24 Desember 2018

PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM


A. Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum menggunakan beberapa prinsip yang dapat memenuhi harapan siswa, diantaranya :
  1. Prinsip berorientasi pada tujuan/kompetensi, Yaitu arah bagi pengembangan komponen-komponen lainnya yang memiliki tujuan lebih spesifik dan operasional. Selain itu, tujuan itu juga harus komprehensif meliputi aspek kognitif, afektif, atau psikomotorik.
  2. Prinsip kontinuitas, Yaitu kesinambungan bahan/materi kurikulum antara jenis dan jenjang program pendidikan. Selain itu, materinya harus memiliki hubungan hierarkis fungsional. Termasuk ruang lingkup dan urutan atau sistematis.
  3. Prinsip fleksibilitas, Yaitu ruang gerak dalam mengambil keputusan tentang kegiatan yang dilaksanakan pelaksana kurikulum.
  4. Prinsip integritas, Yaitu keterpaduan, pengembangan kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip keterpaduan. Supaya membentuk manusia yang utuh, pribadi yang integrated. Selain itu, kurikulum harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan hidup (life skills) yang meliputi : (1) keterampilan personal (personal skill); (2) keterampilan berpikir rasional (thinking skill); (3) keterampian sosial (social skill); (4) keterampilan akademik (academic skill); (5) keterampilan vokasional (vocational skill).

Penyusunan KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 
(1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan; (2) beragam dan terpadu; 
(3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; 
(4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; 
(5) menyeluruh dan berkesinambungan; 
(6) belajar sepanjang hayat; 
(7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

B. Prinsip Khusus pengembangan Komponen Kurikulum
Prinsip yang berkenaan dengan komponen tujuan, materi/isi, metode dan media, serta komponen evaluasi. Menurut Sukmadinata (2000; 152-155) prinsip pengembangan kurikulum khusus yang berkaitan dengan pengembangan komponen-komponen kurikulum.

1. Prinsip yang Berkenaan dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan jangka panjang, jengka menengah, jangka pendek (khusus). Sumber perumusan tujuan pendidikan ; (1) ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan; (2) survei mengenai persepsi orang tua /masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka; (3) survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu yang dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa; (4) survei tentang manpower (sumber daya manusia/tenaga kerja); (4) pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama; serta (5) penelitian.

2. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Isi Pendidikan
Beberapa pertimbangan dalam menentukan isi pendidikan/kurikulum adalah : (1) perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar; (2) isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan; (3) unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, sikap, dan keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.

3. Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar hendaknya mmemperhatikan hal-hal berikut ; (a) apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor ?; (b) apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran ?; (c) apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa ?; (d) apakah metode/teknik tersebut dapat memberikan urutan kegiatan yang betingkat-tingkat ?; (e) apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa atau mengaktifkan guru atau keduanya ?; (f) apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru ?; (g) apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan dirumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar yang ada di rumah dan masyarakat ?;

4. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Beberapa prinsip yang menjadi pegangan dalam pemilihan media atau alat bantu pembelajaran; (a) alat/media apa yang diperlukan ? apakah semuanya sudah tersedia ? bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya ?; (b) kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana membuatnya, siapa yang membuat, berapa biayanya, serta berapa lama waktu pembuatannya ?; (c) bagaimana pengorganisasianalat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul atau paket belajar ?; (d) bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar ?.

5. Prinsip yang Berkenaan dengan Penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan penilaian adalah : (a) bagaimakah karakteristik kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan di tes?; (b) berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes? ; (c) apakah tes tersebut berbentuk uraian atau pilihan?; (d) berapa banyak butir tes yang perlu disusun?; (e) apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau siswa?;

Beberapa prinsip penilaian yang perlu diperhatikan adalah : (a) norma penilaian apa yang akan digunakan dalam pengelolaan hasil tes?; (b) apakah digunakan formula guessing?; (c) bagaimana pengubahan skor mentah kedalam skor masak?; (d) standar apa yang akan digunakan?; (e) untuk apakah hasil tes digunakan?.

Terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum, diantaranya : 
(1) analisis dan diagnosis kebutuhan; 
(2) perumusan tujuan; 
(3) pemilihan dan pengorganisasian materi; 
(4) pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar; serta pengembangan alat evaluasi.

Menurut Benyamin S. Bloom dengan Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan menjadi tiga ranah/domain yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M. D. Gall (1981; 18-25) mengemukakan sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan, membuat kebutuhan adopsi, serta menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan.

Menurut Mc. Neil (1977: 134) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum, yaitu : 
  1. apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan dapat memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang di cita-citakan? ; 
  2. apakah kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya?. 
Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, terhadap implementasi kurikulum dan terhadap hasil yang dicapai.

Share:

LANDASAN DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Landasan Pengembangan Kurikulum

Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu kurikulum satuan pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Menurut salah seorang pakar ilmu kurikulum yang bernama Robert S. Zais (1976), kurikulum suatu lembaga pendidikan didasarkan pada lima landasan (Foundations), yaitu :

(1) philosophical assumption (asumsi-asumsi filosofis), 
(2) epistemology (the nature of knowledge) (sifat-sifat pengetahuan , 
(3) society/ culture (masyarakat/kebudayaan), 
(4) the individual (individu/peserta didik), dan 
(5) learning theory (teori-teori belajar).

Selain pandangan pakar kurikulum di atas, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat landasan pokok yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis (social budaya) dan teknologis (perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi).

  • Landasan filosofis berkaitan pentingnya filsafat dalam membina dan mengembangkan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. Filsafat menjadi landasan atau rujukan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya dalam pengembangan kurikulum. Tujuan dan isi kurikulum pada dasarnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis. Pandangan filosofis yang berbeda akan mempengaruhi dan mendorong aplikasi pengembangan kurikulum yang berbeda pula. Berdasarkan filosofis inilah ditentukan tujuan-tujuan pendidikan.
  • Landasan psikologis terutama berkaitan dengan teori belajar dan teori perkembangan anak. Teori belajar memberikan konstribusi dalam hal bagaimana isi kurikulum itu disampaikan kepada siswa dan bagaiman siswa harus mempelajarinya. Teori perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang akan diberikan kepada siswa agar tingkat kelulusan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
  • Landasan sosiologis berkaitan dengan pentingnya mempertimbnagkan aspek perkembangan masyarakat dan kebudayaan dalam mengembangkan kurikulum suatu pendidikan. Pendidikan selalu mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya yang menjadi dasar dan acuan bagi pendidikan dan kurikulum.
  • Landasan teknologis berkaitan dengan pentingnya mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikan. Karena pengembangan program pendidikan (kurikulum)  harus dilandasi dan mengacu pada perkembangan dan kemajuan IPTEKS yang secara langsung akan menjadi isi/materi kurikulum dan cara penyampaiannya.

B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Menurut Wina Sanjaya (2008:77) pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seeorang terhadap suatu proses tetentu. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang peruses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum itu sendiri, berkenaan dengan pengembangan kurikulum yang sifatnya sama sekali baru (curriculum construction) maupun berupa penyempurnaan atau perbaikan dari kurikulum yang telah atau sedang dilaksanakan saat ini (curriculum improvement).

Dalam pengembangan kurikulum terdapata tiga sudut pandang pendekatan  yaitu pendekatan dari sudut pandang kebijakan pengembangan kurikulum, pengorganisasian isi kurikulum dan orientasi penyususnan kurikulum.

  • Pendekatan dari sudut pandang kebijakan pengembangan kurikulum, Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum dari sudut pandang kebijakan yaitu :
    • Pendekatan administratif (administrative approach) yaitu pendekatan pengembangan kurikulum dengan menggunakan system komando dari atas ke bawah. Pendekatan ini disebut juga pendekatan top-down karena pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif dan gagasan para pemegang kebijakan pendidikan atau administrator pendidikan di tingkat pusat dengan menggunakan prosedur administratif.
    • Pendekatan akar rumput (grassroots approach) yaitu pendekatan pengembangan kurikulum yang diawali dengan inisiatif dari bawah (guru dan kepala sekolah) selanjutnya disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas. Pendekatan ini sering juga dinamakan pendekatan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas (bottom up). Dalam proses pengembangan kurikulum, guru atau kelompok guru memiliki peranan yang sangat besar, sedangkan administrator pendidikan tidak lagi berperan sebagai pengendali tetapi berperan sebagai motivator dan fasilitator.
  • Pendekatan dari sudut pandang pengorganisasian isi kurikulum, Ada tiga pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum dari sudut pandang pengorganisasian isi kurikulum yaitu :
    • Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject) yaitu pendekatan yang bertitik tolak dari mata pelajaran (subject) sebagai suatu disiplin ilmu yang terpisah antara satu dengan yang lainnya.
    • Pendekatan interdisipliner yaitu pendekatan yang berangkat dari masalah-masalah social yang ada dalam kehidupan nyata yang tidak mungkin ditinjau hanya dari satu segi/aspek saja. Pendekatan interdisipliner terdiri atas tiga jenis pendekatan yaitu :
      • Pendekatan structural bertitik tolak dari suatu disiplin ilmu tertentu, misalnya IPS didalamnya terdiri atas sejarah, geografi dan sosiologi. IPA didalamnya terdiri atas biologi, kimia dan fisika.
      • Pendekatan fungsional bertitik tolak dari suatu masalah tertentu yang terjadi dalam masyarakat atau lingkungan sekolah. Misalnya masalah yang dipilih dan akan dipelajari adalah masalah-masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.
      • Pendekatan daerah bertitik tolak dari pemilihan suatu daerah tertentu sebagai subjek pelajaran. Berdasarkan daerah itu, kemudian dipelajari hal-hal yang berkaitan dengan letak geografi, keadaan ekonomi, antropologi, adat istiadat dan bahasa.
    • Pendekatan terpadu (integrated) yaitu pendekatan bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur, di mana kurikulum di susun sedemikian rupa agar mampu mengembangkan pribadi yang utuh. Pendekatan pembelajaran tematik merupakan penerapan dari pendekatan ini.
  • Pendekatan dari sudut pandang orientasi penyusunan kurikulum, Pendekatan pengembangan kurikulum dalam sudut pandang ini pada umumnya di dapat bedakan menjadi tiga yaitu : 
    • Pendekatan yang beorientasi pada tujuan mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas, mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan satuan pendidikan (tujuan internasional), tujuan mata pelajaran (tujuan kurikuler), sampai dengan tujuan pembelajaran (tujuan intruksional).
    • Pendekatan yang beorientasi pada bahan ajar mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan atau sangat menitikberatkan pada bahan ajar atau materi pelajaran yang akan diajarkan, dimana tujuan dapat ditentukan berdasarkan bahan ajar tersebut.
    • Pendekatan yang beorientasi pada kegiatan belajar mengajar yaitu menitikbratkan pada cara siswa belajar, serta cara dan langkah-langkah yang perlu dilakukan agar siswa menguasai keterampilan untuk mendapatkan pengetahuan.
Share:

13 Desember 2016

PEGUNUNGAN ANDES

image
Pegunungan Andes (Bahasa Quechua, anti, "jengger tinggi") adalah pegunungan terpanjang di dunia yang membentuk rangkaian dataran tinggi sepanjang pantai barat Amerika Selatan. Pegunungan ini panjangnya lebih dari 7.000 km, lebarnya mencapai 500 km pada beberapa tempat (terlebar pada 18° sampai 20° LS), dan memiliki ketinggian ratarata sekitar 4.000 m. Pegunungan ini membentang melalui tujuh negara: Argentina, Bolivia, Chili, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Venezuela, yang kadang disebut "Negara-Negara Andean" (Andean States).


Rangkaian pegunungan Andes terutama terdiri dari dua pegunungan besar Cordillera Oriental dan Cordillera Occidental, yang sering dipisahkan dengan depresi antara yang dalam, di mana kemudian muncul rangkaian pegunungan minor, seperti Cordillera de la Costa di Chili. Cordillera de la Costa berawal dari ujung selatan benua dan berlanjut ke utara, paralel dengan pantai, terpecah menjadi beberapa pulau di bagian awalnya dan selanjutnya membentuk batas barat lembah tengah besar Chili. Ke utara, rangkaian di pesisir ini berlanjut sebagai rangkaian perbukitan atau bukit-bukit terpencil sepanjang Samudra Pasifik sampai mencapai Venezuela, dengan selalu membentuk lembah di bagian barat rangkaian besar.

Gunung tertinggi di Andes adalah Aconcagua yang menjulan 6.962 m dpl. Puncak Chimborazo di wilayah Ekuador adalah titik di permukaan bumi yang paling jauh dari pusat bumi karena adanya gelembung khatulistiwa (equatorial bulge). Andes tidak dapat menyamai Himalaya dalam hal ketinggian, tetapi melebihinya dalam segi lebar dan lebih panjang dua kali lipat dari padanya.

image
Share:

12 Desember 2016

Contoh Makalah HAM Dalam Presfektip Konstitusi dan Presfektif Hukum Internasional



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HAM merupakan pemberian dan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang melekat pada diri setiap manusia, dan tidak akan berubah sampai manusia meninggal dunia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa HAM merupakan satu fitrah yang dimiliki setiap orang tanpa mengenal status dan kedudukan, HAM merupakan sunnatullah yang tidak bisa di tentang atau ditiadakan oleh siapaun. Pentingnya menegakkan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan akan memberikan kontribusi yang besar bagi upaya-upaya melindungi HAM dalam suatu Negara terutama dalam NKRI sesuai dengan konstitusi HAM yang diatur dalam UUD 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia.
Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini berbangsa-bangsa dengan tujuan untuk saling mengenal. Maka demikian manusia melakukan hubungan satu sama lain, bergaul dan bekerja sama. Namun dalam proses pergaulan antara bangsa tidak terlepas dari persaingan (competition) dan pertikaian (conflict). Perang Dunia II mengakibatkan jatuh korban jiwa yang sangat besar. Peristiwa ini diberbagai belahan dunia melahirkan keperihatinan yang mendalam terhadap peristiwa penistaan nilai kemanusian dalam perang besar tersebut. Keperihatinan tersebut kemudian mendorong kesadaran umat manusia untuk mengedepankan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana isi, kandungan atau bidang-bidang HAM yang dijamin atau dilindungi oleh UUD 1945 (konstitusi) berlaku di indonesia?
  2. Mengapa dibutuhkan peradilan HAM internasional?
Share:

15 April 2016

MITOS MENULIS DAN BENTUK KARANGAN

Menulis dalam pandangan Graves (1978) :
  1. 1. Orang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa ia menulis, menulis atau mengarang memang memerlukan waktu, energi, pikiran, dan perasaan. sebenarnya, banyak hal yang dapat dilakukan dengan /dan diperoleh dari menulis. contohnya pada zaman kemerdekaan, hasil tulisan Soekarno dapat membakar semangat nasionalisme menentang penjajahan. Zaman pergolakan Mohamad, tulisan mampu membakar dan membangkitkan semangat orang untuk menghadapi kezaliman penguasa.
  2. Orang enggan menulis karena merasa tidak berbakat dalam menulis, karena menulis merupakan sebuah kemahiran, maka penguasaannya memerlukan proses belajar dan latihan yang sistematis dan terus-menerus.
  3. Orang enggan menulis karena merasa tidak tahu bagaimana menulis, pengetahuan karang-mengarang, tetapi proses belajar yang dialaminya kurang memicu minat dan memberinya pengalaman yang bermakna untuk menulis secara kreatif berbagai corak karangan. beberapa hal yang mempengaruhi karena kurangnya masukan atau balikan yang memadai dari pembaca.
Smith (1981) menegaskan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami anak di sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi gurunya sendiri.
Mengarang adalah akumulasi kemampuan yang terdiri dari berbagai daya (daya pikir, daya nalar, daya rasa) yang berkaitan dengan penguasaan persoalan kebahasaan,psikososial, tata tulis, dan pengetahuan tentang isi tulisan.
Karangan Ilmiah (scientific paper) dapat didefinisikan sebagai tulisan atau karangan yang menyajikan hasil riset dan pemikiran keilmuan (derntl, 2009). dengan demikian karangan ilmiah berisikan sajian tentang gagasan atau pemikiran yang didasarkan pada bukti-bukti empirik atau kajian teoritis yang dapat dilacak dan/atau dibuktikan kebenarannya. sedangkan karangan sastra dapat didefinisikan sebagai tulisan atau karangan kreatif yang merefleksikan kehidupan nyata dan mengandung keindahan.
No. Aspek Karangan Ilmiah Karangan Sastra
1 Sasaran pembaca
Kelompok yang memiliki minat dan latar belakang pengetahuan tertentu.
Kelompok Umum
2 Tujuan Menjelaskan atau mempengaruhi pendapat orang lain berdasarkan bukti atau teori tertentu yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah. Menghibur, mendidik, dan/atau mempengaruhi pendapat orang lain melalui kekuatan estetika bahasa.
3 Isi Pengetahuan yang berisi bukti-bukti empirik, pemikiran, atau kajian teoritis, yang bersifat objektif. Realita kehidupan nyata atau khayalan, dan besifat subjektif.
4 Bahasa Lugas, kata-kata/istilah teknis (keilmuan), dan taat asas dalam pemakaian kaidah bahasa perbedaan penafsiran antarpembaca atas isi karangan dihindari. Banyak kata konotatif dan jika perlu kaidah bahasa dapat dilanggar.
Memanfaatkan kekuatan kata-kata dan perangkat bahasa lainnya untuk membangkitkan daya imajinasi pembaca.
Perbedaan penafsiran antar-pembaca atas isi karangan diperbolehkan.
5 Penyajian Mengikuti pola sajian tertentu. Struktur karangan terdiri atas: pendahuluan, isi (termasuk pembahasan), simpulan/rekomendasi, dan daftar pustaka.
Paparan: dilengkapi dengan gambar atau piktorial (chart, diagram, tabel) dan/atau sumber kutipan pendapat ahli untuk mendukung/menolak suatu gagasan.
Pola saji relatif bebas tergantung tipe karya sastra dan kreatifitas penulis.
Dalam struktur karangan tidak ada simpulan/rekomendasi eksplisit dan daftar pustaka. dapat dilengkapi dengan gambar.
Share:

05 April 2016

MANFAAT MENULIS

images (1)

Terdapat 4 manfaat menulis sesuai dengan yang disampaikan oleh Graves (1978). Diantaranya :

1. Menulis mengembangkan kecerdasan

Menurut para ahli psikolinguistik, menulis merupakan suatu aktivitas kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmoniskan berbagai aspek. beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh calon penulis :

{a} mendengar, melihat, dan membaca yang baik; {b} memilah, memilih, mengolah, mengorganisasikan, dan menyimpan informasi yang diperolehnya secara kritis dan sistematis; {c} menganalisis sebuah persoalan dari berbagai perspektif; {d} memprediksi karakter dan kemampuan pembaca; serta {e} menata tulisan secara logis, runtut, dan mudah dipahami. 

Menurut Cunningham, dkk (1995) secara tegas menyatakan bahwa menulis adalah berpikir. Dalam menulis terdapat sembilan proses berpikir sebagai berikut.

  1. Mengingat apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya, yang tersimpan dalam rekaman ingatan seorang penulis berkenaan dengan apa yang ditulisnya.
  2. Menghubungkan apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya, yang berkaitan dengan sesuatu yang ditulis seseorang, sehingga berbagai informasi itu saling terkait satu sama lain dan membentuk satu keutuhan. Mengingat dan menghubungkan merupakan aktivitas berpikir yang tampaknya terjadi secara bersamaan. Otak kita biasanya mengingat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki terlebih dahulu. baru kemudian menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada.
  3. Mengorganisasikan informasi/pengetahuan yang dimiliki sehingga mempermudah penulis untuk mengingat dan menatanya dalam menulis.
  4. Membayangkan ciri atau karakter dari apa yang telah diketahui dan dialami sehingga tulisan menjadi lebih hidup.
  5. Memprediksi atau meramalkan bagian tulisan yang selanjutnya, ketika menyusun bagian tulisan sebelumnya. Perilaku berpikir ini akan menjadikan tulisan yang dihasilkan mengalir dengan lancar, runtut dan logis.
  6. Memonitor atau memantau ketetapan tataan dan kaitan antar satu bagian tulisan dengan bagian tulisan lainnya.
  7. Menggeneralisasikan bagian demi bagian informasi yang ditulis kedalam sebuah kesimpulan.
  8. Menerapkan informasi atau sebuah kesimpulan yang telah disusun ke dalam konteks yang baru.
  9. mengevaluasi apakah seluruh informasi yang diperlukan dalam tulisan telah cukup memadai, memiliki hubungan yang erat satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan tulisan yang sistematis dan logis, serta dikemas dalam penataan dan pembahasan yang mudah dipahami dan menarik.

2. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas

Dalam mengembangkan dan memiliki daya inisiatif dan kreatifitas, maka seorang penulis harus mencari, menemukan dan menata sendiri bahan atau informasi dari berbagai sumber, yang terkait dengan topik yang akan ditulisnya. 

3. Menulis menumbuhkan kepercayaan diri dan keberanian

Seorang penulis harus memiliki rasa percaya diri dan keberanian, harus berani menampilkan hasil pemikirannya, termasuk perasaan, cara pikir, dan gaya tulis, serta menawarkannya kepada orang lain. selain itu penulis juga harus memiliki rasa percaya diri, harus percaya akan hasil tulisannya, baik dari segi penulisan, penggunaan kata, dan sebagainya. knsekuensinya, penulis harus memiliki kesiapan dan kesanggupan untuk melihat dengan jernih segenap penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yan bersifat positif maupun yang bersifat negatif. penilaian atau tanggapan dari orang lain justru merupakan masukan atau pupuk bagi penulis untuk dapat memperbaiki kemampuannya dalam menulis.

4. Menulis mendorong kebiasaan serta memupuk kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, dan mengorganisasikan informasi

Banyak kegagalan dalam menulis, itu semua disebabkan karena mereka tidak tahu apa yang akan ditulis. Hal ini disebabkan karena malas untuk mencar informasi yang diperlukan. Pada awalnya, seseorang menulis karena ia memiliki ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu yang menurut pertimbangannya penting untuk disamaikan dan diketahui oleh orang lain.

Terdapat 4 sumber yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menggali informasi untuk kajian penulisan.

(a.) Bacaan (buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, data statistik dari media cetak atau internet) yang informasinya diperoleh melalui kegiatan membaca.

(b.) Rekaman atau siaran yang informasinya digali melalui kegiatan melihat dan/atau menyimak.

(c.) Orang yang informasinya dijaring melalui diskusi, tanya jawab, atau wawancara.

(d.) Alam atau lingkungan yang ditangkap melalui pengamatan. 

Share:

03 April 2016

PENGERTIAN, TUJUAN SERTA FUNGSI MENULIS


Menulis merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya. terdapat 4 unsur yang terlibat dalam menulis, diantaranya :
(1). Penulis sebagai penyampai pesan, (2). Pesan atau sesuatu yang disampaikan penulis, (3). Saluran atau medium yang berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti rangkaian huruf atau kalimat dan tanda baca, serta (4). Penerima pesan, yaitu pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.

Tujuan dan fungsi menulis sebagai berikut,
  1. Fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran,  sikap, atau perasaan pelakuya, yang diungkapkan melalui misalnya surat dan buku harian.
  2. Fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
  3. Fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial.
  4. Fungsi informatik, yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan.
  5. Fungsi heuristik, yaitu belajar atau memperoleh informasi.
  6. Fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan.
Dari berbagai fungsi dan tujuan tersebut tidak selalu hadir sendiri-sendiri, artinya dalam suatu kegiatan menulis dapat terkandung lebih dari satu fungsi.
Share: