30 September 2021

CONTOH (II) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (BAB II)


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. 
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan  metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

B. Proses Belajar Mengajar IPA 
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000: 5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

C.  Metode pembelajaran Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suaut konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengemabang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sndiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situsi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.

Penggunaan teknik discovery ini, guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
- Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
- Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
- Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.
- Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
- Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 

Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Walalupun demikian baiknya teknik ini masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:
- Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
- Bila kelas terlalu besar penggunaan teknikini akan kurang berhasil.
- Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
- Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertiansaja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
- Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

D.  Motivasi Belajar
1.   Pengertian Motivasi 
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk 

menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

3.   Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik 
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

E. Prestasi atau Hasil Belajar IPA 
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. 

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.

F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode pembelajaran Penemuan (discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu  dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002: 19).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Share:

29 September 2021

CONTOH (II) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (BAB I)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi murid-murid. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahawa pembaharuan dalam system pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. 

Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. 

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.

Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Penerapan penggunaan metode pembelajaran penemuan ( Discovery ) pada pembelajaran IPA dalam memningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Gerakan Bumi dan Bulan di kelas VI MI. Haji Beddurahim.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery)?
2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan (discovery) terhadap motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery).
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran penemuan (discovery).

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat atau merupakan alternative metode Pembelajaran di kelas, adapun harapan penulis dalam penelitian ini kiranya dapat bermanfaa pada:

1) Untuk Siswa
Penelitian ini diharapkan akan memberikan suasana yang tidak monoton dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam belajar.

2) Untuk Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatakan kinerjanya sebagai guru yang professional dan sekali gus untuk memperbaiki pembelajaran yang yang dikelolanya.

3) Untuk Sekolah
Penelitian ini diharapkan menmberikan sumbangan bagi sekolah dalam hal  meningkatkan hasil ketuntasan belajar pada sekolah itu.

Share:

28 September 2021

CONTOH (I) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (BAB IV & BAB V)


BAB IV
HASIL PERBAIKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Perbaikan
Hasil perbaikan terdiri atas keberhasilan guru menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran struktur bumi dan hasil belajar struktur bumi siswa kelas V SDN 006 Sebatik Barat Kabupaten Nunukan.

1. Hasil Pelaksanaan Siklus 1
Berdasarkan hasil tes awal diperoleh informasi bahwa dari 5 soal yang diberikan kepada 27 siswa (100%) tidak satupun yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Sehingga masih perlu untuk mengingatkan siswa tentang materi struktur bumi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tindakan pada siklus I ini telah disusun. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran memuat: (1) Identitas Rencana Pembelajaran yang meliputi mata pelajaran, pokok bahasan, sub pokok bahasan, kelas/semester, dan waktu; (2) Standar Kompetensi; (3) Kompetensi Dasar; (4) Indikator; (5) Tujuan Pembelajaran; (6) Materi Pembelajaran; (7) Metode Pembelajaran; (8) Kegiatan Pembelajaran; (9) Alat dan Sumber; (10) Penilaian. Untuk mengamati aktivitas guru (peneliti) dan siswa selama pembelajaran berlangsung digunakan lembar pengamatan.

Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I, peneliti bertindak sebagai guru. Pembelajaran dalam setiap tindakan disesuaikan dengan tahap pembelajaran berdasarkan pada belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap solusi dan tahap aplikasi. Adapun rencana pembelajaran I.

Deskripsi pembelajaran untuk keberhasilan belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada struktur bumi disajikan sebanyak 2 (tiga) kali tindakan pembelajaran. Evaluasi yang diberikan adalah tes secara tertulis. Selama proses pembelajaran pengamat melaksanakan tugas pengamatan sesuai lembar pengamatan.

Tindakan siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x35 menit dengan tahapan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap solusi, dan tahap aplikasi. Dengan kompetensi dasar adalah mendeskripsikan struktur bumi. Tujuan pembelajaran yang diharapkan pada siklus pertama adalah siswa dapat menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi, siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan bumi, siswa dapat menunjukkan cara pencegahan kerusakan di bumi. Pada siklus pertama diharapkan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dapat dilaksanakan.

Pelaksanaan pembelajaran struktur bumi pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan bahwa keberhasilan guru menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran struktur bumi pada siklus pertama menunjukkan bahwa penyajian materi dengan menggunakan media gambar longsoran tanah dinilai tidak efisien dalam menyampaikan informasi berkaitan dengan struktur bumi. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini:


Kegiatan terpenting dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat adalah bagaimana siswa dapat mengungkapkan pendapat tentang masalah yang terjadi disekitar siswa. Pada tahap invitasi, peneliti menyampaikan masalah aktual yang sedang terjadi dengan longsoran tanah yang dekat dengan keseharian siswa. Memasuki tahap eksplorasi, guru memberikan umpan balik kepada siswa melalui gambar yang diperlihatkan pada tahap invitasi untuk mengeksplor sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru (peneliti).

Dari umpan balik tersebut, pada tahap solusi siswa dibagi dalam tujuh kelompok untuk mendiskusikan masalah-masalah aktual yang dapat menyebabkan kerusakan di muka bumi dan solusi apa yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan diskusi ini berlangsung lebih kurang 20 menit. Selama kegiatan diskusi, peneliti mengamati, mendengarkan, dan mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh siswa.  Setelah siswa menemukan solusi dari masalah yang mereka temukan kemudian pada tahap aplikasi siswa melakukan aksi nyata dilapangan. 

Setelah siswa menerima materi melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat, selanjutnya kepada mereka diadakan kuis perorangan. Kuis dilakukan secara bersama-sama dalam kelas. Soal yang diberikan berbentuk essai. Soal tes tindakan I dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil kerja siswa pada siklus I menunjukkan bahwa data hasil belajar struktur bumi dari 27 siswa hanya 9 siswa (33,33%) yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar. Berdasarkan pengamatan, dan tes, tujuan pembelajaran yang diharapkan pada siklus I belum tercapai. Berdasarkan data pada siklus I bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran struktur bumi yang terdiri atas: invitasi, eksplorasi, solusi, dan aplikasi dikategorikan belum berhasil. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru sehingga apa yang diharapkan pada pembelajaran struktur bumi dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat pada siklus I tidak tercapai dengan baik. Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat atau keinginan yang ada dalam pemikiran mereka karena siswa terbiasa mendapatkan informasi sepenuhnya dari guru dalam arti guru mendominasi setiap proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran dan siswa tidak diberi kesempatan untuk memberikan pandangannya. 

Berdasarkan hasil analisis data siklus I dilakukan perenungan (refleksi). Refleksi dilakukan terhadap pembelajaran struktur bumi berdasarkan pendekatan sains teknologi masyarakat. Sehingga pada siklus pertama dapat disimpulkan bahwa pencapaian hasil belajar struktur bumi dikategorikan Sangat Kurang. Guna meningkatkan keberhasilan guru menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat pada pembelajaran struktur bumi, maka guru mengubah media yang digunakan dengan menggunakan model struktur bumi.

Berdasarkan data pada siklus pertama menunjukkan bahwa hasil belajar struktur bumi menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat yang terdiri atas: tahap invitasi, eksplorasi, solusi, dan aplikasi dikategorikan Sangat Kurang. Hal ini disebabkan karena siswa belum dapat memahami pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dengan baik. 

2. Tindakan Siklus 2
Hasil analisis dan refleksi pada tindakan I, subjek perbaikan belum  mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Karena itu, pembelajaran dilanjutkan dengan pembelajaran tindakan II. Pembelajaran tindakan II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kompetensi dasar adalah mendeskripsikan struktur bumi. Tujuan pembelajaran adalah siswa dapat menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi, siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan bumi dan siswa dapat menunjukkan cara pencegahan kerusakan di bumi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan dengan mengubah media yang digunakan yaitu dengan menggunakan model struktur bumi karena pada pembelajaran sebelumnya media gambar berupa longsoran tanah dinilai tidak efisien dan tidak mewakili apa yang disampaikan kepada siswa. Model struktur bumi tampak seperti gambar dibawah ini:

Model Struktur Bumi

Selengkapnya rencana pelaksanaan pembelajaran tindakan II. Seperti halnya dalam tindakan I, peneliti bertindak sebagai guru. Kegiatan inti dalam pembelajaran struktur bumi dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat terlihat pada tahap pelaksanaannya. 

Pada tahap invitasi peneliti menyampaikan masalah aktual kepada siswa kemudian siswa diminta untuk mengamati model struktur bumi yang dalam buku. Dari pengamatan siswa dan dari presentasi guru (peneliti), mereka diminta untuk mengungkapkan apa yang menjadi pendapat atau keinginan mereka. Selanjutnya pada tahap eksplorasi, siswa kemudian mempelajari masalah baru lainnya untuk kemudian didiskusikan bersama pada tahap solusi dan memberikan solusi terbaik dari masalah yang mereka temukan sendiri. Selanjutnya pada tahap aplikasi, siswa melakukan aksi nyata dilingkungan mereka sendiri sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya.

Untuk memastikan hasil yang diperoleh siswa selama kegiatan belajar menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat berlangsung, selanjutnya dilaksanakan kuis perorangan. Kuis diberikan secara bersama-sama di dalam kelas. Soal yang diberikan berbentuk essai dan materi tes ekuivalen dengan materi pada saat proses pembelajaran berlangsung. 

Nilai tes kemudian dibandingkan dengan nilai sebelumnya untuk melihat apakah ada peningkatan. Peningkatan nilai dapat dijadikan salah satu indikasi meningkatnya pengetahuan dan pemahaman siswa sebagai hasil belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat.

Hasil kerja siswa pada siklus II menunjukkan bahwa data hasil belajar struktur bumi dari 27 siswa sebanyak 25 siswa (92,59%) yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Hasil analisis dan refleksi pada pembelajaran siklus II kemudian didiskusikan dan dianalisis bahwa penyajian pada tahap presentasi untuk menyajikan materi struktur bumi dengan menggunakan model struktur bumi berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan karena sesuai dengan keseharian siswa itu sendiri. Hasil tes tindakan II menunjukkan kemajuan, siswa sebagai subjek perbaikan memperoleh nilai sesuai dengan yang diharapkan, walaupun masih ada 2 siswa yang mendapat nilai kurang. Hal ini terjadi karena siswa kurang mengamati apa yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, siswa dapat memahami materi dengan baik. Walaupun ada beberapa hal yang kurang dipahami oleh siswa yaitu mengenai pemanasan global karena baru pertama kali siswa mendengar hal ini. Telah terjadi umpan balik yang cukup baik antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dalam arti siswa telah berani untuk mengungkapkan pendapatnya.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil perbaikan, terungkap bahwa perencanaan yang sudah dirancang guru telah terdapat unsur-unsur (1) pokok bahasan, (2) indikator pembelajaran, (3) alat bantu mengajar atau media/gambar yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, (4) teknik dan pengalaman belajar siswa serta guru yang berupa kegiatan belajar mengajar (KBM), (5) materi pembelajaran, (6) tersedianya alat evaluasi belajar dan lembar observasi proses pembelajaran struktur bumi. Semua terdapat dalam semua perencanaan yang telah dirancang oleh guru baik pada siklus I, siklus II.

Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, guru telah membuat model rancangan pembelajaran struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dalam bentuk rencana pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Dubin (1993) yang menyatakan bahwa untuk dapat memusatkan perhatian siswa di kelas, program pengajaran sangat vital bagi guru. Hamalik (2001) menyatakan bahwa perencanaan mengajar dibuat untuk membantu guru mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat siswa, dan mendorong motivasi belajar siswa.

Pada siklus I, direncanakan model pembelajaran dengan menggunakan media longsoran tanah. Siklus II, direncanakan menggunakan model struktur bumi, menggambarkan struktur bumi dan pencemaran limbah industri yang dapat menyebabkan kerusakan di bumi serta mendemostrasikan secara berkelompok.

Kegiatan belajar struktur bumi pada siklus I belum terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru selain itu media yang digunakan belum sepenuhnya sejalan dengan materi yang diajarkan. Akibatnya kemampuan siswa dalam menyerap dan memberikan pandangan/pendapat belum sampai pada tahap yang diinginkan. Kondisi pembelajaran pada siklus I berpengaruh pada hasil tes formatif siswa. Dari 27 orang siswa hanya 9 siswa (33,33%) yang mampu menjawab pertanyaan dengan baik. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa pada siklus II dengan berpedoman pada rambu-rambu keberhasilan yang telah ditargetkan.

Tahap pelaksanaan pembelajaran struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dengan menggunakan model struktur bumi, menggambarkan struktur bumi dan pencemaran limbah industri yang dapat menyebabkan kerusakan di bumi serta mendemostrasikan secara berkelompok pada siklus II mengalami peningkatan dari 27 orang siswa sebanyak 25 siswa (92,59%) yang menjawab pertanyaan dengan baik. Keberhasilan siswa ditandai oleh kemampuan mereka mengungkapkan pendapat/pandangan tentang masalah yang disuguhkan dan memberikan solusi/jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi serta mengungkapkan perasaan mereka.

Setelah siswa memahami struktur bumi, guru membimbing siswa melakukan kegiatan berdiskusi kelompok. Kegiatan ini sejalan dengan pendapat Bernard (Masniladevi: 2006) bahwa diskusi adalah hasil kolaborasi dan manfestasi hasil pemahaman terhadap bacaan yang baru dibaca. Selanjutnya Crafton (Masniladevi: 2006) menyatakan bahwa berdiskusi dapat mendorong siswa untuk memperluas pengalaman terhadap bacaan yang dibacanya.

Kegiatan melaporkan hasil kerja/diskusi berlangsung dengan baik. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan melaporkan dan memberikan tanggapan hasil kerja kelompok. Dalam kegiatan ini dikembangkan keterampilan berbahasa dan berinteraksi antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Beach dan Marshall (1991) bahwa dalam proses pembelajaran ada tiga hal yang berinteraksi secara dinamis, yaitu guru, siswa, dan teks. Interaksi ketiga hal tersebut dapat mengembangkan potensi siswa. Seperti yang dikemukakan Huck (Faisal,dkk: 2007) bahwa berinteraksi secara dinamis dapat membantu perkembangan kognitif, bahasa, moral, dan sosial anak.

Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan tes. Pelaksanaan tes dalam perbaikan ini terdiri atas evaluasi hasil. Kegiatan memberikan evaluasi hasil pada tahap ini berlangsung dengan baik. Evaluasi hasil pembelajaran dilaksanakan pada setiap akhir siklus I dan siklus II. Evaluasi hasil dilaksanakan untuk menilai dampak pelaksanaan proses belajar struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) dengan hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi sejalan dengan pendapat Usman dan Setiawati (1995) bahwa evaluasi yang dilakukan secara berkelanjutan sampai peristiwa khusus dicatat/dinilai secara lengkap. Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus dapat memberikan data yang mencerminkan keadaan siswa yang sebenarnya.

Dalam kegiatan evaluasi formatif, guru berupaya mengetahui kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Tompkins (Faisal,dkk: 2007) bahwa evaluasi hasil bukan hanya sekedar mengoleksi pekerjaan siswa tetapi sebagai alat untuk mendokumentasi kemajuan belajar siswa.
Pelaksanaan tes dimaksudkan untuk mengukur perolehan pemahaman struktur bumi yang telah dipelajari siswa selama proses pembelajaran. Hasil tes diwujudkan dalam bentuk angka yang disebut dengan skor. Tes dapat menggambarkan prestasi dan bakat tes (Roekhan dan Martutik, 1991). Fungsi tes merupakan informasi tentang tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan selama berlangsungnya pembelajaran.

Pada siklus I, siklus II terungkap bahwa tes hasil belajar struktur bumi yang dilakukan guru sesuai dengan maksud untuk menggambarkan hasil belajar siswa. Hasil tes menunjukkan peningkatan mulai dari siklus I, siklus II. Dengan demikian pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) dalam pembelajaran struktur bumi terbukti berhasil. 

Berdasarkan pembahasan pada tahapan pelaksanaan struktur bumi dapat dikatakan bahwa kegiatan guru dalam pembelajaran struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dalam keberhasilan hasil belajar siswa mengalami perkembangan dari siklus I, dari 27 siswa sebanyak 9 siswa (33,33%)  yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar, pada siklus II mengalami peningkatan signifikan dari 27 siswa sebanyak 25 siswa (92,59%). 


Sedangkan untuk melihat jumlah siswa dan nilai yang diperoleh dapat dilihat pada table 4.2 dan diagram batang pada gambar 4.1 berikut:

Tabel 4.2 hasil belajar siswa kelas V SDN 006 Sebatik Barat sebelum dan sesudah Tindakan perbaikan pembelajaran IPA

Hal ini sejalan dengan pendapat Degeng (1989/1990) bahwa keberhasilan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian hasil belajar pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dalam perbaikan ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu: (1) presentasi kelas, (2) invitasi, (3) eksplorasi, (5) solusi, dan (6) aplikasi. Pembelajaran struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Presentasi Kelas (Class Presentation)
Kegiatan presentasi kelas yang dimaksud adalah pembelajaran yang dilakukan di depan kelas secara klasikal oleh peneliti. Belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat, kegiatan pembelajarannya dimulai dengan menyajikan materi. Penyajian materi ditekankan pada tujuan yang ingin dicapai dan apa yang akan dilaksanakan siswa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. Kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Motivasi belajar sangat penting peranannya dalam mempersiapkan siswa untuk belajar. Siswa yang termotivasi akan lebih siap untuk belajar dan akan mencapi hasil belajar yang lebih baik. Siswa yang siap untuk belajar akan belajar lebih banyak daripada siswa yang tidak siap. Hal ini sesuai dengan pendapat Orton (Masniladevi: 2006) bahwa siswa yang termotivasi, tertarik dan mempunyai keinginan untuk belajar lebih banyak.

Penyampaian tujuan dan tugas-tugas pembelajaran sebelum membahas materi bertujuan untuk memberi arahan tentang apa yang harus dikuasai dan dicapai siswa dalam pembelajaran, dan agar siswa tidak mengalami kesulitan. Hal ini penting dilakukan sesuai dengan konsep belajar, bahwa tujuan yang jelas akan dapat membantu siswa dalam belajar (Slavin,1994). Hal ini sesuai dengan pendapat Kemp (Masniladevi: 2007) bahwa tujuan yang disampaikan akan dapat membantu dan mengarahkan siswa pada ukuran keberhasilan mata pelajaran yang ditetapkan.

Menurut Degeng (1989) penyampaian tujuan memberi pengaruh yang berarti pada kemampuan siswa dalam menampilkan prilaku belajar yang diharapkan. Penyampaian tujuan penting dilakukan agar pembelajaran lebih efisien. Di samping itu, menyampaikan tujuan berarti bersikap terbuka. Mengajar dengan sikap terbuka berarti mengajarkan kepada siswa dua hal, yaitu: (1) melatih siswa melihat persoalan dari sudut pandang yang berbeda, dan (2) melatih siswa menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengannya, serta mau mempertimbangkan alasan yang diajukan orang. Dengan demikian siswa diharapkan mau memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan.

Terkait dengan upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk mengaitkan pembelajaran yang telah lalu dengan pembelajaran saat ini kepada siswa. Keterkaitan yang terbentuk akan menumbuhkan suatu pemahaman bagi diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1998) bahwa informasi baru akan dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dalam skemata yang dimiliki siswa.

2. Invitasi
Pada kegiatan ini dipilih salah satu dari alternatif dimana guru mengemukakan issue atau masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang terkait dengan materi pembelajaran yang dipelajari dan dapat diamati/dipahami oleh peserta didik serta dapat merangsang siswa untuk bisa ikut mengatasinya.

Issue atau masalah digali dari pendapat atau keinginan siswa dan yang ada kaitannya dengan konsep sains yang akan dipelajari. Untuk merangsang minat siswa terhadap masalah tersebut dapat ditempuh dengan cara membacakan berita atau artikel di surat kabar serta menunjukkan gambar-gambar tentang kerusakan yang dapat mempengaruhi struktur bumi.

3. Eksplorasi
Melalui kegiatan ini, siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha memahami/mempelajari situasi baru atau yang merupakan masalah baginya. Dapat ditempuh dengan cara membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di radio, melihat TV, diskusi dengan sesama teman atau wawancara dengan masyarakat maupun melakukan observasi langsung di lapangan.

Secara berkelompok siswa ditugasi untuk mengkaji berbagai hal yang menyangkut struktur bumi serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat setempat pada khususnya yang dapat berpengaruh terhadap struktur bumi. Pengkajian atau pengumpulan informasi dapat ditempuh dengan berbagai macam cara, seperti mengumpulkan dan menganalisa artikel-artikel yang terkait dari majalah atau surat kabar, membaca buku-buku di perpustakaan maupun mencermati berita dari TV dan radio maupun melakukan observasi langsung di lapangan.

4. Solusi
Pada kegiatan ini siswa menganalisis terjadinya fenomena dan mendisikusikan bagaimana cara pemecahan masalah berdasarkan hasil eksplorasi yang diperoleh siswa. Dengan kata lain siswa mengenal dan membangun konsep baru yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Untuk itu guru perlu memberikan umpan balik/peneguhan pada siswa. Untuk mengetahui bagaimana kerangka pikir siswa dalam memahami dan memecahkan masalah siswa diminta menuangkan dalam jaringan yang menunjukkan keterkaitan antara konsep dan ide-ide yang dipikirkan.

5. Aplikasi
Pada tahap ini siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah lingkungan yang dimunculkan pada tahap invitasi. Selain itu juga, siswa diminta menentukan pilihan mana yang akan diaplikasikan di masyarakat sekitar dan dalam pelaksanaannya guru perlu mengarahkan siswa.

Dalam aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) terdapat kadar aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran sebagai petunjuk keberhasilan belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat terhadap struktur bumi di SD. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat, kadar aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran telah berjalan dengan baik. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar, diperoleh gambaran bahwa siswa begitu termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Dengan demikian belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dapat membangkitkan keaktifan siswa.

Aktivitas guru banyak tertuju pada aktivitas yang memberi peluang pada siswa untuk belajar secara aktif, seperti mengamati kegiatan siswa, memberi bimbingan/petunjuk kegiatan, memotivasi siswa. Sesuai dengan hasil pengamatan terhadap suasana kelas menunjukkan bahwa guru dan siswa antusias terhadap belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat. Keantusiasan guru mengelola pembelajaran ternyata sesuai dengan hasil pengamatan aktivitas guru, yaitu guru tidak pernah melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan KBM. Keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga tercermin dari hasil pengamatan aktivitas siswa, yaitu sedikit siswa melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan KBM. Dapat dilihat pada grafik 4 keaktifan dan grafik 5 psikomotor Setiap akhir tindakan pembelajaran dilakukan tes formatif. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak proses pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) terhadap keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat.

Indikator dalam menentukan penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) di SD adalah pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil belajar yang dicapai, dapat dinyatakan bahwa siswa telah melakukan belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam hal ini, hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan karena dalam belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) siswa telah mampu belajar dalam situasi yang berbeda, sehingga siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapat/pandangan terhadap situasi atau masalah yang dihadapkan pada siswa dan mencari solusi atas masalah yang ditemukan oleh siswa itu sendiri.

Persentase Keaktivan Siswa

Persentase Psikomotor Siswa

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat berhasil dalam pembelajaran struktur bumi. Indikator yang menunjukkan hasil belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat untuk materi struktur bumi adalah sebagai berikut:
  1. Model pembelajaran struktur bumi melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dikondisikan agar siswa mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi.
  2. Hasil belajar struktur bumi pada siswa kelas V SDN 006 Sebatik Barat Kabupaten Nunukan mengalami peningkatan dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dan mencapai indikator yang ditetapkan yaitu nilai KKM 60.
B. Saran
  1. Pihak pemerhati pendidikan atau pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. disarankan untuk lebih memperhatikan perkembangan dunia pendidikan anak serta memberikan sosialisasi tentang berbagai inovasi dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran sains di SD.
  2. Pihak guru sains disarankan untuk lebih mengembangkan pengetahuannya mengenai berbagai ilmu dalam dunia sains menerapkan belajar melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran struktur bumi maupun pada pembelajaran sains lainnya.
  3. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan apresiasi kepada guru sains agar lebih inovatif dan kreatif dalam pembelajaran sains serta memperbanyak literatur di sekolah agar berguna bagi perkembangan pembelajaran guru maupun calon guru di sekolah dasar.
  4. Pihak peneliti disarankan untuk lebih mengembangkan perbaikannya terutama dalam pengajaran sains di SD atau mengembangkan lagi pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada materi-materi lain dalam pembelajaran sains sehingga menambah khasanah pendidikan sains di SD.
Download Lampiran ===disini===
Share:

27 September 2021

CONTOH (I) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (BAB III)


BAB III
METODE PERBAIKAN

A. Prosedur Perbaikan

Mengikuti prinsip dasar perbaikan yang dikemukakan oleh Madya (Muliasa: 2001), tahap perbaikan tindakan mencakup 5 tahap:

1. Tahap Penjajakan

Tahap penjajakan dilakukan untuk mengetahui tempat perbaikan serta subyek perbaikan, agar perbaikan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

2. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan untuk merefleksi awal, menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan, serta memberikan arahan dan bimbingan kepada pengamat dan teman sejawat tentang sistem pembelajaran.

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan perbaikan tindakan ini dilakukan sesuai dengan jenis penelitan yang dipilih yaitu perbaikan tindakan dengan pendekatan kualitatif di mana dalam kegiatan perbaikan ini akan melalui 3 siklus kegiatan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) tahap invitasi; (2) tahap eksplorasi; (3) tahap solusi; dan (4) tahap aplikasi.

4. Tahap Observasi

Segala sesuatu yang berkaitan dengan pemberian tindakan yaitu siswa (subyek perbaikan) dan guru (peneliti) selama kegiatan pembelajaran akan diamati dan didokumentasikan. Pengamatan ini dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pedoman observasi.

5. Tahap Refleksi

Refleksi adalah serangkaian tindakan dalam perbaikan yang mencakup kegiatan menganalisis, memahami, menjelaskan, dan menyimpulkan hasil pengamatan. Peneliti serta pengamat akan menganalisis dan merenungkan hasil tindakan. Hasil dari refleksi ini menjadi informasi tentang sesuatu yang terjadi dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Informasi ini dapat dijadikan dasar untuk perencanaan berikutnya.

B. Waktu dan Tempat Perbaikan

Perbaikan ini dilaksanakan pada tahun pembelajaran 2016-2017 di kelas V SDN 006 Sebatik Barat.

C. Subyek Perbaikan

Subyek perbaikan ini adalah siswa kelas V SDN 006 Sebatik Barat tahun pelajaran 2016-2017 yang berjumlah 27 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari:

1. Lembar observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar Struktur Bumi

2. Tes. Bentuk tes isian bersifat individu. Soal dibuat oleh peneliti dan 5 disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan rincian sebagai berikut:

1. Hasil isian lembar observasi dianalisis tingkat keaktifan siswa. Peneliti mengadakan analisis dengan cara sebagai berikut:

2. Hasil tes tertulis dianalisis tingkat pemahaman konsep pendekatan sains teknologi masyarakat. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes yang dapat dirumuskan:


F. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Siklus dalam Perbaikan Tindakan Kelas ini dihentikan apabila rata-rata
nilai siswa pada kompetensi meningkatkan hasil belajar struktur bumi melalui
pendekatan sains teknologi masyarakat telah tercapai dari KKM yang telah ditentukan ≥ 60.

Share: