25 September 2021

CONTOH (I) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (BAB II)


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Belajar
Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan.
“Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 17).

2. Hakikat Hasil Belajar
Belajar bukan hanya mengumpulkan dan menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat (Gage dan Berliner dalam Bundu: 2004) bahwa “learning may be defined as the process whereby an organism changes its behaviour as a result of experience”. Dari definisi ini terdapat tiga kondisi yang mendapat penekanan yaitu perubahan, tingkah laku, dan pengalaman.

Skemp (Bundu: 2004) menyatakan bahwa “learning is a change of state of a director system toward states which make possible better functioning” (Belajar adalah suatu perubahan dari sistem direktori yang memungkinkannya berfungsi lebih baik). Dalam proses belajar ada lima faktor yang berpengaruh yaitu waktu, lingkungan sosial, komunikasi, inteligensi, dan pengetahuan tentang belajar itu sendiri.
Lebih lanjut, Hergenhahn dan Olson (Bundu: 2004) mengemukakan lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan belajar yaitu:
(1)Belajar menunjuk pada suatu perubahan tingkah laku; (2) perubahan tingkah laku tersebut relatif menetap; (3) perubahan tingkah laku tidak segera terjadi setelah mengikuti pengalaman belajar; (4) perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman dan latihan; (5) pengalaman dan latihan harus diberi penguatan.

Proses belajar terjadi karena adanya bermacam-macam stimulus dari lingkungan sekitar siswa, sehingga terjadi interaksi dengan lingkungan. Gagne dan Briggs (dalam Bundu: 2004) mempertegas bahwa “a learning event involves several internal processes, each of which may be influenced by the external by the external factors of instruction” (Belajar adalah peristiwa yang melibatkan beberapa proses internal yang masing-masing proses tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal pembelajaran )”.

Tidak mudah untuk mengetahui apakah seseorang telah belajar atau belum. Sebab proses belajar merupakan masalah yang kompleks sifatnya. Jika tujuan pembelajaran adalah untuk terjadinya perubahan tingkah laku, maka harus ada yang terjadi pada diri siswa antara sebelum dan sesudah proses belajar mengajar. Hal ini ditegaskan oleh Merger (dalam Bundu: 2004) bahwa: “no teaching goal can be reached unless each student is influenced to become different in some way than he or she was before the instruction undertaken”.

Namun demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Wingkel (Bundu: 2004) menggolongkan kemampuan-kemampuan yang menyebabkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensorik motorik yang meliputi keterampilan melakukan rangkaian gerak badan dalam urutan tertentu, dan kemampuan dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan.

Perubahan yang relatif menetap tersebut memungkinkan pengamatan terhadap penampilan yang meskipun bervariasi akan dapat diklasifikasikan pada ciri-ciri tertentu yang dimiliki. Dalam hal ini, Gagne (dalam Bundu: 2004) menyebut keadaan yang tetap ini dengan istilah kapabilitas, yang mengandung makna seseorang mampu melakukan penampilan tertentu.

Menurut Gagne (dalam Dimyati: 2006), ada lima kategori hasil belajar dalam kelompok kapabilitas tersebut, yaitu: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan gerak. Kelima jenis kapabilitas tersebut dapat disimpulkan pada Tabel 1.

Hasil belajar siswa dapat juga dilihat dari tiga aspek, yakni secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif Syah (dalam Bundu: 2004). Bertolak dari definisi dan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah:
a. Tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
b. Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
c. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan menunjuk pada aksi atau reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan.
d. Memungkinkan dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga hanya dapat diamati melalui perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu, hasil belajar perlu dirumuskan dengan jelas sehingga dapat dievaluasi apakah tujuan yang diharapkan sudah tercapai atau belum.


3. Hasil Belajar Sains SD
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa. Tujuan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu, hasil belajar harus dirumuskan dan dinilai. Jadi hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Caroll (dalam Sabri: 2007) berpendapat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: (1) bakat belajar; (2) waktu yang tersedia untuk belajar; (3) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran; (4) kualitas pengajaran; dan (5) kemampuan individu. Sejalan dengan itu, William (Hamalik: 2001) menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar sains tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan sains yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran sains di sekolah dengan tidak melupakan hakikat sains itu sendiri. Oleh sebab itu, tujuan menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut.

Hasil belajar sains dikelompokkan berdasarkan hakikat sains itu sendiri yaitu sebagai produk dan proses. Menurut Hungeford (Bundu: 2004) menyatakan bahwa sains terbagi atas 2 bagian: (1) the investigation (proses) seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, dan menyimpulkan; (2) the knowledge (produk) seperti fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori sains.
Sejalan dengan hal di atas, Sumaji (Bundu: 2004) memandang hasil belajar dari dua aspek yakni aspek kognitif dan nonkognitif. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual lainnya, sedangkan aspek nonkognitif erat kaitannya dengan sikap, emosi (afektif), serta keterampilan fisik atau kerja otot (psikomotor).

Di negara yang dianggap maju, tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar juga bertumpu pada hakikat sains tersebut. British Columbia, Canada, misalnya, menekankan dalam kurikulum bahwa pembelajaran sains di sekolah dasar harus: (1) menumbuhkan sikap ilmiah yang sesuai (encourage appropriate scientific attitude); (2) mengembangkan kemampuan menggunakan keterampilan proses sains (develop the ability to use the processes and skills of science); (3) mengenalkan pengetahuan ilmiah (introduce the scientific knowledge); dan (4) mengembangkan cara berpikir kritis, rasional, dan kreatif (promote critical, rational, and creative thinking). Dapat dikatakan bahwa hasil belajar sains SD/MI hendaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Penguasaan produk ilmiah atau produk sains yang mengacu pada seberapa besar siswa mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahamannya tentang sains baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori. Aspek produk sains dalam pembelajaran di sekolah dikembangkan dalam pokok-pokok bahasan yang menjadi target program pembelajaran yang harus dikuasai. Aspek produk seperti fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori sering disajikan dalam bentuk pengetahuan yang sudah jadi.

2. Penguasaan konsep ilmiah atau proses sains mengacu pada sejauh mana siswa mengalami perubahan dalam kemampuan proses keilmuwan yang terdiri atas keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi. Untuk tingkat pendidikan dasar di SD/MI maka penguasaan
proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic science processes skills) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi) dan mengkomunikasikan (komunikasi).

3. Penguasaan sikap ilmiah atau sikap sains merujuk pada sejauh mana siswa mengalami perubahan dalam sikap dan sistim nilai dalam proses keilmuan. Sikap ilmiah yang sangat penting dimiliki pada semua tingkatan pendidikan.

4. Sains adalah hasrat ingin tahu, menghargai kenyataan (fakta dan data), ingin menerima ketidakpastian, refleksi kritis dan hati–hati, tekun, ulet, tabah, kreatif untuk penemuan baru, berpikiran terbuka, sensitif terhadap lingkungan sekitar, bekerjasama dengan orang lain. Gage (Bundu: 2004) menyarankan ada empat sikap yang perlu dikembangkan yakni sikap ingin tahu (curiocity), penemuan (inventiveness), berpikir kritis (critical thinking), dan teguh pendirian (persistence). Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi.

4. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

a. Hakikat Sains Teknologi Masyarakat
Science Technology Society (STS) adalah suatu inovasi dalam pendidikan sains di Amerika Serikat yang berkembang mulai tahun 1970-an, yang merupakan suatu gerakan guna menjawab kelemahan yang terdapat dalam program pendidikan sains sebelumnya. (Yager dalam Asy’ari: 2006)

Dalam pendidikan sains tradisional, pengajaran sains sehari-hari hanya ditujukan pada pengumpulan informasi. Kenyataannya, sedikit sekali siswa yang mampu memanfaatkan informasi yang tampaknya sudah mereka pelajari. Karena itu, pendidikan sains secara tradisional kurang efektif dalam membantu siswa mengembangkan kemampuannya. (Khaeruddin: 2005)

Pendidikan sains dengan STM menjadikan siswa sebagai pemeran aktif dalam pelajaran sains itu sendiri karena melalui program STM akan mempertinggi aspek kreativitas siswa. siswa lebih banyak memiliki gagasan yang orisinil, penjelasan-penjelasan serta evaluasi atas dirinya. Di samping itu, siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapkan kepadanya dalam bentuk dan situasi yang lain.
Penerapan STM dalam kegiatan belajar mengajar memberikan beberapa manfaat antara lain: siswa mempunyai kesempatan dalam mengembangkan kemampuan meneliti yang cukup berarti, siswa dapat memproses ilmu pengetahuan yang cukup berarti dan berguna, siswa memiliki sikap yang sangat positif yang terus berkembang selama mereka perlukan, siswa lebih banyak mengembangkan keahlian termasuk strategi menyelesaikan soal, orisinilitas, logika, dan kemampuan untuk membedakan hubungan sebab dan akibat. Di samping itu pula, siswa dapat menghubungkan pengalaman belajarnya dengan lingkungan nyata (Iskandar: 1999).

b. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Sains dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Prinsip-prinsip sains dibutuhkan untuk pengembangan teknologi, sedang perkembangan teknologi akan memfasilitasi dan memacu penemuan prinsip-prinsip sains yang baru. Pengembangan sains dan teknologi pada dasarnya untuk mensejahterakan umat manusia. Namun tidak dapat dipungkiri perkembangan sains dan teknologi sering juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan sehingga merugikan masyarakat.

Pendekatan sains teknologi dan masyarakat merupakan pendekatan pembelajaran yang pada dasarnya membahas penerapan sains dan teknologi dalam konteks kehidupan manusia sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan Sains Teknologi Masyarakat disebut juga sebagai pendekatan terpadu antara sains dan issue teknologi yang ada di masyarakat. Dengan pendekatan ini, siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi. Dengan demikian, guru sains dapat menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk kemaslahatan masyarakat. (Myers dalam Asy’ari: 2006).

Di Amerika, gerakan STM diawali di tingkat Universitas dengan memasukkan mata kuliah yang berwawasan STM (Yager dalam Asy’ari: 2006). Pendidikan STM semakin meluas di berbagai negara lewat berbagai pertemuan atau konferensi secara internasional yang menekankan pentingnya pendidikan sains teknologi masyarakat.

Di Australia merekomendasikan bahwa dalam pembelajaran sains sangat perlu untuk mengkaitkan materi sains dengan persoalan-persoalan timbal akibat dari perkembangan teknologi. Menurut Hidayat (Asy’ari: 2006) menyatakan bahwa pendekatan STM merupakan respon atas kondisi dan situasi pendidikan yang pada umumnya menunjukkan bahwa:
1. Siswa pada umumnya kurang dapat menerapkan konsep dan proses sains yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2. Otoritas guru yang menonjol, di mana guru menganggap dirinya sebagai sumber informasi yang harus dipelajari siswa.
3. Pembelajaran sains pada umumnya dilakukan di dalam kelas dan guru jarang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

Untuk itu, dalam pembelajaran sains perlu dikaitkan dengan teknologi, karena pada dasarnya antara sains dan teknologi memiliki hubungan timbal balik dalam arti pengembangan teknologi, sementara pengembangan teknologi dapat menghasilkan cara atau sarana bagaimana memecahkan masalah sains yang ada.

c. Karakteristik Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Pendekatan STM merupakan inovasi pembelajaran sains yang berorientasi bahwa sains sebagai bidang ilmu tidak terpisahkan dari realitas kehidupan masyarakat sehari-hari dan melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajari konsep-konsep sains yang terkait. Oleh karena itu, paradigma yang digunakan dalam pendekatan STM menurut Aikenhead (Asy’ari: 2006) adalah:
1. Pelajaran sains dipandang sebagai usaha manusia yang berkembang melalui aktivitas manusia dan akan mempengaruhi hidup manusia.
2. Memandang pendidikan sains dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya menyangkut konsep-konsep yang ditemukan oleh para ilmuwan saja tetapi juga menyangkut proses yang digunakan dalam menemukan konsep yang baru.
3. Setiap pokok bahasan dikaitkan dengan konteks sosial dan teknologi sehingga siswa diharapkan dapat melihat adanya integrasi antara alam semesta sebagai sains dengan lingkungan buatan manusia sebagai teknologi, dan dunia sehari-hari para siswa sebagai lingkungan sosial / masyarakat.

Teknologi diciptakan pada dasarnya untuk membantu atau memudahkan manusia dalam pencapaian tujuan hidupnya. Teknologi dibangun atau dibuat dengan dasar atau menerapkan prinsip-prinsip sains, sehingga teknologi dapat dimaknai sebagai lingkungan buatan manusia. Agar kelangsungan hidup manusia dapat terjaga, maka dalam menciptakan dan menggunakan teknologi tersebut harus memperhatikan dampak atau pengaruhnya bagi masyarakat luas, jangan sampai teknologi yang diciptakan malah menimbulkan dampak sosial yang pada akhirnya manusia sendiri yang rugi.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan STM merupakan usaha untuk menjembatani atau memadukan antara sains atau Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Oleh karena itu, pendekatan STM dapat digunakan untuk membangun kesadaran siswa bahwa antara sains dan Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki peranan yang sama dalam kehidupan masyarakat.

Untuk itu, pembelajaran sains lewat pendekatan sains teknologi masyarakat harus berorientasi pada siswa (Student Centered). Yager (Asy’ari: 2006) merumuskan karakteristik pendekatan sains teknologi masyarakat adalah:
1. Berawal dari identifikasi masalah-masalah lokal yang ada kaitannya dengan sains dan teknologi oleh siswa (dengan bimbingan guru).
2. Penggunaan sumber daya setempat baik sumber daya manusia maupun material.
3. Keikutsertaan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pengidentifikasian cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi untuk memecahkan masalah hari depan.
5. Dilaksanakan menurut strategi pembuatan keputusan. Setiap siswa harus menggunakan informasi sebagai bukti, baik untuk membuat keputusan tentang kehidupan sehari-hari maupun keputusan tentang masa depan masyarakat.
6. Belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas atau sekolah, tetapi juga di luar sekolah atau di lapangan nyata.
7. Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah mereka sendiri.
8. Membuka wawasan siswa tentang pentingnya kesadaran karir/profesi, terutama karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9. Adanya kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman dalam berperan sebagai warga negara untuk mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah mereka identifikasi.

Melihat karakteristik program sains teknologi masyarakat di atas, nampak bahwa program Sains Teknologi Masyarakat dimaksudkan untuk menyiapkan/menghasilkan warga negara yang mampu melaksanakan atau mengambil keputusan tentang masalah-masalah aktual. Di samping itu, Sains Teknologi Masyarakat dapat juga digunakan sebagai sarana untuk pembentukan literasi/tidak buta tentang sains dan teknologi, karena siswa selain memperoleh pengetahuan juga diharapkan dapat timbul kesadaran tentang pelestarian lingkungan dan dampak negatif teknologi serta tanggung jawab untuk mencari penyelesaiannya.

Proses pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat beserta penilaiannya difokuskan pada enam ranah/domain yaitu sebagai pusatnya adalah konsep sains dan proses sains, sedang empat domain yang lain mencerminkan dunia nyata (the real world). Dua domain di antaranya merupakan aspek yang memotivasi siswa untuk memasuki dunia ilmuwan yaitu aspek kreativitas dan sikap. Dua domain yang lain merupakan penerapan dan hubungan antar domain, dalam hal ini meliputi teknologi yang merupakan hasil karya manusia.

Mencermati karakteristik pendekatan Sains Teknologi Masyarakat, maka secara konseptual pendekatan sains teknologi masyarakat memiliki beberapa nilai tambah, baik yang merupakan sasaran utama maupun yang berbentuk dampak pengiring. Yager (dalam Asy’ari: 2006) mengungkapkan bahwa nilai tambah yang merupakan sasaran utama antara lain :
1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dapat membuat pengajaran sains lebih bermakna karena langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, membuka wawasan siswa tentang peranan sains dalam kehidupan nyata.
2. Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan konsep, keterampilan proses, kreativitas, dan sikap menghargai produk teknologi serta bertanggung jawab atas masalah yang muncul di lingkungan.
3. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat yang berorientasi pada “hand on activities” membuat siswa dapat menikmati kegiatan-kegiatan sains dengan perolehan pengetahuan yang tidak mudah terlupakan. Dengan demikian dapat juga digunakan untuk menarik minat siswa dalam mempelajari sains.
4. Sains teknologi masyarakat dapat memperluas wawasan siswa tentang keterkaitan sains dengan bidang studi lain. Hal ini dapat terwujud karena dalam memecahkan permasalahan alam di lingkungan, siswa tidak cukup hanya mempelajari bidang sains saja, melainkan perlu berbagai bidang studi yang lain, misalnya IPS, Ekonomi, IPA, dan lain-lain. Dengan demikian, mereka akan menyadari perlunya pemahaman ilmu secara holistik/menyeluruh sehingga terhindar dari sikap skeptis atau pandangan yang sempit, misalnya menganggap bidang ilmunyalah yang baik.
5. Melalui pendekatan Sains Tekonologi Masyarakat dapat pula dikembangkan pembelajaran terpadu atau “Integrated Learning’’, “Across Curriculum’’, atau lintas bidang studi (Solomon dalam Asy’ari: 2006), sedang Yager dan Lutz (dalam Asy’ari: 2006) mengatakan bahwa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas “Total Curriculum” atau pembelajaran secara menyeluruh.

Menurut Yager (Asy’ari: 2006), dampak pengiring dari penerapan sains teknologi masyarakat adalah beragamnya kegiatan yang dilakukan dan penggunaan berbagai macam penilaian pencapaian keberhasilan belajar siswa. Misalnya adanya:
1. Kegiatan kerja kelompok dapat memupuk kebiasaan saling kerjasama antar siswa.
2. Kegiatan diskusi dapat memacu siswa untuk berani mengemukakan pendapat sekaligus melatih keterampilan siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik. Di samping itu, dengan diskusi akan terbentuk sikap terbuka atau menghargai pendapat orang lain.
3. Penciptaan suatu karya atau pengaplikasian suatu gagasan dapat menimbulkan rasa bangga pada diri siswa bahwa dirinya dapat berperan/bermanfaat baik bagi masyarakat maupun bagi perkembangan sains dan teknologi.
4. Penggunaan cara evaluasi yang kontinu dan beragam dapat mendorong siswa untuk serius atau perhatian dalam mengikuti pembelajaran, karena penilaian tidak hanya menyangkut kemampuan kognitif saja melainkan juga partisipasi dan kreativitasnya. Di samping itu, siswa akan merasa bahwa semua aktivitas/gagasan yang ia lontarkan akan mendapat apresiasi, sehingga tidak ada keterlibatan yang mubazir.

Secara faktual adanya nilai tambah dari penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran sains terlihat dari hasil-hasil perbaikan yang dilakukan di beberapa Negara, antara lain yang dilaporkan oleh Yager & Tamir (Asy’ari: 2006) yaitu:
1. Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat dengan mengangkat isu “pencemaran sungai akibat penambangan batubara” menunjukkan bahwa dengan upayanya sendiri dalam mengumpulkan informasi guna mencari solusi siswa dapat berbicara banyak, pada kelas/ siswa yang diteliti tersebut tergolong kelas yang masih terbiasa menggunakan pembelajaran secara tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat dapat memungkinkan munculnya ide/gagasan kreatif yang tidak terduga sebelumnya.
2. Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat dengan fokus permasalahan yang muncul di Taiwan menunjukkan bahwa lewat sains teknologi masyarakat siswa memiliki keberanian mengkomunikasikan karya ilmiahnya walaupun saat itu merupakan gagasan yang dianggap kontrobersial oleh sebagian masyarakat. Mereka bisa mempertanggungjawabkan karyanya karena hasil penelusurannya memperlihatkan bahwa 70% responden yang diteliti menyetujuinya.
3. Evaluasi terhadap pembelajaran sains teknologi masyarakat di Iowa menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan atas pencapai hasil belajar tentang domain aplikasi siswa. Dimana pendekatan sains teknologi masyarakat lebih tinggi dibanding dengan non sains teknologi masyarakat, sedang untuk domain sikap walaupun dengan pendekatan sains teknologi masyarakat lebih tinggi dibanding non sains teknologi masyarakat terapi perbedaannya tidak berarti.
4. Dalam kegiatannya, siswa cenderung memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat open minded artinya pertanyaan yang terbuka, tidak ada jawaban yang salah atau jawaban yang paling benar. Kondisi ini dapat menumbuhkembangkan sikap menghargai/menerima gagasan orang lain.

Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat yang dilakukan oleh Boujaoude (Asy’ari: 2006) menunjukkan bahwa dengan pendekatan sains teknologi masyarakat siswa merasa lebih memahami manfaat atau peranan sains dalam kehidupan, sehingga membuat siswa semakin berkembang sikap positifnya terhadap sains. Di samping itu, dengan pendekatan sains teknologi masyarakat siswa dapat menyadari bahwa teknologi memiliki dimensi yaitu di satu sisi dibutuhkan manusia dan di sisi lain memiliki efek samping yang merugikan. Kesadaran ini membuat siswa semakin termotivasi ingin mempelajari lebih banyak tentang sains dan teknologi.

Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat lainnya dengan mengambil isu tentang bioteknologi dapat membangkitkan kesadaran siswa untuk menghargai teknologi dan profesi ilmuwan, karena dari aktivitas penelusurannya siswa dapat memahami betapa rumit, mahal, dan berartinya “genetic engineering“ atau rekayasa genetik.

d. Pembelajaran Struktur Bumi dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah suatu kecenderungan baru di dalam pendidikan IPA (sains) yang mula-mula timbul di Inggris dan Amerika yang kini meluas ke berbagai negara. Definisi Sains Teknologi Masyarakat atau “Science Technology Society” menurut National Science Teachers Associations (NSTA) atau persatuan guru-guru IPA di Amerika Serikat, Sains Teknologi Masyarakat adalah pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Jadi, Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah istilah yang diberikan kepada usaha mutakhir untuk menjadikan konteks dunia nyata dalam pendidikan sains dan pendalaman sains.

Dalam penyajian seperti ini, pendidikan sains menjadi lebih dari pada sekedar kurikulum mengenai konsep dasar sains (IPA) dan keterampilan proses sebab Sains Teknologi Masyarakat melibatkan seluruh aspek pendidikan sains (IPA) yaitu tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan, serta kinerja guru.

Dalam pendekatan STM, siswa harus diikutsertakan dalam penentuan tujuan, prosedur perencanaan dan dalam usaha mendapatkan informasi, serta dalam mengevaluasi. Siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari struktur bumi jika mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan individu atau kelompok berkenaan dengan struktur bumi. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat diberikan kepada siswa adalah mencari isu-isu aktual yang terjadi di masyarakat.

Pada tingkat sekolah dasar, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan mendapatkan informasi aktual yang berkaitan dengan penggunaan teknologi sehingga siswa memahami konsep struktur bumi dan mengembangkan kemampuan untuk memahami isu-isu aktual yang ada.

Baiquni (Prowiradilaga: 2004) mengartikan teknologi sebagai “hasil penerapan sistematis dari sains yang merupakan himpunan rasionalitas insani kolektif untuk memanfaatkan hidup dan mengendalikan gejala-gejala di dalam proses produktif yang ekonomis”. Adapun pembelajaran struktur bumi dalam perbaikan ini dibagi dalam empat tahap yaitu:
1. Tahap invitasi. Pada tahap ini, guru mengemukakan isu atau masalah aktual yang dialami atau terjadi dalam masyarakat sekitar yang dapat dipahami oleh siswa serta dapat merangsang siswa untuk mencari jalan keluar terhadap masalah yang sedang terjadi. Pada tahap ini, isu atau masalah digali dari pendapat atau keinginan siswa dan yang ada kaitannya dengan konsep sains yang akan dipelajari.
2. Tahap Eksplorasi. Pada tahap ini, melalui aksi dan reaksinya sendiri, siswa berusaha memahami atau mempelajari situasi baru yang merupakan masalah baginya baik itu diperoleh melalui membaca buku, koran, mendengarkan berita di radio, melihat TV, ataupun melakukan observasi langsung di lapangan.
3. Tahap Solusi. Pada tahap ini, berdasar hasil eksplorasinya, siswa menganalisis terjadinya fenomena dan mendiskusikan bagaimana mencari pemecahan masalah yang sedang terjadi. Dalam arti, siswa membangun dan mengenal konsep baru yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Untuk itu, guru perlu memberikan umpan balik atau peneguhan dalam rangka
memantapkan konsep yang diperoleh siswa itu sendiri.
4. Tahap Aplikasi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Pada tahap ini, siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah lingkungan yang dimunculkan pada tahap invitasi.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Guru dapat melakukan penilaian awal yang berkaitan dengan struktur bumi. Hal ini dapat dilakukan secara tertulis atau lisan dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Tujuannya untuk menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan yang sesuai dengan pengalaman, lingkungan anak, atau sesuai dengan topik yang akan diajarkan.

Untuk menggali pengetahuan atau pikiran yang ada pada diri siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan seperti: “Bagaimanakah bentuk bumi? Apa yang terjadi jika bumi tidak dilindungi? Mengapa pemanasan global dapat merusak bumi? Berikan pendapatmu”.

Setelah siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut di atas, guru dapat melanjutkan dengan menggali pengetahuan anak tentang susunan struktur bumi. Guru dapat memperlihatkan gambar atau artikel yang berkaitan dengan materi pembelajaran serta dampak dari kerusakan struktur bumi, kemudian guru mengajukan berbagai pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak tentang materi yang diajarkan.

2. Memberikan tugas kepada siswa untuk mengkaji sejauh mana penggunaan teknologi dalam masyarakat sekitar dalam melindungi bumi, kebiasaan-kebiasaan apa saja yang dilakukan masyarakat sekitar dalam melindungi bumi, kebiasaan-kebiasaan apa saja yang dilakukan masyarakat yang dapat menghancurkan struktur yang melindungi bumi, serta bagaimana usaha yang dilakukan sampai saat ini guna memelihara dan menjaga struktur bumi. Pengkajian ini dapat ditempuh dengan melakukan kegiatan seperti mengumpulkan artikel, mencermati berita dari TV dan radio, melakukan wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang berkompeten di bidangnya.

3. Dari hasil pengkajian masalah yang telah dilakukan pada tahap eksplorasi, siswa diarahkan untuk menganalisis/mensintesis guna menemukan pemecahan masalahnya. Untuk mengetahui kerangka pikir siswa dalam memahami dan memecahkan masalah, siswa diminta menuangkan dalam jaringan yang menunjukkan keterkaitan antara konsep dan ide-ide yang dipikirkan. Untuk siswa yang taraf berpikirnya masih sederhana, guru dapat menuntunnya dengan cara memberi panduan yang dituliskan dalam bentuk kerangka dasar, sedang siswa diminta mengisi apa saja yang tercakup dalam setiap komponennya. dan

4. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menentukan pilihan mana yang akan diaplikasikan di masyarakat sekitar merujuk dari cara atau teknik pencegahan terjadinya kerusakan lapisan bumi. Misalnya dengan melakukan penghijauan. Dalam pelaksanaannya, guru perlu mengarahkan, misalnya dalam menentukan jenis tanaman mana yang akan ditanami, cara menanam serta membantu bila memerlukan perijinan atau urusan administratif lainnya.

Melalui empat fase yang telah dijelaskan tadi, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengolah, mencerna, memikirkan, menganalisa dan akhirnya yang terpenting adalah merangkumnya sebagai suatu pengalaman yang dimilikinya. Pada kegiatan ini, siswa mengintegrasikan persepsi atau konsep ke dalam suatu kegiatan yang cocok dengan rangsangan tersebut.

Kegiatan di atas bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya. Fenomena yang dialami siswa tersebut akan menjadi unsur penting pada diri siswa dalam memahami struktur bumi.

B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka teori yang mendasari pelaksanaan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar struktur bumi melalui penggunaan sains teknologi masyarakat pada siswa kelas V SD Negeri 006 Sebatik Barat, maka dapat dilihat bahwa masalah pembelajaran struktur bumi dilihat dari aspek guru adalah (1) guru kurang menggunakan metode yang bervariasi, (2) guru kurang menguasai materi, (3) guru kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

Pada siswa dapat dilihat (1) siswa kurang menguasai konsep struktur bumi, dan (2) hasil belajar struktur bumi pada siswa kelas V rendah. Dari masalah di atas, peneliti menerapkan pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat yang terdiri dari empat tahapan pembelajaran yaitu
1. Tahap invitasi. Tahap ini siswa mengemukakan issue atau masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang dapat diamati/dipahami oleh peserta didik.
2. Tahap eksplorasi. Pada tahap ini siswa diminta untuk memahami/mempelajari situasi baru yang merupakan masalah baginya baik itu diperoleh melalui membaca buku, koran, mendengar berita di radio, menonton tv, atau melakukan observasi langsung di lapangan.
3. Tahap solusi. Siswa menganalisis terjadinya fenomena dan mendiskusikan bagaimana mencari cara pemecahan masalah yang terjadi.
4. Tahap aplikasi. Siswa mengadakan aksi nyata sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pikir seperti berikut:

C. Hipotesis Tindakan
Jika menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat, maka hasil belajar struktur bumi pada siswa kelas V SD Negeri 006 Sebatik Barat dapat meningkat.


Link Bab I =====disini=====
Share:

CONTOH (1) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (BAB I)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali pembenahan. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 yang pernah diterapkan di sekolah dinilai kurang berhasil sehingga dianggap perlu disempurnakan dengan mengeluarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang mengacu pada UU No. 20 Tahun 2006

Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 memberikan keleluasaan pada sekolah untuk memilih materi pembelajaran yang dapat memberikan pengetahuan yang bermakna dengan menggunakan obyek atau fenomena yang muncul di lingkungan sekitar Siswa sehingga dapat memberikan gambaran tentang pentingnya peranan sains dalam kehidupan sehari-hari. Dan diharapkan dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 SDN 006 Sebatik Barat sebagai penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, guru dapat mengembangkan kemampuan serta karakteristik Siswa itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran sains dapat diciptakan kondisi agar Siswa selalu aktif untuk ingin tahu terhadap permasalahan alam sekitar. Hal Ini sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan oleh UNESCO (Asy’ari: 2006) yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together yang menjadikan Siswa harus lebih banyak menggali potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan. Sehingga dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sebaiknya pembelajaran sains di sekolah juga diusahakan agar sejalan dengan atau mengikuti laju perkembangan iptek tersebut.

Dengan adanya inovasi pembelajaran, guru akan mengalami kesulitan untuk mengembangkannya dalam pembelajaran. Begitu juga yang dialami oleh guru sains. Banyak guru sains dalam pembelajarannya masih kurang bervariasi dalam menggunakan pendekatan pembelajaran hal ini menyebabkan hasil belajar Siswa menurun. Sementara untuk menanamkan suatu konsep, terutama dalam bidang sains perlu diterapkan suatu pendekatan tertentu. Sumrall (Asy’ari: 2006) mengungkapkan bahwa salah satu alasan guru kurang menggunakan metode atau pendekatan yang bervariasi disinyalir karena menuntut pemikiran, persiapan, dan pengelolaan kelas yang relatif sulit.

Melalui observasi, lewat hasil observasi dan interview pada guru kelas V SD Negeri 006 Sebatik Barat ditemukan bahwa: guru kurang menggunakan metode yang bervariasi; (2) guru kurang menguasai materi yang akan diajarkan;. Pada Siswa SDN 006 Sebatik Barat ditemukan: (1) Siswa kurang menguasai konsep sains khususnya pada pokok bahasan struktur bumi; (2) Siswa belum aktif dalam proses pembelajaran; (3) Hasil belajar struktur bumi belum 80 % Siswa Mencapai KKM.

Permasalahan di atas terjadi karena kebanyakan guru tidak paham akan konsep dari materi struktur bumi itu sendiri, sehingga guru mengalami kebingungan dalam mengajarkannya. Guru kurang memahami bagaimana mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan Siswa karena mereka terbiasa mengajar dengan memberikan ceramah sehingga apa yang disampaikan kepada Siswa tidak maksimal. Ditambah lagi kurangnya pengetahuan guru tentang materi yang akan diajarkan. (Syah dalam Usman: 1995)

Pada kenyataan, guru mengajar hanya berpatokan pada apa yang ada dalam buku paket yang diwajibkan untuk seluruh Indonesia. Sementara dengan perkembangan teknologi yang ada sekarang, guru dapat mengembangkan pengetahuannya khususnya pada pembelajaran struktur bumi sehingga hasil belajar Siswa meningkat. Dengan mengetahui struktur bumi Siswa dapat memahami apa yang terkandung di dalam struktur bumi serta dampak yang ditimbulkan bila struktur yang ada dalam bumi mengalami kerusakan.

Keadaan di atas dapat di atasi dengan mengubah pola pengajaran guru yang hanya memberikan ceramah kepada Siswa dengan pola pengajaran menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang di negara Amerika pengembangannya dikenal dengan istilah dalam Bahasa Inggris STS (Science Technology Society). Karena dengan pendekatan ini Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat (Prawiradilaga: 2004). Selain itu juga, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar Siswa khususnya dalam pembelajaran struktur bumi. Sehingga Siswa dapat menggabungkan ketiganya untuk diterapkan di lingkungan Siswa itu sendiri.

Berdasarkan temuan, peneliti tertarik untuk melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran struktur bumi melalui Perbaikan Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar Struktur Bumi Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Siswa Kelas V SD Negeri 006 Sebatik Barat”. Dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat, diharapkan dapat mengatasi kesulitan Siswa dalam memahami konsep dan meningkatkan hasil belajar Siswa terhadap pembelajaran struktur bumi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam perbaikan ini adalah: Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada Siswa kelas V SD Negeri 006 Sebatik Barat?

C. Tujuan Perbaikan

Perbaikan ini dilaksanakan dengan tujuan adalah Mengetahui peningkatan hasil belajar struktur bumi dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat pada Siswa kelas V SD Negeri 006 Sebatik Barat.

D. Manfaat Perbaikan

1. Manfaat Teoretis
a. Melalui hasil perbaikan ini diharapkan guru SD/MI memiliki pengetahuan tentang teori pendekatan sains teknologi masyarakat sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di SD/MI.
b. Diharapkan guru SD/MI memiliki teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan hasil belajar struktur bumi.

2. Manfaat Praktis
a. Hasil perbaikan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru mengenai pengajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat.
b. Sebagai bahan acuan dan masukan bagi perbaikan selanjutnya dalam upaya meningkatkan pengembangan alternatif pembelajaran sains di sekolah dasar.

Link Bab II ===== disini=====
Share:

Materi PJOK : Variasi dan Kombinasi Gerak Dasar Dalam Permainan Bola Besar


C. Variasi dan Kombinasi Gerak Dasar Lokomotor, Nonlokomotor, dan Manipulatif dalam Permainan Bola Basket

Pada permainan bola basket, setiap regu berebut memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam ring basket lawan. Agar dapat bermain dengan baik, kamu harus belajar variasi dan kombinasi gerak dasar dalam permainan bola basket. Gunakan berbagai sumber bacaan agar kamu memahami informasi variasi dan kombinasi gerak dasar dalam permainan bola basket. Kamu juga dapat menggunakan internet untuk mencari informasi. Ingat, gunakan internet hanya untuk kepentingan pembelajaran sekolah. Informasi yang kamu temukan dapat dijadikan sumber belajar.

1. Variasi Gerak Dasar Manipulatif dengan Kombinasi Gerak Dasar Nonlokomotor dalam Permainan Bola Basket

Amatilah gerakan melempar atau mengoper bola dalam permainan bola basket. Melempar bola basket dapat dilakukan dengan dua tangan atau satu tangan. Dalam gerakan ini, kamu dapat melihat adanya variasi gerak dasar manipulatif dengan kombinasi gerak nonlokomotor. 

a. Memegang dan Melempar Bola dengan Meluruskan Lengan

Amatilah Gambar 1.13 dengan cermat. Posisi awal berdiri dengan memegang bola di depan dada. Kemudian, ayunkan lengan dengan melempar bola untuk mengoper bola setinggi dada. Lakukan aktivitas ini bersama temanmu dengan hati-hati.
b. Memegang dan Mengoper Bola Atas dengan Mengayunkan Lengan

Amatilah Gambar 1.14 dengan cermat! Gambar tersebut menunjukkan gerak dasar nonlokomotor dengan kombinasi gerak manipulatif dalam melempar bola melalui atas kepala (overhead pass). Posisi berdiri dengan memegang bola di atas kepala. Kemudian, ayunkan lengan untuk mendorong bola ke arah pasangan. Lakukan bersama temanmu dengan semangat dan hati-hati.
c. Memegang dan Memantulkan Bola dengan Meluruskan Lengan

Amatilah Gambar 1.15 dengan saksama. Gambar tersebut menunjukkan gerak dasar berdiri dan mendorong bola dengan kombinasi mengumpan bola memantul ke lantai (bounce pass). Saat melakukan variasi dan kombinasi gerak dasar tersebut, posisi bola di depan dada. Kedua tangan ditekuk di depan dada sambil memegang bola. Bola didorong ke lantai dengan memantulkan ke arah kanan atau kiri pemain lawan dengan cepat agar bola tidak direbut lawan. Saat mengoper bola, pastikan pantulan bola mengarah tepat ke posisi teman agar mudah ditangkap atau dikuasai. Saat melakukan gerakan mendorong, kaki ditekuk untuk menjaga keseimbangan dan memperkuat dorongan.
d. Memegang dan Melemparkan Bola dengan Meluruskan Lengan

Amatilah Gambar 1.16 dengan saksama. Bagaimana cara melakukan gerak dasar nonlokomotor dengan kombinasi gerakan manipulatif seperti Gambar 1.16? Carilah informasinya dari buku referensi atau internet mengenai variasi dan kombinasi gerak dasar dalam mengoper bola menggunakan satu tangan di atas kepala (javaline pass).

2. Variasi Gerak Nonlokomotor dengan Kombinasi Gerak Manipulatif

Amatilah Gambar 1.17 dengan saksama. Bagaimana variasi gerak dasar nonlokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam menangkap bola? Variasi gerak dasar nonlokomotor (menekuk kaki dan menekuk tangan) dengan kombinasi manipulatif (menangkap bola melambung) dilakukan menggunakan kedua tangan. Posisi awal berdiri dengan kaki kanan di depan dan kaki kiri ditekuk, kemudian kedua tangan ditekuk. Pada saat bola mengenai telapak tangan, segera pegang bola dengan erat. Bola ditarik mendekat ke badan dengan menekuk siku untuk meredam laju bola.

3. Variasi Gerak Dasar Lokomotor dengan Kombinasi Gerak Dasar Manipulatif dalam Permainan Bola Basket

Bagaimana cara melakukan variasi gerak dasar lokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam menggiring bola? Gerakan ini dilakukan dengan variasi berjalan dan berlari dengan menggiring bola menggunakan satu tangan. Cara menggiring bola dengan memantul-mantulkan bola ke lantai. Gerakan ini bertujuan mencari peluang arah serangan, menerobos pertahanan lawan, serta mengatur tempo permainan. Amatilah variasi gerak dasar lokomotor dengan kombinasi gerak manipulatif dalam menggiring bola seperti Gambar 1.19.


Pada saat menggiring bola, lakukan sentuhan dengan jari-jari tangan sambil memantulkan bola. Pantulkan bola setinggi pinggang. Selain posisi tangan, kamu juga harus memperhatikan posisi badan.
Saat menggiring bola, badan sedikit dicondongkan ke depan untuk memudahkan penguasaan bola. 

4. Variasi Gerak Dasar Manipulatif dengan Kombinasi Gerak Dasar Lokomotor dalam Permainan Bola Basket

a. Menembak Bola ke Ring Basket dengan Melangkah dan Melompat
Dalam permainan bola basket, kamu dapat melakukan variasi (melangkah dan melompat) dengan kombinasi gerak dasar manipulatif (menembak bola ke ring basket). Bagaimana caranya? Amatilah Gambar 1.20 dengan cermat.
Caranya, melangkah diikuti melompat dengan memegang bola di atas kepala dengan kedua tangan. Ikuti gerakan mendorong bola untuk diarahkan ke ring basket (shooting). Lepaskan tangan kiri dari bola dan tangan kanan mendorong bola ke arah ring basket. Dengan cara ini, laju bola membentuk parabola. Posisi akhir, berdiri dan telapak tangan menghadap bawah.

b. Menembak Bola ke Ring Basket dengan Melangkah dan Melompat
Bagaimana variasi gerak menembak bola ke ring basket dengan kombinasi melangkah dan melompat (lokomotor)? Dalam permainan bola basket, variasi dan kombinasi gerak tersebut tampak pada gerakan
lay up shoot. Amatilah variasi dan kombinasi gerak dasar seperti gambar berikut.
Gambar 1.21 menunjukkan gerakan lay up shoot. Gerakan ini dilakukan dari sisi kiri atau kanan ring. Bola dipegang dengan dua tangan di depan dada. Langkahkan kaki pertama dengan lebar, kemudian langkah kaki kedua lebih pendek. Lanjutkan dengan melompat setinggi-tingginya untuk mendekati ring. Saat mencapai titik lompatan tertinggi, tembaklah bola dengan satu tangan. Akhiri gerakan dengan mendarat di bawah ring, kaki mengeper.

c. Melangkah dan Melompat dengan Rebound
Dalam permainan bola basket, dikenal istilah rebound. Rebound adalah gerakan menangkap bola setelah bola mengenai papan pantul atau ring. Bola pantul dihasilkan jika tembakan tidak masuk ring. Pemain akan melakukan variasi melangkah dan melompat untuk menangkap bola pantulan. 

Basket 3 on 3
Basket 3 on 3 disebut street basketball. Pada permainan basket 3 on 3, setiap tim terdiri atas empat pemain. Sebanyak tiga pemain berada di lapangan, sedangkan satu pemain sebagai cadangan. Peraturan yang berlaku dalam basket 3 on 3 mengacu peraturan FIBA 3 × 3 Official Rules. Waktu pertandingan basket 3 on 3 terbagi menjadi tiga babak. Babak pertama adalah babak penyisihan yang berlangsung selama 10 menit. Babak kedua atau babak semifinal berlangsung selama 10 menit. Babak final ditentukan saat bola mati atau saat melakukan lemparan bebas (free throw). Dalam basket 3 on 3, luas lapangan sebagai area pertandingan setengah dari lapangan bola basket. Tim yang berhasil mencetak 33 poin sebelum waktu habis sebagai pemenang.


1. Permainan bola besar meliputi permainan sepak bola, bola voli, dan bola basket dapat meningkatkan kebugaran jasmani jika dilakukan secara rutin. Pada permainan bola besar, terdapat variasi gerak dan kombinasi gerak dasar lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif.

2. Variasi gerak dasar lokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam sepak bola sebagai berikut.
a. Berjalan dan berlari dengan menendang bola.
b. Variasi berlari dan melompat dengan kombinasi menendang bola ke arah gawang (shooting).
c. Variasi berjalan dan berlari dengan kombinasi menggiring bola.
d. Variasi berlari dan melompat dengan kombinasi menyundul bola.

3. Variasi gerak dasar nonlokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam permainan sepak bola.
a. Menekuk dan menarik kaki dengan menghentikan bola.
b. Berdiri dan meliukkan badan dengan menghentikan bola menggunakan dada.
c. Membungkuk dan mengayun kaki dalam menendang bola.

4. Variasi gerak dasar lokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam permainan bola voli.
a. Berjalan pelan dan berjalan cepat dengan memukul bola dalam servis bawah.
b. Berjalan dan melompat dengan memukul bola dalam servis atas.

5. Variasi gerak dasar nonlokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam permainan bola voli.
a. Menekuk kaki dan mengayun lengan dengan memantulkan bola dalam passing bawah.
b. Menekuk kaki dan mengayun lengan dengan mendorong bola dalam passing atas.

6. Variasi gerak dasar manipulatif dengan kombinasi gerak dasar nonlokomotor dalam permainan bola basket.
a. Memegang dan mengoper bola atas dengan Kombinasi meluruskan lengan.
b. Memegang dan mengoper bola dengan kombinasi meluruskan lengan.
c. Memegang dan memantulkan bola dengan kombinasi meluruskan lengan.
d. Memegang dan mengoperkan bola menggunakan satu tangan di atas kepala

7. Variasi gerak dasar manipulatif dengan kombinasi gerak dasar lokomotor dalam permainan bola basket.
a. Menembak bola ke ring basket dengan melangkah dan melompat.
b. Menembak bola ke ring basket dengan melangkah dan melompat.
c. Variasi gerak lokomotor melangkah dan melompat dengan kombinasi gerak manipulatif rebound.
Share:

Materi PJOK : Variasi dan Kombinasi Gerak Dasar Dalam Permainan Bola Besar


Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia. Olahraga ini digemari orang dari berbagai umur mulai anak-anak hingga orang dewasa. Gambar di atas menunjukkan pemain sepak bola Indonesia kelompok usia 12 tahun saat bermain dalam kejuaraan Piala Dunia Sepak Bola U-12 Tahun 2016. Sepak bola termasuk salah satu permainan bola besar, selain bola basket dan bola voli. 

A. Variasi dan Kombinasi Gerak Dasar Lokomotor, Nonlokomotor, dan Manipulatif dalam Permainan Sepak Bola

Sepak bola termasuk cabang olahraga yang digemari banyak orang. Dalam sepak bola, setiap tim terdiri atas sebelas orang yang bermain di lapangan. Setiap tim akan bekerja sama mengalahkan tim lawan dengan menciptakan gol sebanyak-banyaknya. Sebelum mempraktikkan variasi dan kombinasi gerak dasar dalam permainan sepak bola, kerjakan kegiatan berikut.

1. Gerak Dasar Lokomotor dengan Kombinasi Gerak Dasar Manipulatif pada Permainan Sepak Bola
Contoh variasi gerak dasar lokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam sepak bola, yaitu berjalan dan berlari dengan menendang bola.

a. Berjalan dan Berlari dengan Menendang Bola
Amatilah variasi gerak dasar lokomotor dengan kombinasi gerak manipulatif pada Gambar 1.2 berikut! 
Gambar 1.2 menunjukkan variasi berjalan dan berlari dengan menendang bola. Gerakan menendang bola untuk mengoper atau mengumpan kepada teman. Gerak menendang bola dapat dilakukan menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, atau kura-kura (punggung) kaki.

b. Berlari dan Melompat dengan Menendang Bola ke Arah Gawang
Bagaimana berlari dan melompat dengan kombinasi menendang bola ke arah gawang (shooting)? Amatilah Gambar 1.3.
Gambar 1.3 menunjukkan variasi berlari dan melompat dengan menendang bola yang melambung. Gerak dasar ini untuk menendang bola ke arah gawang. Kegiatan ini dapat dilakukan bersama teman. Mintalah temanmu menendang bola ke arahmu. Kamu berlari dan melompat menyambut bola. Pada saat bola berada di depanmu, lakukan tendangan dengan punggung kaki. Arahkan tendanganmu gawang.

c. Berjalan dan Berlari dengan Menggiring Bola
Menggiring bola adalah aktivitas mendorong bola dengan posisi bola tetap dalam jangkauan dan penguasaan sambil berjalan dan/atau berlari ke arah tertentu. Dalam permainan sepak bola, menggiring bola bertujuan melewati pemain lawan dan membawa bola sedekat mungkin ke daerah pertahanan lawan. Agar terampil menggiring bola, pemain sepak bola harus berlatih dengan disiplin, tekun, dan semangat. Menggiring bola menunjukkan variasi gerak dasar lokomotor (berjalan dan berlari) dengan kombinasi gerak dasar manipulatif (menggiring bola). 

Amatilah Gambar 1.4! Gambar tersebut menunjukkan aktivitas variasi berjalan dan berlari dengan menggiring bola melewati rintangan. Penggunaan rintangan untuk meningkatkan kelincahan dan keterampilan menggiring bola. 
d. Berlari dan Melompat dengan Menyundul Bola

Dari Gambar 1.5, kamu dapat mengetahui variasi berlari dan melompat dengan kombinasi menyundul bola. Gerakan ini diawali dengan berlari, kemudian melompat menyambut datangnya bola. Saat bola di depan atas kepala, lakukan gerakan menyundul bola. Usahakan bola menyentuh kening dan dahimu. pada kening atau dahi.

2. Variasi Gerak Dasar Nonlokomotor dengan Kombinasi Gerak Dasar Manipulatif dalam Permainan Sepak Bola

a. Menekuk dan Menarik Kaki dengan Menghentikan Bola
Amatilah gerakan menekuk dan menarik kaki dengan menghentikan bola seperti Gambar 1.6!Kegiatan ini menunjukkan variasi gerak dasar nonlokomotor (menekuk dan menarik kaki) dengan kombinasi gerak dasar manipulatif (menghentikan bola). Pada saat bola mengenai bagian kaki, segera tarik kaki untuk meredam laju bola.
b. Berdiri dan Meliukkan Badan dengan Menghentikan Bola Menggunakan Dada
Amatilah Gambar 1.7! Gambar tersebut menunjukkan berdiri dan meliukkan badan dengan menghentikan bola menggunakan dada. Pada saat bola datang secara melambung mendekati tubuh. Selanjutnya, liukkan badan ke belakang saat bola mengenai dada. Berdiri dengan membuka kaki untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. 
c. Membungkuk dan Mengayun Kaki dalam Menendang Bola
Bagaimana gerak dasar membungkuk dan mengayun kaki dalam
menendang bola? Bersama temanmu, carilah informasinya dari
internet atau buku referensi. Catatlah informasi yang ditemukan dan

3. Variasi Gerak Dasar Manipulatif dengan Kombinasi Gerak Dasar Nonlokomotor dalam Permainan Sepak Bola

Variasi dan kombinasi gerak dasar tersebut tampak dalam gerakan melempar bola dengan berdiri dan meliukkan badan. Dalam sepak bola, lemparan bola ke dalam (throw in) terjadi ketika bola keluar dari daerah sisi lapangan.Amatilah Gambar 1.8!

Gambar tersebut menunjukkan seseorang akan melakukan lemparan bola ke dalam pada permainan sepak bola. Awalnya, posisi berdiri dan kedua tangan memegang bola ke atas melewati kepala. Arahkan pandanganmu kepada teman satu tim yang akan menerima bola. Liukkan badan ke belakang. Kemudian, dorong badan ke depan diikuti ayunan lengan. Saat melempar, kedua kaki menapak di lapangan.  

Penjelasan yang sudah diberikan merupakan variasi dan kombinasi gerak dasar lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif dalam permainan sepak bola. Ada banyak variasi dan kombinasi gerak dasar yang dapat dilakukan pesepak bola. Variasi dan kombinasi gerak dasar tersebut harus dikuasai pesepak bola.

B. Variasi dan Kombinasi Gerak Dasar Lokomotor, Nonlokomotor, dan Manipulatif dalam Permainan Bola Voli

1. Variasi Gerak Dasar Lokomotor dengan Kombinasi Gerak Dasar Manipulatif dalam Permainan Bola Voli
Dalam permainan bola voli, kamu dapat melakukan variasi gerak dasar lokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif. Kamu juga dapat melakukan variasi gerak dasar nonlokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam bola voli.

a. Berjalan Pelan dan Berjalan Cepat dengan Memukul Bola dalam Servis Bawah
Awalnya, kamu bisa berjalan saat memukul servis bawah. 
Servis bawah dimulai dari bawah dengan mengayunkan lengan. Posisi badan berdiri beberapa langkah di belakang garis lapangan. Kemudian, berjalan mendekati garis. Selanjutnya, pukul bola dengan salah satu tangan. Setelah itu, berlari memasuki lapangan secepat mungkin. Servis dapat dilakukan dengan tangan kanan, diawali gerak memegang bola menggunakan tangan kiri atau sebaliknya. Jika servis menggunakan tangan kanan, posisi kaki kiri sedikit ke depan dan lutut sedikit ditekuk. Kaki kanan berada di belakang. Lambungkan bola dengan tangan kiri, ayunkan tangan kanan dengan kuat hingga bola melewati net ke area lapangan lawan. Ikuti langkah kaki ke depan untuk menjaga keseimbangan tubuh.

b. Berjalan dan Melompat dengan Memukul Bola dalam Servis Atas

Awalnya, posisi badan berdiri beberapa langkah di belakang garis lapangan. Kaki kiri sedikit ke depan dan lutut sedikit ditekuk, sedangkan kaki kanan di belakang. Untuk orang kidal, berlaku sebaliknya. Jika servis dengan tangan kanan, bola dipegang menggunakan tangan kiri atau sebaliknya. Berjalanlah dan lambungkan bola ke atas kepala. Lakukan lompatan dan ayunkan tangan kanan dengan telapak tangan memukul bola. Ikuti langkah kaki ke depan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Agar pukulan lebih kuat, lakukan awalan dengan berjalan beberapa langkah tanpa menyentuh bidang lapangan.

2. Variasi Gerak Dasar Nonlokomotor dengan Kombinasi Gerak Dasar Manipulatif dalam Permainan Bola Voli

a. Menekuk Kaki dan Mengayun Lengan dengan Memantulkan Bola dalam Passing Bawah
Amatilah gerak menekuk kaki dan mengayun lengan dengan passing bawah seperti Gambar 1.11.

cara melakukan variasi gerak dasar nonlokomotor dan manipulatif. Posisi badan berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu. Kedua lutut ditekuk. Kemudian, ayunkan lengan untuk menyambut datangnya bola. Idealnya, bola tepat mengenai lengan di atas pergelangan tangan. Lakukan gerakan mengayun kedua lengan secara bersamaan dari bawah ke atas hingga setinggi bahu. Pantulkan bola mengarah ke teman dengan kedua lengan.

b. Menekuk Kaki dan Mengayun Lengan dengan Mendorong Bola dalam Passing Atas

Lakukan variasi gerak menekuk kaki dan mengayun lengan dengan kombinasi passing atas. Gunakan jari-jari kedua tangan untuk mendorong bola dalam passing atas. Jari-jari tangan dibuka agar siap menerima bola. Kedua kaki dibuka selebar bahu. Lutut kaki ditekuk untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Variasi gerak dasar nonlokomotor dengan kombinasi gerak dasar manipulatif dalam passing atas dapat dilakukan sendiri. Secara mandiri, kamu dapat memantulkan bola pada tembok. Posisi kedua kaki menekuk dan lengan diayunkan untuk mendorong bola. Pandangan fokus pada gerakan bola sehingga dapat menyesuaikan passing.

Dalam permainan bola voli, penguasaan variasi dan kombinasi gerak dasar berperan penting. Oleh karena itu, setiap pemain harus menguasai variasi dan kombinasi gerak dasar permainan bola voli. Pemain juga dapat mengembangkan keterampilan bermain bola voli.
Share: