17 Juni 2025

Transformasi Pendidikan Indonesia Menuju Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Volume 1)

Pendidikan merupakan fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa, dan di Indonesia, sektor ini secara berkelanjutan menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Krisis pembelajaran yang ada, diperparah oleh dampak pandemi COVID-19, telah menyebabkan fenomena Learning loss yang signifikan di berbagai jenjang pendidikan. Kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 (K13), sering kali dikritik karena materinya yang terlalu padat dan kurangnya fleksibilitas, sehingga membatasi ruang bagi pembelajaran mendalam dan pengembangan kompetensi esensial siswa. Situasi ini menuntut adanya perubahan sistematik yang mendalam dalam pendekatan pendidikan.

Kurikulum merdeka hadir sebagai respons strategis terhadap permasalahan pembelajaran yang mendesak, termasuk tantangan yang muncul di era pandemi dan kebutuhan untuk memulihkan learning loss. Peluncuran kurikulum merdeka menandai sebuah upaya konprehensif untuk mengatasi keterbatasan kurikulum sebelumnya dan meningkatkan kualitas pendidikan nasional secara menyeluruh. Hal ini bukan sekedar penyesuaian pedagogis minor, melainkan sebuah perombakan sistematik yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemulihan pendidikan pasca-pandemi serta mengatasi kendala struktural yang telah lama ada pada kurikulum sebelumnya. Penekanan berulang pada "pemulihan pembelajaran" dan statusnya sebagai "penyempurna kurikulum yang sebelumnya" menggarisbawahi perannya sebagai intervensi kebijakan krusial yang bertujuan untuk perbaikan pendidikan yang luas.

Kurikulum memegang peran yang sangat penting dalam memajukan sistem pendidikan; tanpa kerangka kurikulum yang tepat, pencapaian target pembelajaran akan terhambat. Oleh karena itu, perubahan kurikulum menjadi esensial untuk memastikan bahwa pendidikan yang diberikan tetap relevan dengan tuntutan zaman yang terus berkembang. Kurikulum Merdeka yang sebelumnya dikenal sebagai Kurikulum Prototipe, diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada Februari 2022 sebagai bentuk evaluasi dan perbaikan dari kurikulum 2013. Kemendikbud Ristek menargetkan implementasi kurikulum ini secara menyeluruh di seluruh Indonesia pada tahun 2024.

Peluncuran Kurikulum Merdeka juga mencerminkan pergeseran paradigma mendasar dalam filosofi pendidikan. Penekanan yang konsisten pada karakteristik kurikulum merdeka yang "Fleksibel, relevan, bermakna, dan berpusat pada peserta didik, menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan kekakuan dan kepadatan materi yang dirasakan pada Kurikulum 2013. Perubahan dari pendekatan saintifik yang seragam pada K13 menjadi "Pembelajaran Berdifferensiasi" dalam kurikulum merdeka menandakan pergeseran dari model yang seragam dan berpusat pada guru menuju model yang memprioritaskan kebutuhan individu siswa dan pengembangan holistik. Pergeseran ini menunjukkan adanya perubahan filosofis yang lebih dalam, yaitu menuju pemberdayaan siswa dan penanaman motivasi instristik dalam belajar.

Filosofi dan Konsep Inti Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka di dasarkan pada landasan filosofis yang kokoh, berakar pada cita-cita kemerdekaan dan falsafah pancasila. Tujuan utamanya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan kehidupan manusia dan yang beradab, serta memastikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keterkaitan yang eksplisit dan berulang antara kurikulum merdeka dengan "cita-cita kemerdekaan dan falsafah pancasila" serta "kerangka pemikiran Ki Hajar Dewantara" memiliki makna yang sangat penting. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum merdeka bukan sekedar adopsi tren pendidikan global, melainkan sebuah upaya yang disengaja untuk mendasarkan reformasi pendidikan pada warisan sejarah dan filosofi unik Indonesia.

Konsep ini juga secara mendalam mengacu pada kerangka pemikiran Ki Hajar Dewantara, terutama dalam membangun "manusia merdeka" yang tidak bergantung pada orang lain, melainkan memiliki kemandirian dan kedaulatan atas dirinya sendiri, serta minat dan bakat mereka harus merdeka untuk berkembang seluas mungkin. Konsep "belajar merdeka" ini secara langsung menginformasikan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, memberikan legitimasi budaya dan ideologis pada desain kurikulum. Landasan filosofis yang mendalam ini menyiratkan visi jangka panjang yang melampau sekadar hasil akademik, bertujuan untuk menumbuhkan warga negara yang berkarakter pancasila dan berdaya.

Merdeka Belajar adalah sebuah konsep pendidikan yang mendorong peserta didik untuk menjadi aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Dalam konsep ini, peserta didik diberikan kebebasan yang lebih besar dalam menentukan jalur belajar mereka, memilih metode yang sesuai, dan mengakses berbagai sumber daya pendidikan. Konsep ini secara aktif memacu kreativitas, kolaborasi, dan pengembangan kemampuan diri siswa untuk menghadapi tantangan masa depan. Manfaat yang diperoleh siswa dari Merdeka Belajar sangat beragam, meliputi kemandirian dalam mengatur waktu dan mengatasi masalah, keberagaman dalam eksplorasi sumber belajar, peningkatan kreativitas, dan dorongan untuk berkolaborasi.

Tujuan utama Kurikulum Merdeka adalah meningkatkan kualitas pembelajaran secara menyeluruh. Kurikulum ini berfokus tidak hanya pada penguasaan materi, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Kurikulum Merdeka memungkinkan siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat mereka, dengan harapan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan kompetensi unggul. Guru juga diberikan keleluasaan untuk menyesuaikan materi dan perangkat pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, kurikulum ini dirancang untuk memudahkan guru dalam menerapkan kegiatan belajar, memberikan kebebasan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan serta minat belajar siswa.

Meskipun peningkatan kualitas pembelajaran adalah tujuan utama, penekanan berulang pada "pengembangan kompetensi dan karakter", "pengembangan potensi siswa dalam bidang yang mereka pilih", dan "keterampilan praktis" menunjukkan tujuan yang lebih luas. Kurikulum Merdeka bertujuan untuk membentuk individu yang seutuhnya, yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, keterampilan praktis, dan kemampuan untuk berkontribusi secara bermakna bagi masyarakat. "Profil Pelajar Pancasila" berfungsi sebagai cetak biru untuk visi holistik ini, melampaui pendidikan yang semata-mata berfokus pada aspek kognitif.

Karakteristik Utama dan Perbandingan dengan Kurikulum Sebelumnya

Kurikulum Merdeka membawa perubahan signifikan dalam struktur dan implementasi pembelajaran dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Salah satu karakteristik utamanya adalah struktur kurikulum yang lebih fleksibel. Berbeda dengan K13 yang mengatur jam pelajaran (JP) per minggu, Kurikulum Merdeka mengatur JP secara tahunan. Fleksibilitas ini memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan untuk mengatur alokasi waktu pembelajaran, termasuk kemungkinan penggunaan sistem blok. Struktur kurikulum ini dibagi menjadi dua kegiatan utama: pembelajaran intrakurikuler, yang mencakup sekitar 70-80% dari total JP, dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai kegiatan kokurikuler, yang mengalokasikan sekitar 20-30% dari JP.

Satuan pendidikan juga diberikan otonomi untuk merancang proses dan materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual. Mereka bahkan dapat mengembangkan kurikulum dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan konteks dan muatan lokal. Penekanan yang konsisten pada "fleksibilitas" dan "keleluasaan" bagi guru dan sekolah dalam Kurikulum Merdeka sangat kontras dengan K13 yang "lebih terstruktur dan memiliki pedoman yang jelas". Pergeseran ini, khususnya dalam alokasi JP tahunan dan otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum, menunjukkan desentralisasi otoritas kurikulum yang signifikan. Asumsi yang mendasari adalah bahwa konteks lokal dan penilaian profesional guru lebih mampu menentukan jalur pembelajaran yang efektif daripada mandat kaku dari atas. Pemberdayaan di tingkat sekolah ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman pendidikan yang lebih responsif dan disesuaikan.

Karakteristik penting lainnya adalah fokus pada materi esensial. Kurikulum Merdeka memusatkan perhatian pada muatan yang paling diperlukan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter murid. Pendekatan ini memberikan waktu yang memadai bagi pendidik untuk melakukan pembelajaran yang mendalam dan bermakna. Fokus pada materi esensial ini juga merupakan upaya untuk menjawab tantangan zaman dan isu-isu terkini, seperti perubahan iklim, literasi finansial, literasi digital, literasi kesehatan, dan pentingnya sastra dalam memperdalam kemampuan literasi siswa. Penekanan eksplisit pada "materi esensial" dan alokasi "waktu yang cukup untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensi" secara langsung mengatasi kritik terhadap K13 yang memiliki "materi pelajaran yang terlalu padat". Keputusan strategis ini mencerminkan pergeseran pedagogis menuju pemahaman mendalam dan penguasaan konsep inti, dibandingkan dengan cakupan kurikulum yang luas namun dangkal. Hal ini menunjukkan pengakuan bahwa kualitas pembelajaran, yang ditandai dengan keterlibatan yang bermakna dan retensi, lebih berharga daripada kuantitas informasi yang disampaikan.

Selain itu, Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan beragam perangkat ajar dan pemanfaatan teknologi digital. Guru diberikan keleluasaan untuk menggunakan berbagai perangkat ajar, seperti buku teks, buku non-teks, modul ajar, alur tujuan pembelajaran, modul projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan kurikulum operasional satuan pendidikan.1 Hal ini memungkinkan guru untuk mengembangkan pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pemanfaatan teknologi digital juga didorong melalui platform seperti Merdeka Mengajar, yang menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.

Untuk lebih memahami transformasi ini, berikut adalah perbandingan antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013:
Tabel ini secara jelas menunjukkan bagaimana Kurikulum Merdeka dirancang untuk mengatasi keterbatasan K13, terutama dalam hal fleksibilitas, relevansi, dan fokus pada pengembangan holistik siswa. Perbandingan ini penting untuk memahami sejauh mana transformasi pendidikan yang diusung oleh Kurikulum Merdeka.

Pembelajaran Berpusat pada Siswa: Implementasi dan Dampak

Dalam Kurikulum Merdeka, konsep pembelajaran berpusat pada siswa (Student-Centered Learning/SCL) menjadi inti dari seluruh proses pendidikan. Setiap aktivitas pembelajaran dirancang untuk menempatkan siswa sebagai subjek utama, di mana kebutuhan, minat, dan potensi individu mereka menjadi fokus utama dalam perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Siswa didorong untuk berperan aktif selama proses pembelajaran, mengambil inisiatif dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka secara lebih mendalam. Peran guru dalam model ini bertransformasi dari sekadar penyampai informasi menjadi fasilitator, mentor, dan pembimbing eksplorasi siswa. Pergeseran peran guru ini merupakan konsekuensi langsung dari filosofi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Otonomi yang diberikan kepada guru untuk "menentukan perangkat ajar" dan fleksibilitas untuk "mengajar sesuai tahap pencapaian dan perkembangan peserta didik" memungkinkan mereka untuk menjadi lebih kreatif dan "lebih mengenal siswanya secara mendalam". Hal ini menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka secara fundamental mendefinisikan ulang identitas profesional dan agensi guru, mengubah mereka menjadi perancang aktif lingkungan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa, bukan sekadar pelaksana kurikulum yang kaku.

Salah satu metode kunci dalam mewujudkan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang dirancang untuk mengakomodasi beragam kebutuhan, kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa. Metode ini merupakan komponen inti dari pembelajaran intrakurikuler dalam Kurikulum Merdeka. Tujuannya adalah memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi mereka. Pendekatan ini memungkinkan siswa dengan berbagai karakteristik merasa dihargai dan termotivasi, yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar.

Pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari empat komponen utama yang dapat disesuaikan oleh guru sesuai kebutuhan siswa:

Tabel 2 : Komponen Pembelajaran Berdifferensiasi

Tujuan utama dari diferensiasi ini adalah untuk mengakomodasi keragaman peserta didik berdasarkan perbedaan karakteristik mereka. Tabel ini merinci konsep pedagogis yang abstrak menjadi komponen yang dapat diterapkan, memudahkan pemahaman strategi praktis yang digunakan guru. Hal ini menunjukkan kedalaman pendekatan Kurikulum Merdeka dalam mengindividualisasikan pembelajaran, melampaui pemahaman dangkal tentang "berpusat pada siswa" menuju metodologi yang terperinci.

Selain pembelajaran berdifferensiasi, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan elemen krusial dalam Kurikulum Merdeka. P5 adalah kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang khusus untuk memperkuat kompetensi dan karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan soft skills dan karakter siswa. P5 tidak terikat pada konten mata pelajaran tertentu, melainkan berfokus pada tema-tema atau isu-isu penting yang relevan dengan kehidupan nyata, seperti gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, kewirausahaan, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi. Implementasi P5 bersifat fleksibel dalam hal konten, aktivitas, dan waktu, serta dapat melibatkan komunitas atau dunia profesional untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Profil Pelajar Pancasila adalah visi holistik yang ingin dicapai melalui Kurikulum Merdeka. Profil ini mencakup enam dimensi utama yang saling berkaitan dan menguatkan:

Tabel 3 : Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Tabel ini memberikan gambaran yang jelas dan ringkas tentang profil siswa yang ingin dikembangkan oleh Kurikulum Merdeka, melampaui pengetahuan akademik untuk mencakup keterampilan lunak dan nilai-nilai penting. Ini berfungsi sebagai kerangka kerja bagi pendidik dan pembuat kebijakan untuk memahami aspek-aspek perkembangan siswa yang diprioritaskan.

Dampak positif Kurikulum Merdeka bagi siswa sangat beragam. Siswa didorong untuk menjadi mandiri dalam mengatur waktu, menentukan fokus pembelajaran, dan mengatasi masalah. Kurikulum ini juga secara signifikan meningkatkan kreativitas dan inovasi siswa, mendorong mereka untuk berpikir kreatif, mengembangkan ide-ide baru, dan menemukan solusi inovatif. Kemampuan berpikir kritis siswa juga diasah, melatih mereka untuk menalar, menilai, dan mengambil keputusan secara rasional, serta menganalisis informasi dengan data akurat. Klaim berulang tentang "belajar lebih bermakna dan menyenangkan" dan peningkatan "motivasi yang sangat luar biasa tinggi dalam belajar" merupakan hasil langsung dari desain Kurikulum Merdeka yang berpusat pada siswa. Dengan memungkinkan siswa mengeksplorasi minat, memilih jalur pembelajaran, dan terlibat dalam aktivitas berbasis proyek, Kurikulum Merdeka memanfaatkan motivasi intrinsik. Hal ini berbeda dengan model tradisional yang seringkali bergantung pada tekanan eksternal. Penekanan pada "kemandirian" dan "berpikir kritis" lebih lanjut mengembangkan agensi siswa, mempersiapkan mereka menjadi pembelajar mandiri sepanjang hidup, bukan sekadar penerima informasi pasif.

Pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa membuat mereka lebih bersemangat, disiplin, dan bergairah dalam belajar. Fleksibilitas dan relevansi materi menciptakan pengalaman belajar yang lebih berkesan dan bermakna. Siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka secara optimal. Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara positif. Pada akhirnya, kurikulum ini membekali siswa dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan di era digital dan dunia kerja yang terus berubah.

Dampak positif Kurikulum Merdeka juga dirasakan oleh guru. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih dan mengembangkan perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kurikulum ini menantang guru untuk meningkatkan kreativitasnya dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menarik. Guru menjadi lebih merdeka dalam mengajar, tidak lagi terpacu mengejar capaian materi semata, melainkan dapat mengajar sesuai tahap pencapaian dan perkembangan peserta didik. Program ini juga memberikan kesempatan bagi guru untuk mempertajam kemampuan pedagogik dan mengembangkan model pembelajaran inovatif, yang secara tidak langsung meningkatkan kompetensi profesional mereka. Dengan fokus pada minat dan bakat siswa, guru dapat lebih mengenal siswanya secara personal dan memetakan kebutuhan mereka secara tepat.

Jika artikel ini kurang jelas atau mungkin masih ada pertanyaan yang perlu di tanyakan, anda bisa memberikan pertanyaan pada kolom komentar yang terdapat pada akhir artikel ini. Untuk mudah mendapatkan notifikasi terkait artikel pada situs https://www.situsartikel92.com. Silahkan klik tombol ikuti pada bagian kanan atas dari artikel ini. Karena akan menyajikan berbagai artikel yang menarik.

Share:

0 comments: