belajar siswa. Sesuai dengan rumusan masalah, dan berdasarkan hasil pengumpulan data dan anlisis data dapat dibahas dua hal yaitu: 1) Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II, dan 2) Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

Rata-rata peresentase pencapaian aktivitas siswa pada siklus I 76% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 90%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil analisis data siklus I dan siklus II diketahui terjadi peningkatan hasil belajar siswa dijelaskan bahwa pembelajaran Matematika dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat kita lihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai 85-100 yaitu 18 siswa kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 25 siswa. Siswa yang mendapat nilai 70-84 pada siklus I yaitu 4 siswa kemudian pada siklus II menrun menjadi 3 siswa, siswa yang nilainya belum mencapai KKM pada siklus I sebanyak 6 siswa kemudian pada siklus II seluruh siswa nilainyan telah mencapai KKM atau tuntas 100%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I 83,61 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 93 atau mengalami peningkatan 9,4 point.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi  belajar siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat.Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas  belajar siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat.

DAFTAR PUSTAKA

  • Anonimus, 2011. Buku Petunjuk Matematika Pemula/Dasar Sekolah Dasar. Bekasi: PT.Grand Sains.
  • Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
  • Dinas   Pendidikan   dan   Kebudayaan,   2002.   GBPP Mata  Pelajaran Matematika.
  • Faisal, Muhammad. 2013. Pengertian Belajar dan Pembelajaran. (online). http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html.  diakses pada tanggal 17 April 2013.
  • Karso Dkk, 2003 "Pendidikan Matematika I Jakarta Universitas Terbuka "
  • Musaini, 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA (Tumbuhan Hijau) Menggunakan Alat Peraga KIT IPA SEQIP Berbantuan Media Pembelajaran TIK di Kelas V SDN 002 Sebatik Barat. Skripsi.
  • Nasution, Noehi. 2008. Evaluasi Pengajaran. Edisi pertama . Universitas terbuka Jakarta.
  • Nur, Taslim. 2007. Penerapan pembelajaran problem solving dipadu kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan proses, hasil belajar dan respon siswa pada konsep ekosistem di kelas X SMA negeri 3 Ternate tahun ajaran 2006/2007. Tesis. Universitas Negeri Malang, Malang (tidak dipublikasikan)

Posting Komentar

0 Komentar