03 November 2019

Contoh Perangkat Pembelajaran Kegiatan Pembiasaan Literasi 3 {Kelas 6}

Situsartikel92.com, Pembiasaan (habituation) adalah proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. 

Pembiasaan merupakan cara efektif dalam proses pembentukan karakter anak. Kebiasaan adalah sikap dan perilaku yang relatif stabil yang terbentuk melalui proses yang berulang-ulang. Kebiasaan yang baik juga akan memberikan pengaruh yang baik bagi anak.

Tujuan pembiasaan itu sendiri adalah agar siswa terbiasa, yang kemudian dapat ditanamkan dalam pola pikirnya sehingga apa yang diajarkan dapat menjadi dasar pengetahuan untuk tahap pembelajaran selanjutnya.

Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan pembiasaan ini adalah agar siswa dapat mengembangkan dan membiasakan diri dengan suatu tujuan secara konsisten dan berkesinambungan. Saya harap bisa benar-benar mengakar di hati mahasiswa dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan di kemudian hari. Kebiasaan adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari anak untuk menjadikannya kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini mencakup aspek-aspek seperti perkembangan moral, nilai-nilai agama, etika, perkembangan sosial-emosional, dan kemandirian. 

Ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan guru untuk membangun karakter siswanya.

1. Menjadi panutan bagi siswa

Guru dipandang oleh siswa sebagai orang tua yang lebih dewasa. Artinya, siswa mengikuti teladan guru dalam tindakan dan perilaku. Hal ini menuntut guru untuk menjaga sikap dan perilaku agar dapat memberikan teladan yang baik.

2. Jadilah Apresiator

Sebagai seorang guru, Anda seharusnya tidak hanya menghargai nilai, tetapi juga menghargai upaya siswa. Mengevaluasi siswa dari segi akademik memang penting, tetapi juga perlu menghargai hal-hal baik yang dilakukan siswa. 

Cara mudah untuk melakukannya adalah dengan menghargai upaya siswa Anda tanpa membandingkan nilai yang mereka peroleh. Misalnya, memuji siswa, datang lebih awal, rajin mengerjakan PR, dan bersikap baik di sekolah.

Dengan membiasakan diri dengan hal-hal kecil seperti ini, siswa bisa menghargai usahanya. Jadi character building adalah tentang terus mau belajar dan memperbaiki diri menjadi lebih baik.

3. Ajarkan nilai-nilai moral di setiap kelas

Kalau hanya materi pelajaran, semua orang bisa mengetahuinya, karena sudah tertulis di buku. Setiap kelas bagus dan guru juga menanamkan nilai-nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.

Misalnya, ketika mengajar matematika, guru tidak hanya memberi siswa rumus dan cara melakukan sesuatu. Dengan mengajarkan nilai-nilai kehidupan, seperti mengerjakan soal matematika, kita bisa belajar sabar dan berusaha menyelesaikan masalah dengan mengasah logika berpikir kita.

4. Jujur dan menerima kesalahan

Guru juga manusia, jadi mereka pasti akan membuat kesalahan meskipun mereka tidak bermaksud atau melakukannya. Misalnya, pernah guru terlambat dan mengoreksi jawaban siswa yang salah. Untuk memberikan contoh yang baik, seorang guru harus mau mengakui kesalahan sekecil apapun. Sebagai manusia, kita harus berani jujur ​​pada diri sendiri dan mau mengakui kesalahan yang kita buat.

5. Ajarkan sopan santun

Yang sering diabaikan di sekolah adalah bagaimana bersikap sopan. Ini adalah hal yang sangat penting dan para siswa harus diajarkan untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Bukan hal yang aneh bagi guru untuk menemui siswa yang bersikap kasar hanya karena mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan benar.

6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menjadi pemimpin

Memiliki karakter seorang pemimpin sangatlah penting. Guru juga dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan, yang sangat bagus. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat tugas kelompok dan memastikan bahwa setiap anggota memiliki kesempatan untuk memimpin kelompok.

7. Bagikan pengalaman yang menginspirasi

Sesekali ceritakan tentang pengalaman pribadi guru yang harus dibagikan kepada siswa. Tidak harus cerita yang bagus untuk menginspirasi, sekecil apapun pengalaman yang diceritakan tetap menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa.


Download

Artikel ini admin buat untuk memberikan kepada Anda contoh Perangkat Pembelajaran Kegiatan Pembiasaan Literasi, semoga artikel ini bermanfaat dan berguna untuk kita semua. Jangan lupa untuk mendukung web situsartikel92.com dengan mengikuti web ini dan terima kasih.

Lihat Juga Artikel Terkait Literasi!

Share:

Contoh Perangkat Pembelajaran Kegiatan Pembiasaan Literasi 2 {Kelas 6}

Situsartikel92.com, Pembiasaan (habituation) adalah proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. 

Pembiasaan merupakan cara efektif dalam proses pembentukan karakter anak. Kebiasaan adalah sikap dan perilaku yang relatif stabil yang terbentuk melalui proses yang berulang-ulang. Kebiasaan yang baik juga akan memberikan pengaruh yang baik bagi anak.

Tujuan pembiasaan itu sendiri adalah agar siswa terbiasa, yang kemudian dapat ditanamkan dalam pola pikirnya sehingga apa yang diajarkan dapat menjadi dasar pengetahuan untuk tahap pembelajaran selanjutnya.

Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan pembiasaan ini adalah agar siswa dapat mengembangkan dan membiasakan diri dengan suatu tujuan secara konsisten dan berkesinambungan. Saya harap bisa benar-benar mengakar di hati mahasiswa dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan di kemudian hari. Kebiasaan adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari anak untuk menjadikannya kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini mencakup aspek-aspek seperti perkembangan moral, nilai-nilai agama, etika, perkembangan sosial-emosional, dan kemandirian. 

Ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan guru untuk membangun karakter siswanya.

1. Menjadi panutan bagi siswa

Guru dipandang oleh siswa sebagai orang tua yang lebih dewasa. Artinya, siswa mengikuti teladan guru dalam tindakan dan perilaku. Hal ini menuntut guru untuk menjaga sikap dan perilaku agar dapat memberikan teladan yang baik.

2. Jadilah Apresiator

Sebagai seorang guru, Anda seharusnya tidak hanya menghargai nilai, tetapi juga menghargai upaya siswa. Mengevaluasi siswa dari segi akademik memang penting, tetapi juga perlu menghargai hal-hal baik yang dilakukan siswa. 

Cara mudah untuk melakukannya adalah dengan menghargai upaya siswa Anda tanpa membandingkan nilai yang mereka peroleh. Misalnya, memuji siswa, datang lebih awal, rajin mengerjakan PR, dan bersikap baik di sekolah.

Dengan membiasakan diri dengan hal-hal kecil seperti ini, siswa bisa menghargai usahanya. Jadi character building adalah tentang terus mau belajar dan memperbaiki diri menjadi lebih baik.

3. Ajarkan nilai-nilai moral di setiap kelas

Kalau hanya materi pelajaran, semua orang bisa mengetahuinya, karena sudah tertulis di buku. Setiap kelas bagus dan guru juga menanamkan nilai-nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.

Misalnya, ketika mengajar matematika, guru tidak hanya memberi siswa rumus dan cara melakukan sesuatu. Dengan mengajarkan nilai-nilai kehidupan, seperti mengerjakan soal matematika, kita bisa belajar sabar dan berusaha menyelesaikan masalah dengan mengasah logika berpikir kita.

4. Jujur dan menerima kesalahan

Guru juga manusia, jadi mereka pasti akan membuat kesalahan meskipun mereka tidak bermaksud atau melakukannya. Misalnya, pernah guru terlambat dan mengoreksi jawaban siswa yang salah. Untuk memberikan contoh yang baik, seorang guru harus mau mengakui kesalahan sekecil apapun. Sebagai manusia, kita harus berani jujur ​​pada diri sendiri dan mau mengakui kesalahan yang kita buat.

5. Ajarkan sopan santun

Yang sering diabaikan di sekolah adalah bagaimana bersikap sopan. Ini adalah hal yang sangat penting dan para siswa harus diajarkan untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Bukan hal yang aneh bagi guru untuk menemui siswa yang bersikap kasar hanya karena mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan benar.

6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menjadi pemimpin

Memiliki karakter seorang pemimpin sangatlah penting. Guru juga dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan, yang sangat bagus. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat tugas kelompok dan memastikan bahwa setiap anggota memiliki kesempatan untuk memimpin kelompok.

7. Bagikan pengalaman yang menginspirasi

Sesekali ceritakan tentang pengalaman pribadi guru yang harus dibagikan kepada siswa. Tidak harus cerita yang bagus untuk menginspirasi, sekecil apapun pengalaman yang diceritakan tetap menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa.


Download

Artikel ini admin buat untuk memberikan kepada Anda contoh Perangkat Pembelajaran Kegiatan Pembiasaan Literasi, semoga artikel ini bermanfaat dan berguna untuk kita semua. Jangan lupa untuk mendukung web situsartikel92.com dengan mengikuti web ini dan terima kasih.

Lihat Juga Artikel Terkait Literasi!

Share:

Contoh Perangkat Pembelajaran Kegiatan Pembiasaan Literasi 1 {Kelas 6}

Situsartikel92.com, Pembiasaan (habituation) adalah proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. 

Pembiasaan merupakan cara efektif dalam proses pembentukan karakter anak. Kebiasaan adalah sikap dan perilaku yang relatif stabil yang terbentuk melalui proses yang berulang-ulang. Kebiasaan yang baik juga akan memberikan pengaruh yang baik bagi anak.

Tujuan pembiasaan itu sendiri adalah agar siswa terbiasa, yang kemudian dapat ditanamkan dalam pola pikirnya sehingga apa yang diajarkan dapat menjadi dasar pengetahuan untuk tahap pembelajaran selanjutnya.

Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan pembiasaan ini adalah agar siswa dapat mengembangkan dan membiasakan diri dengan suatu tujuan secara konsisten dan berkesinambungan. Saya harap bisa benar-benar mengakar di hati mahasiswa dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan di kemudian hari. Kebiasaan adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari anak untuk menjadikannya kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini mencakup aspek-aspek seperti perkembangan moral, nilai-nilai agama, etika, perkembangan sosial-emosional, dan kemandirian. 

Ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan guru untuk membangun karakter siswanya.

1. Menjadi panutan bagi siswa

Guru dipandang oleh siswa sebagai orang tua yang lebih dewasa. Artinya, siswa mengikuti teladan guru dalam tindakan dan perilaku. Hal ini menuntut guru untuk menjaga sikap dan perilaku agar dapat memberikan teladan yang baik.

2. Jadilah Apresiator

Sebagai seorang guru, Anda seharusnya tidak hanya menghargai nilai, tetapi juga menghargai upaya siswa. Mengevaluasi siswa dari segi akademik memang penting, tetapi juga perlu menghargai hal-hal baik yang dilakukan siswa. 

Cara mudah untuk melakukannya adalah dengan menghargai upaya siswa Anda tanpa membandingkan nilai yang mereka peroleh. Misalnya, memuji siswa, datang lebih awal, rajin mengerjakan PR, dan bersikap baik di sekolah.

Dengan membiasakan diri dengan hal-hal kecil seperti ini, siswa bisa menghargai usahanya. Jadi character building adalah tentang terus mau belajar dan memperbaiki diri menjadi lebih baik.

3. Ajarkan nilai-nilai moral di setiap kelas

Kalau hanya materi pelajaran, semua orang bisa mengetahuinya, karena sudah tertulis di buku. Setiap kelas bagus dan guru juga menanamkan nilai-nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.

Misalnya, ketika mengajar matematika, guru tidak hanya memberi siswa rumus dan cara melakukan sesuatu. Dengan mengajarkan nilai-nilai kehidupan, seperti mengerjakan soal matematika, kita bisa belajar sabar dan berusaha menyelesaikan masalah dengan mengasah logika berpikir kita.

4. Jujur dan menerima kesalahan

Guru juga manusia, jadi mereka pasti akan membuat kesalahan meskipun mereka tidak bermaksud atau melakukannya. Misalnya, pernah guru terlambat dan mengoreksi jawaban siswa yang salah. Untuk memberikan contoh yang baik, seorang guru harus mau mengakui kesalahan sekecil apapun. Sebagai manusia, kita harus berani jujur ​​pada diri sendiri dan mau mengakui kesalahan yang kita buat.

5. Ajarkan sopan santun

Yang sering diabaikan di sekolah adalah bagaimana bersikap sopan. Ini adalah hal yang sangat penting dan para siswa harus diajarkan untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Bukan hal yang aneh bagi guru untuk menemui siswa yang bersikap kasar hanya karena mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan benar.

6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menjadi pemimpin

Memiliki karakter seorang pemimpin sangatlah penting. Guru juga dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan, yang sangat bagus. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat tugas kelompok dan memastikan bahwa setiap anggota memiliki kesempatan untuk memimpin kelompok.

7. Bagikan pengalaman yang menginspirasi

Sesekali ceritakan tentang pengalaman pribadi guru yang harus dibagikan kepada siswa. Tidak harus cerita yang bagus untuk menginspirasi, sekecil apapun pengalaman yang diceritakan tetap menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa.

Download

Artikel ini admin buat untuk memberikan kepada Anda contoh Perangkat Pembelajaran Kegiatan Pembiasaan Literasi, semoga artikel ini bermanfaat dan berguna untuk kita semua. Jangan lupa untuk mendukung web situsartikel92.com dengan mengikuti web ini dan terima kasih.

Lihat Juga Artikel Terkait Literasi!

Share:

01 November 2019

Karya Ilmiah Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas 5 dengan Materi Kekayaan Seni Budaya Kita Melalui Metode Diskusi pada Pelajaran IPS

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V DENGAN MATERI KEKAYAAN SENI BUDAYA KITA MELALUI METODE DISKUSI PADA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Nursafiah
S1 PGSD Universitas Terbuka


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara, dengan jumlah 25 Siswa. Terdiri dari 11 Laki-laki dan 14 Perempuan. Pada penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yang  berpatokan pada data sebelum perbaikan siklus I dan siklus II, yaitu pra siklus. pada percobaan yang dilakukan pra siklus di dapat ketuntasan siswa sebanyak 6 siswa dengan persentase 25%. Sedangkan pada siklus I siswa mengalami peningkatan sebanyak 15 siswa yang tuntas dengan persentase 60%. Kemudian dilakukan kembali perbaikan pembelajaran dengan menggunakan siklus II. Ternyata peningkatan kembali terjadi pada siklus II sebanyak 23 siswa dengan persentase 90%. Sedangkan ketidaktuntasan pada penelitian ini dapat dirincikan yaitu pada pra siklus nilai siswa banyak dibawah standar KKM yaitu 19 siswa dengan persentase 75%. Pada siklus I ketidaktuntasan siswa berkurang menjadi 10 siswa dengan persentase 40%. Ternyata ketidaktuntasan semakin menurun setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebanyak 2 siswa dengan persentase 10%. Penggunaan metode yang dilakukan adalah metode diskusi dimana siswa dituntut untuk mengutarakan pikiran, gagasan, ide, pendapat dan lain-lain. 

Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Diskusi

PENDAHULUAN

Hasil kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Timur, Kab. Nunukan, menunjukkan pemahaman siswa terhadap hasil belajar IPS dengan  materi Kekayaan Seni Budaya Kita dengan sub pokok bahasan, Membaca Sekilas serta Terampil dalam Menggunakan Kata dan Kalimat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan penggunaan kata maupun kalimat yang sesuai dengan EYD. Melalui tes tertulis, ternyata banyak siswa yang kurang berhasil. Setelah melakukan beberapa kali pemberian tes tertulis, baru menunjukkan hasil yang diharapkan. Ternyata para siswa tidak bisa memberikan hasil yang memuaskan dengan sekali pemberian tes tertulis. Kemajuan yang diharapkan akan berhasil dengan melakukan beberapa kali tes dengan soal yang sama, kebanyakan siswa masih bingung untuk mengerjakan tes tertulis yang berbentuk Essay. Hal ini terlihat setelah penulis melakukan evaluasi pada pada akhir pelajaran yang diberikan. 

Beberapa permasalahan yang sudah teridentifikasi dan masuk dalam catatan penulis, maka penulis dapat menarik analisis masalah yang sudah dibagi menjadi dua bagian. Yaitu bagian pertama adalah permasalahan yang timbul dari guru dan permasalahan yang timbul dari siswa. Berikut beberapa analisis masalah dari guru yang telah penulis catat diantaranya adalah (1) guru terlalu fokus pada materi tanpa melakukan interaksi kepada siswa, sehingga siswa terabaikan. (2) penjelasan guru terhadap isi materi terlalu bertele-tele dan menggunakan bahasa-bahasa ilmiah sehingga siswa banyak yang tidak mengerti. (3) guru belum kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran, dan selalu saja monoton pada metode ceramah. (4) pemberian contoh sebagai bahan dalam pembelajaran selalu abstrak, guru jarang menggunakan contoh-contoh yang konkret yang mudah siswa pahami. Sedangkan analisis masalah dari siswa adalah (1) terdapat beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran, sehingga muncul pertanyaan dari guru mengenai materi yang di bahas siswa pada diam. (2) siswa banyak membuat kesibukan sendiri, sehingga penjelasan guru terabaikan serta mengganggu suasana belajar yang sudah berjalan dengan baik. (3) pada saat evaluasi yang dilakukan dengan tugas individu, ternyat siswa banyak yang melakukan kerjasama (kelompok).

     Dari penjelasan diatas dapat dipastikan bahwa perlu adanya tindakan yang lebih serius dalam menangani masalah seperti ini, dari identifikasi penulis terhadap permasalah diatas, maka penulis mengambil tindakan untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan memperbaiki sistem pengajaran demi tercapai hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan hasil indentifikasi masalah yang sudah dipaparkan pada Latar Belakang diatas, serta dianalisis dan ditelusuri bersama Supervisor dan Teman Sejawat, maka penulis merumuskan masalah  penelitian sebagai berikut: 

  1. Menerapkan metode diskusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara dalam mata pelajaran IPS tentang materi Kekayaan Seni Budaya Kita.
  2. Meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara pada mata pelajaran IPS dengan materi Kekayaan Seni Budaya Kita melalui metode diskusi.

Sesuai dengan hasil rumusan masalah yang sudah ditentukan, maka tujuan penelitian ini adalah  sebagai berikut :

  1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran IPS dengan metode Diskusi pada pokok bahasan Perbedaan Kekayaan Seni Budaya Kita dan Badan Usah Lainnya di Kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Timur, Kab. Nunukan tahun Pelajaran 2016/2017.
  2. Menganalisis dampak penerapan metode diskusi dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Timur, Kab. Nunukan dalam mata pelajaran IPS dengan materi kekayaan seni budaya kita.

Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat atau merupakan alternative metode Pembelajaran di kelas, adapun harapan penulis dalam penelitian ini kiranya dapat bermanfaat pada:

Meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta kecerdasannya dalam berbagai aspek. Memiliki motivasi dan tekad yang tinggi untuk belajar serta dapat menumbuhkan bakat dan prestasi dalam berbagai hal yang wajib mereka tanamkan dalam diri mereka. 

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatakan kinerja sebagai guru yang professional, sekaligus untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelola. Agar menghasilkan prestasi yang baik bagi siswa dan juga menjadi kebanggan guru. Sehingga guru lebih kreatif serta inovatif dalam menjalankan tugas untuk membimbing dan mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan ikrar guru yang tercantum dalam UUD 1945.

Memberikan motivasi kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sehari-hari. Suatu modal besar dalam memperkaya proses pembelajaran didalam kelas, baik pembelajaran yang terkait dengan materi-materi pelajaran IPS atau pun pelajaran yang lain. Sehingga memberikan suatu revolusi bagi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam belajar.

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard (dalam Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82)  adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25)  hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam  Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19)  Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut  WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Mengajar  adalah  suatu  usaha  yang  sangat  kompleks,  sehingga  sulit menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah satu  alat  untuk  mencapai  tujuan.  Sedangkan  pembelajaran  adalah  suatu kegiatan  yang  dilakukan  oleh  guru  sedemikian  rupa  sehingga  tingkah  laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997:  52) metode  pembelajaran  adalah  suatu  pengetahuan  tentang  cara-cara mengajar  yang  dipergunakan  oleh  guru  atau  instruktur.  Pengertian  lain mengatakan  bahwa  metode  pembelajaran  merupakan  teknik  penyajian  yang dikuasai  oleh  guru  untuk  mengajar  atau  menyajikan  bahan  pelajaran  kepada siswa  di  dalam  kelas,  baik  secara  individual  ataupun  secara  kelompok  agar pelajaran  itu  dapat  diserap,  dipahami  dan  dimanfaatkan  oleh  siswa  dengan baik. 

Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam  Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19)  Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut  WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Mengajar  adalah  suatu  usaha  yang  sangat  kompleks,  sehingga  sulit menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah satu  alat  untuk  mencapai  tujuan.  Sedangkan  pembelajaran  adalah  suatu kegiatan  yang  dilakukan  oleh  guru  sedemikian  rupa  sehingga  tingkah  laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997:  52) metode  pembelajaran  adalah  suatu  pengetahuan  tentang  cara-cara mengajar  yang  dipergunakan  oleh  guru  atau  instruktur.  Pengertian  lain mengatakan  bahwa  metode  pembelajaran  merupakan  teknik  penyajian  yang dikuasai  oleh  guru  untuk  mengajar  atau  menyajikan  bahan  pelajaran  kepada siswa  di  dalam  kelas,  baik  secara  individual  ataupun  secara  kelompok  agar pelajaran  itu  dapat  diserap,  dipahami  dan  dimanfaatkan  oleh  siswa  dengan baik. 

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di kelas V pada sekolah SD Negeri 001 Sebatik Utara, Kec. Sebatik Timur, Kab. Nunukan.  Yang terletak di Jl. H. Beddu Rahim RT. 08 Desa Sei. Pancang Kec. Sebatik Utara, Kab. Nunukan. Adapun pelaksanaan penelitian tersebut dilakukan dengan keterangan bahwa , kelas terdiri dari 25 Siswa dengan rincian 11 laki-laki dan 13 perempuan dengan karakteristik yang berbeda. Kondisi ruang kelas yang menjadi tempat dalam melakukan penelitian memiliki luas 8 x 7 dengan rincian panjang 8 meter, dan lebar 7 meter. 

Dalam penelitian ini memakan waktu dua minggu dengan rincian sebagai berikut :
  1. Pra Siklus dilakukan pada tanggal 25 April 2017 di SD Negeri 001 Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 25 orang, 11 laki-laki dan 14 perempuan. 
  2. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2017 di SD Negeri 001 Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 25 orang, 11 laki-laki dan 14 perempuan.
  3. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2017 di SD Negeri 001 Sebatik Utara dengan keterangan jumlah siswa 25 orang, 11 laki-laki dan 14 perempuan.

Desain penelitian ini merupakan desain penetilian tindakan kelas yang menyangkup lingkup kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru pada pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Berikut gambar desain penelitian tindakan kelas dibawah ini.

PTK memeliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :
  1. Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
  2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
  3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip.
  4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula.
  5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
  6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
  7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.
  8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
  9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu sebagai berikut :

4. Hasil lembar observasi
Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknis analisis dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dengan cara sebagai berikut :

Tabel : 3.1 Kriteria Hasil Lembar Observasi


5. Hasil tes tertulis
Hasil tes tertulis dianalisis tingkat pemahaman siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode diskusi. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes yang dapat dirumuskan:


Data yang diperoleh dari hasil observasi selama proses belajar mengajar selanjutnya dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui apakah tujuan pembelajaran dengan metode diskusi yang digunakan sudah mencapai sasaran atau bahkan tidak mencapai sasaran. Maka perlu untuk mempertimbangkan hal-hal apa saja yang akan di laksanakan penilaiannya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berawal dari data penelitian yang dilakukan pada pra siklus dengan menggunakan metode  diskusi pada materi kekayaan seni budaya kita, memberikan beberapa dampak yang sangat memprihatikan. Ketuntasan siswa pada pra siklus hanya mencapai 25%, ini sangat memberikan gambaran bahwa pemahaman siswa sangat rendah pada materi kekayaan seni budaya kita pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dari persentase pada pra siklus yang hanya menuntaskan 25% siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, berarti masih terdapat 75% siswa yang belum tuntas pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi Kekayaan Seni Budaya Kita. 

Persentase hasil perbaikan siswa yang tuntas belajar belum mengalami kenaikan pada pra siklus dengan persentase 25% tuntas dan 75% tidak tuntas (dari jumlah 25 siswa), hasil belajar siswa dapat dilihat meningkat setelah dilakukan siklus I siswa yang tuntas belajar 60% dan tidak tuntas 40% (dari jumlah 25 siswa), dan pada siklus II yang tuntas belajar menjadi 90% dan tidak tuntas 10% (dari jumlah 25 siswa), dan pada siklus II ketuntasan siswa dalam belajar mencapai 90% dengan mengacu pada standar KKM pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 70. Grafik persentase siswa tuntas dan tidak tuntas tercantum di bawah ini.

Rincian yang ada pada grafik dengan persentase dapat di jabarkan dengan jumlah ketuntasan dengan bilangan sesuai dengan persentase ketuntasan. Pada pra siklus terdapat 25% tuntas dengan rincian 6 Siswa, dan 75% tidak tuntas dengan rincian 19 siswa. Setelah melakukan perbaikan pembelajaran dengan siklus I terdapat 60% tuntas dengan rincian 15 siswa, dan 40% tidak tuntas dengan rincian 10 siswa, sedangkan pada perbaikan pembelajaran dengan siklus II terdapat 90% tuntas dengan rincian 23 siswa, dan 10% tidak tuntas dengan rincian 2 siswa. 

Dari tabel di atas terlihat bahwa pencapaian nilai yang terjadi dari siklus I terjadi peningkatan lumayan drastis dengan peningkatan persentase dari 25% menjadi 60% dengan selisih peningkatan adalah 35% atau setara dengan 13 siswa.

Pada perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V dengan materi kekayaan seni budaya kita dengan menggunakan metode diskusi menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada pra siklus hanya 25% (6 siswa) dari 25 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar dengan KKM 70, sedangkan pada siklus I hanya 60% (13 siswa) sudah mendapatkan nilai tuntas. 

Pada pembelajaran pra siklus ini menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga sangat rendah. Hal ini dikarenakan pada pra siklus belum diterapkan pengelolaan pembelajaran yang menerapkan metode diskusi yang sesuai secara optimal. Guru hanya mengajar dengan pola lama, sehingga anak-anak mudah jenuh dan merasa bosan, tidak bersemangat mengikuti pembelajaran, dan guru tidak mengkondisikan siswa siap secara fisik dan psikis. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus benar-benar belajar yang komprehensif, seperti pendapat Bell-Gredler (1986:1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. 

Setelah diterapkannya metode diskusi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siklus I, hasil belajar siswa mulai meningkat bila dibandingkan dengan pembelajaran pra siklus. Berpedoman dari hasil pembelajaran pada siklus I maka penulis berusaha meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan metode diskusi dalam perbaikan pembelajaran siklus II. 

Dengan menerapkan metode diskusi secara tepat dan memberdayakan siswa dalam proses pembelajaran secara optimal seperti memberi kesempatan bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat serta ide dan gagasan, serta menggunakan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses instruksional (pembelajaran), sumber informasi adalah guru, siswa, atau orang lain. Hanya, dalam hal ini, media mendapat definisi lebih khusus, yakni “teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran” (Scramm,1977), atau “sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran” (Briggs, 1997). 

Jadi dapat disimpulkan secara sederhana bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya. Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran.

KESIMPULAN

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode Diskusi ini, membuat guru untuk mampu merefleksi dirinya sendiri sehingga dalam pemberian materi di kelas dapat dilakukan secara benar, saat memberikan penjelasan tidak terlalu cepat dan guru juga mampu memberikan contoh yang konkret agar mudah dipahami oleh siswa. Selain itu guru juga harus pandai dalam memilih metode mengajar yang tepat dan guru juga berkenan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan adanya pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas ini sudah tentu membuat siswa semangat dalam memperhatikan penjelasan guru dan diharapkan pu;a siswa semangat dalam memperhatikan penjelasan guru dan diharapkan pula siswa tidak akan saling mencontoh hasil tugas di kelas.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada bebeapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, yaitu:
  1. Dalam pemberian materi pelajaran hendaknya melibatkan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sesuai pemahaman yang dimiliki oleh siswa tersebut.
  2. Saat memberikan penjelasan hendaknya jangan terlalu cepat dan jangan lupa menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.
  3. Hendaknya guru memberikan pertanyaan dan juga memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa.
  4. Hendaknya ada tindak lanjut untuk melalui Musyawarah Guru Mata pelajaran (MGMP) dan mengikuti diklat dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran.

DAFTAR  PUSTAKA

  • Andayani, dkk. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
  • Chotimah, Husnul, dkk. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfa Beta
  • Hanif Nurcholis, Mafrukhi,(2007). Saya Senang Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas V.  Jakarta. Erlangga
  • Sudjana, (2002). Metodologi Penelitian dan Statistik. Jakarta: Rineke Cifta
  • Syaiful B.Dj. & Aswan Z. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta . Rineka Cipta.
  • Susilaningsih, E. & Limbong, L.S. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Jakarta. Pusat Perbukuan Depdiknas
  • Tahir, M. (2014). Pengertian Pendidikan. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://www.lebahmaster.com/pengertian-pendidikan/
  • Hariyanto. (2017). Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
  • Mulyana, A. (2012). Pengertian Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html
  • Ardiansyah, R. (2014).  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Diakses 03 Mei 2017. Sumber : http://www.idsejarah.net/2014/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html
  • Mulyana, A. (2012). Pengertian Metode Pembelajaran dan Jenisnya. Diakses tanggal 03 Mei 2017. Sumber : http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelaaran-dan.html
  • Sora, N. (2016). Pengertian Diskusi dan Macamnya serta Manfaatnya. Diakses 03 Mei 2017. Sumber : http://www.pengertianku.net/2016/03/pengertian-diskusi-dan-macamnya-serta-manfaatnya.html

Share:

Kesehatan Tulang Penting Untuk di Jaga Kini & Nanti

Kesehatan tulang harus menjadi masalah serius. Seiring bertambahnya usia, kita sering mengalami masalah pada degenerasi tulang, termasuk kerapuhan tulang karena kehilangan kalsium. Perubahan gaya hidup perlu dilakukan, seperti berhenti merokok, menghindari minuman bersoda dan alkohol, makan lebih banyak sayuran hijau, dan lebih banyak terpapar sinar matahari, semua itu dapat membantu mencegah keropos tulang lebih dini.

Asupan kalsium dan vitamin D dalam bentuk makanan atau suplemen juga sangat penting untuk metabolisme tulang. Perbaiki dengan aktif berolahraga, minimal jalan kaki di pagi hari. Mengapa olahraga sangat membantu menjaga kesehatan tulang? Karena setiap olahraga atau aktivitas fisik melibatkan tulang dan persendian. Tulang menopang tubuh dan dibantu oleh persendian untuk membuat gerakan menjadi fleksibel. Olahraga akan menjaga kelenturan sendi, menguatkan otot, dan menjaga kepadatan tulang.

Situs web www.osteoporosis.org.au menjelaskan bahwa olahraga teratur dapat membantu meningkatkan kepadatan tulang. Namun, tidak semua jenis olahraga cocok untuk kesehatan tulang. Berikut adalah beberapa jenis latihan yang dapat Anda pilih sebagai permulaan dalam berolahraga di rumah.

1. Latihan menahan beban

Jenis latihan ini sama dengan latihan melawan gravitasi, sehingga bermanfaat untuk menerapkan latihan ini dengan memberikan beban yang dibutuhkan pada tulang dan membantu mengembangkan tulang yang kuat dan sehat. Jenis olahraga tersebut antara lain latihan beban, jalan kaki, jogging, yoga, dll.

2. Latihan otot

Otot dan tendon yang lemah (jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) mempengaruhi fungsi dan pergerakan sendi, sehingga membuat tulang rawan untuk menjadi kaku. Berenang dapat mengaktifkan banyak otot yang menempel pada tendon. Semakin sering aktivitas otot, semakin baik untuk kesehatan tulang.

3. Cobalah olahraga intensitas sedang secara teratur setidaknya selama 30 menit sehari

Olahraga terus-menerus dapat membangun kekuatan dan koordinasi otot, menyeimbangkan tubuh, dan bermanfaat bagi kesehatan jantung.

Selain olahraga teratur, usahakan untuk makan lebih banyak makanan kaya kalsium, seperti sayuran hijau (brokoli, selada, bayam) dan buah-buahan segar (alpukat, apel, pisang). Kurangi makanan yang asam (asam) seperti protein hewani.

4. Menjaga berat badan 

Menjaga berat badan merupakan suatu cara untuk menjaga kesehatan serta kekuatan tulang kita. Pastikan berat badan Anda berada dalam kisaran yang masuk dalam kategori sehat. Hal ini berarti berat badan anda tidak terlalu kurus, karena itu akan meningkatkan risiko anda terkena osteoporosis. Namun, jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, Anda berisiko mengalami masalah kesehatan kronis. 

5. Kurangi konsumsi kafein

Jika Anda menyukai kopi, mungkin sulit untuk menjaga kesehatan tulang Anda dengan cara ini. Sayangnya, konsumsi minuman yang memiliki kafein tinggi misalnya kopi memang harus dibatasi. Kafein mengurangi kemampuan tubuh dalam membantu untuk menyerap kalsium secara optimal, sehingga dengan mudah melemahkan tulang. Karena itu, daripada banyak konsumsi kafein, lebih baik banyak mengonsumsi air putih. Anda masih minum minuman berkafein favorit Anda, tetapi dalam jumlah sedang!

6. Batasi asupan garam berlebih

Sebagai penambah rasa yang tak dapat di pisahkan dari masakan, justru garam dapat mempercepat hilangnya kalsium yang ada dalam tubuh kita, sehingga sangat mempengaruhi kepadatan tulang. Oleh sebab itu, sebaiknya perlu dikurangi asupan garam dalam tubuh kita. Setidaknya Anda tidak boleh mengonsumsi lebih dari 1 sendok teh garam per hari. Kurangi juga makanan dengan kandungan garam tinggi, seperti keripik kentang, pizza dan snack lainnya.

7. Makan sayuran lebih banyak

Tahukah Anda bahwa sayuran memiliki banyak manfaat bagi kesehatan? Makan sayur juga merupakan cara menjaga kesehatan tulang, lho! Sayuran mengandung vitamin C, yang bertindak sebagai molekul antioksidan dan merangsang sel-sel pembentuk tulang. Inilah mengapa jika ingin menjaga kepadatan tulang, sayuran sangat dianjurkan. Ingatlah bahwa kepadatan tulang yang rendah adalah ciri umum dari masalah kesehatan tulang, seperti osteopenia (massa tulang rendah) dan osteoporosis.

Share:

31 Oktober 2019

Karya Ilmiah Penerapan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat Peraga untuk Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Lima

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV

ABSTRAK

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 005 Sebatik Barat yang berjumlah 28 siswa dengan siswa laki 18 dan perempuan 10 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas siswa pada siklus I persentase pencapaian indikator yang diamati (63,4%) sedangkan pada siklus II rata-rata aktifitas siswa (86,9%).hasil evaluasi belajar siswa pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa mencapai (79%) dan nilai rata-rata kelasnya (83,61) sedangkan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 100% dan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 93.

Dengan demikian pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat  Peraga dapat meningkatkan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Alat Peraga, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan dasar sebagai jenjang pendidikan pertama dalam sistem sekolah di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca tulis - hitung, Pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya.

Menurut Suherman, dkk ( 1995) dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mampu menjelaskan konsep kepada siswanya. Usaha itu dapat dibantu dengan alat peraga, karena dengan bantuan alat - alat tersebut yang sesuai dengan topik yang diajarkan, konsep akan dapat lebih mudah dipahami dengan lebih jelas.

Kesulitan belajar matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus matematika yang memiliki objek abstrak yang bisa dikatakan "bersebrangan" dengan perkembangan intelektual anak didik. Dengan demikian mudah dipahami bahwa kesulitan belajar matematika kapan pun selalu ada, karenanya usaha mengatasinya harus dan perlu dilakukan secara terus menerus dengan kesabaran tinggi (Ratini dkk, 200).

Kesulitan pada pembelajaran matematika tersebut didapatkan peneliti di SD Negeri 005 Sebatik Barat. Proses pembelajaran yang dilakukan masih menunjukkan bahwa pembelajaran pembelajaran matematika belum optimal, guru mengajar menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, catat dan hafal ( 3 DCH) sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM) monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Di samping itu guru kurang maksimal memanfaatka media dan penggunaan alat peraga selam proses pembelajaran.

Berdasakan hasil observasi data yang didapatkan, menunjukkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun datar di kelas IV semester 1 SD Negeri 005 Sebatik Barat nilainya sangat rendah dari  28 siswa hanya 8  siswa (33,33%) yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (3KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60, Sementara siswa yang belunm tuntas 20 siswa (66,67) berarti hasil belajar siswa secara individual maupun secara klasikal dalam materi ini belum barhasil karena ketuntasan belajar secara klisikal baru mencapai 33,33%.

Latar belakang permasalah di atas mendorong peneliti untuk dapatmemberikan konstribusi positif bagi peningkatan hasil belajar siswa SD Negeri 005 Sebatik Barat melalui pendekatan penggunaan alat peraga sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Siswa akan senang tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran Matematika sehingga dengan pembelajaran tersebut siswa mampu mencapai tujuan pembelaajaran yang optimal.

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan,  kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

 Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely (dalam Faisal, 2013) mengemukakan bahwa "belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati".

Sedangkan Menurut Gagne (dalam Fasial, 2013) belajar didefinisikan sebagai "suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman". Slameto (dalam Faisal, 2013) menyatakan belajar adalah "suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh  suatu perubahan tingkah laku  yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".

Lebih lanjut Abdillah (dalam Faisal, 2013) menyimpulkan bahwa "belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu".

Dengan demikian dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

Pembelajaran Matematika akan bermakna bagi siswa apabila siswa aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di bawah bimbingan guru. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (cotextual problem).

Menurut Estiningsih (dalam Kartika, 2012) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat  alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai  dengan tipe siswa belajar. Contoh: papan tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbentuk persegipanjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru menerangkan bangun geometri dalam persegipanjang. Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Sedangkan sarana merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan pembelajaran. Dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan dapat memperlancar pembelajaran. Contoh: papan tulis, jangka, penggaris, lembar tugas (LT), lembar kerja (LK), dan alat-alat permainan.

Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi  seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran Matematika dengan menerapakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK pertama kali dipakai oleh Kurt Kewin. PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara berkesinambungan.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Penelitian akan dilaksanakan di SDN 005 Sebatik Barat,  RT 02 Mantikas Desa Setabu. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada pembelajaran Matematika kelas IV semester I tahun pelajaran 2016/2017.

Adapun istrumen penelitian yang digunakan sebabagai berikut. 1). Tes terdiri dari tes akhir. Tes akhir dilakukan setelah tindakan, tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil tes akhir siklus tersebut, selanjutnya dianalisis dan dilakukan refleksi untuk perbaikan tindakan. 2). Lembar obsevasi yaitu Format lembar observasi aktivitas siswa disusun berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengamati kegiatan siswa berupa kecakapan pribadi atau aktivitas serta peran siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru dan dibantu oleh observer.

Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar  siswa materi Operasi hitung bilangan siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat dengan indikator sebagai berikut. 1). Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika meningkat dengan kriteria baik. 2). Ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat secara klasikal mencapai 85 % dan ketuntasan belajar secara individual sebesar 70.

HASIL PENENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 Hasil belajar siswa dengan materi pelajaran Mengukur Besar Sudut dengan Satuan Tak Baku,dan materi Mengukur Besar Sudut dengan Satuan Baku, diakhiri dengan evaluasi. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti mengumpulkan data yang kemudian dianalisis. Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi berupa pengamatan keaktivan siswa dan hasil belajar siswa. Data hasil observasi diambil dari keaktivan siswa yang digunakan untuk mengetahui keaktivan siswa  dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga. Hasil tes  untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga.

Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus I dilaksanakan pada 19 dan 21 September 2016 dengan jumlah siswa 28 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada siklus ini peneliti bertindak sebagai guru dan dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal evaluasi  dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti dibantu teman sejawat mengamati jalannya kegiatan siklus I. Ada dua data observasi yang diperoleh melalui pengamatan siklus I yaitu : 1). Hasil observasi tentang Aktifitas siswa., 2). Analisis hasil evaluasi siswa

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat 18 siswa yang mendapatkan nilai 85-100 atau 64,3% siswa mendapatkan nilai dengan kriteria amat baik, 4 siswa mendapatkan nilai 70-84 atau 14,3% mendapatkan nilai dengan kriteria baik. Sedangkan siswa yang nilainya belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) jumlah 6 siswa atau 21,4%, dengan demikian ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus masih belum tercapai sesuai dengan yang sudah ditetapkan yaitu 85%.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Keaktivan siswa masih kurang dalam mengikuti pembelajaran, 2) Siswa masih takut bertanya selama kegiatan pembelajaran berlangsung, 3) Siswa masih ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan guru, 4) Ketuntasan belajar secara klasikal baru mencapai 78,57%. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti masih belum puas dengan hasil yang diperoleh pada siklus I. Oleh sebab itu, peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II.

Pelaksanaan Tindakan Kelas siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 26 dan 28 September 2016 di kelas IV dengan jumlah siswa 28 siswa. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan pelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang bertugas  mengamati jalannya kegiatan siklus II. Ada dua data observasi yang diperoleh melalui pengamatan siklus II yaitu : 1). Analisis hasil evaluasi siswa, 2). Hasil observasi tentang Aktifitas siswa.

Pada kegiatan belajar mengajar pada siklus II yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi menggunakan alat peraga mendapatkan respon cukup baik dari siswa, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase pencapaian dari kelima indikator yang diamati.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II  diketahui terdapat 25 siswa yang mendapatkan nilai 85-100 atau 89,3% siswa mendapatkan nilai dengan kriteria amat baik, 3 siswa mendapatkan nilai 70-84 atau 10,7% mendapatkan nilai dengan kriteria baik. Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II mencapai 100% dengan demikian tujuan penelitian telah tercapai pada siklus II.

Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik dalam proses belajar mengajar dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar telah terlaksana dengan baik, 2) Berdasarkan data hasil pengamatan aktivitas siswa diketahui bahwa siswa aktiv selama proses   belajar berlangsung, 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik, 4) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif implementasi pengguanaan metode demonstrasi menggunakan alat peraga menunjukkan  adanya peningkatan aktifitas siswa dan meningkatnya hasil belajar siswa. Sesuai dengan rumusan masalah, dan berdasarkan hasil pengumpulan data dan anlisis data dapat dibahas dua hal yaitu: 1) Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II, dan 2) Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

Rata-rata peresentase pencapaian aktivitas siswa pada siklus I 76% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 90%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil analisis data siklus I dan siklus II diketahui terjadi peningkatan hasil belajar siswa dijelaskan bahwa pembelajaran Matematika dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat kita lihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai 85-100 yaitu 18 siswa kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 25 siswa. Siswa yang mendapat nilai 70-84 pada siklus I yaitu 4 siswa kemudian pada siklus II menrun menjadi 3 siswa, siswa yang nilainya belum mencapai KKM pada siklus I sebanyak 6 siswa kemudian pada siklus II seluruh siswa nilainyan telah mencapai KKM atau tuntas 100%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I 83,61 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 93 atau mengalami peningkatan 9,4 point.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi  belajar siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat.Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas  belajar siswa kelas IV SDN 005 Sebatik Barat.

DAFTAR PUSTAKA

  • Anonimus, 2011. Buku Petunjuk Matematika Pemula/Dasar Sekolah Dasar. Bekasi: PT.Grand Sains.
  • Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
  • Dinas   Pendidikan   dan   Kebudayaan,   2002.   GBPP Mata  Pelajaran Matematika.
  • Faisal, Muhammad. 2013. Pengertian Belajar dan Pembelajaran. (online). http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html.  diakses pada tanggal 17 April 2013.
  • Karso Dkk, 2003 "Pendidikan Matematika I Jakarta Universitas Terbuka "
  • Musaini, 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA (Tumbuhan Hijau) Menggunakan Alat Peraga KIT IPA SEQIP Berbantuan Media Pembelajaran TIK di Kelas V SDN 002 Sebatik Barat. Skripsi.
  • Nasution, Noehi. 2008. Evaluasi Pengajaran. Edisi pertama . Universitas terbuka Jakarta.
  • Nur, Taslim. 2007. Penerapan pembelajaran problem solving dipadu kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan proses, hasil belajar dan respon siswa pada konsep ekosistem di kelas X SMA negeri 3 Ternate tahun ajaran 2006/2007. Tesis. Universitas Negeri Malang, Malang (tidak dipublikasikan)

Share: